webnovel

~ 10 ~

Sebuah sedan hitam yang di kendarai Fabian berhenti tepat di gerbang besar kediaman rumah Diva. Fabian melirik ke arah Diva yang terdiam sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Gadis itu terus melamun, membuang muka menatap keluar jendela. Entah apa yang tengah di pikirkan wanita itu, Fabian tidak tahu. Apa karena pertanyaan yang tadi Diva lontarkan?

Terlalu kekanakan kalau Diva baper cuma karena gue gak jawab pertanyaan dia tadi Batin Fabian

"Div..." Fabian melirik ke arah gadis itu.

Seolah tersadar. Wanita itu mengerjapkan berkali-kali matanya melihat ke sekeliling "Eh! Udah sampe" Diva menggendong tasnya "Makasih, tumpanganya" Ucapnya dengan nada datar. Tanpa menoleh kearah Fabian gadis itu membuka seatbeltnya kemudian bersiap keluar dari mobil Fabian.

Melihat reaksi Diva, Fabian menahan lengan gadis itu, Sedikit menarik nya hingga membuat si pemilik lengan tersebut menatap ke arah nya "Gue gak ngasih lo tumpangan. Gue lakuin ini sebagai ucapan terimakasih gue karna lo udah bantuin gue tadi, dan..." Fabian menggantung ucapan nya, pria itu menarik nafas nya dalam-dalam kemudian menghembuskan nya perlahan "Keharusan gue sebagai kekasih antar-jemput orang yang dia sayang. Gue kekasih lo Div! Gue cowok lo! Gue sayang sama lo!" Lanjutnya dengan sekali tarikan nafas.

Diva meneguk saliva nya. Matanya masih lurus menatap ke arah Fabian, membalas tatapan pria itu mencari kebohongan didalamnya. Nihil, tidak ada kebohongan dari ucapan pria itu, tetapi ada keraguan di sana. Diva memaksakan senyum tipisnya, meneguk kembali salivanya sekaligus menegus kekecawaan nya pada pria yang berstatus kekasihnya itu.

"Iya, makasih. Oh ya! Kamu mau balik ke sekolah lagi?"

"Enggak"

"Lho. Bukannya hari ini kamu ekskul ya?" Diva mengernyit bingung.

"Pelatih gue ada halangan gak bisa hadir, Farel tadi yang kabarin"

"Ohh... Yaudah aku masuk dulu ya" Fabian mengangguk, membalas senyum wanita itu, walau Fabian tahu itu hanya senyum keterpaksaan.

"Besok gue jemput" Diva hanya mengangguk. Gadis itu keluar dari mobil nya dan menghilang saat masuk ke dalam gerbang, dan itu tak luput dari pandangan seorang Fabian.

Fabian mengacak rambutnya frustasi. Dengan kesal lelaki itu memukul stir mobil nya sambil bergumam "Sorry Div. Gue gak maksud buat lo kecewa"

Suara dering ponsel dari dalam saku nya terdengar, dengan malas Fabian merogoh kantung celananya untuk menjawab telepon tersebut. Matanya membelalak melihat id caller penelpon tersebut. tak lama senyum sumringah pria itu terbit, dengan segera pria itu menggeser ikon hijau bergambar gagang telepon untuk menjawab paanggilan tersebut.

"Halo?" Sapa pria itu terdengar hangat menyambut lawan bicaranya di seberang sana.

"..."

"Ok. Gue kesana, lo tunggu ya! Jangan kemana-mana!" Setelah mematikan ponselnya. Dengan segera Fabian menancap gas, meninggalkan kediaman rumah Diva.

***

Sudah hampir 30 menit lamanya Diva bergelung dalam selimutnya. Wanita itu tidak dalam keadaan tertidur hanya menutup mata mencoba menjemput rasa kantuknya itu, namun nihil. Balik kekanan dan balik kekiri sudah wanita itu lakukan mencoba mencari posisi nyaman yang tidak kunjung ia dapatkan.

Dengan kasar Diva menyingkap selimutnya. Merubah posisinya menjadi setengah duduk bersandar di kepala kasur. Ia melirik ke arah nakas tempat jam nya berada. Pukul 23.30 malam, dan sampai sekarang ia tidak bisa tidur.

"Ck! Bisa telat kalo jam segini belom tidur juga" Ucapnya dengan nada kesal.

Tangan gadis itu meraih ponsel miliknya, menempatkan diri kembali berbaring di atas kasur.

"Telfon Fabian gak ya? tapi kalo gue telfon Fabian, gengsi. Gue kan tadi kesel sama dia. Ah bodo amat deh" Ucapnya menimbang.

Gadis itu akhirnya membuka aplikasi Whatsapp di ponsel itu dan mengklik roomchat atas atas nama Fabian disana. Ia melihat last seen milik Fabian yang menyatakan kalau pria itu baru aktif sekitar 10 menit yang lalu.

Diva kembali menggunakan otak cerdasnya untuk mencari topik sebagai alasan ia menelpon Fabian. Tanpa ia sadari gadis itu sedikit tertawa renyah "Mau nelpon pacar sendiri aja, harus bingung-bingung buat nentuin topik. Miris banget sih kisah percintaan gue"

Dia mengendikkan bahunya merasa tidak acuh dan langsung menekan tanda dial di ponselnya. Ia masih menatap layar ponselnya melihat status panggilan disana. Berdering, yang berarti panggilan tersebut masuk ke pemilik ponsel pria yang ia tuju.

Jari gadis itu terlihat tengah menggigit-gigit bibirnya menunggu jawaban telpon nya itu. Tapi seperti tidak ada tanda-tanda telpon tersebut akan terangkat, Diva memutuskan untuk mematikan panggilan tersebut.

"Apa Fabian udah tidur ya?" Pikir wanita itu. Ingin rasanya ia menelpon kembali pria itu, tapi ia takut menganggu orang tersebut, bagaimana kalau Fabian kebangun karena telpon darinya?

Merasa putus asa wanita itu kembali mengotak-atik Handphone nya. Menutup aplikasi Whatsapp kemudian membuka aplikasi lain nya, instagaram.

Gadis itu dilanda rasa gabut yang keterlaluan, ia memutuskan untuk mengepost sebuah foto kedalam akun instagram nya.

Lumayan, buat ratain feeds Pikirnya

Ia kembali pada posisi duduk, merapihkan sedikit penampilannya dan mulai berpose dengan mengangkat selimut nya seolah-olah tengah memayungi dirinya dengan selimut tersebut.

Cekrek

Satu foto berhasil ia abadikan. Ia membuka hasil jepretan tersebut. Dirasa tidak pas dengan keingina nya, gadi itu akhirnya mengulang beberapa kali jepretan dengan pose yang sama.

Sebanyak kurang lebih 15 foto yang wanita itu abadikan, wanita itu pun memilih salah satu dari kelima belas foto tersebut untuk di unggah ke sosial medianya itu.

Diva dikenal sebagai gadis yang periang, humble dan mudah bergaul tidak sulit untuknya untuk mendapatkan teman. Diantaranya Zuma dan Riza yang ia pilih sebagai sahabat dekatnya.

Wanita itu kembali berbaring, rasa kantuk mulai menyerang nya. Tapi ia tahan ketika mendapat beberapa notif dari aplikasi instagram tersebut. Benar saja sudah ada ribuan like dan puluhan komentar yang menanggapi unggahan fotonya barusan.

@Hilmankesayangan_bunda tidur neng udh malem

@ZumaRadzika Div bales wa gue!!!

@Chocky_Faharian buset. Ayo gue bantuin lo jaga lilin si @hilmankesayangan_bunda yang keliling

@Arsenard_nata tidur div

@Anggiaprm Div bayar uang kas jangan lupa

@Rizadaffa gabut ye lu div?

@Hilmankesayangan_bunda kenapa jd aku mas? @chocky_faharian

Diva membaca komentar unggahan nya itu satu-persatu. Sesekali wanita itu terkekeh melihat kelakuan absurdnya teman-teman Fabian. Karena rasa kantuk yang amat berat ia rasa, wanita itu memutus kan untuk tidur tanpa membalas komentar-komentar itu.

***

Pagi nya, Diva hampir saja terlambat bangun. Untunglah ada bunda Salsa yang membangunkan-nya. Wanita itu melewatkan sarapan paginya karena mendapat kabar Fabian sudah berada di depan gerbang rumahnya untuk menjemput wanita itu.

Setelah pamit dengan kedua orangtua nya dengan sedikit berlari wanita itu menghampiri Fabian yang sudah menunggunya, menghiraukan teriakan Bunda nya yang mengingatkan gadis itu yang tidak meminum susu buatan wanita itu.

"Maaf ya. Udah buat kamu nunggu lama" Ucap Diva setelah memasuki mobil Fabian.

"Gapapa kok" Fabian tersenyum. Setelah mengatakan itu, Fabian mulai menjalankan mobil nya dengan kecepatan sedang.

"Kamu semalem udah tidur ya? kok aku telpon gak di angkat" Tanya nya memulai membangun sebuah topik. Fabian sempat mengernyit merasa agak bingung dengan perubahan Diva yang mulai kembali hangat dengan nya.

"Hm. Gue lagi di luar gak denger kalo ada telpon dari dari lo" Penuturan Fabian yang membuat Diva menatap memicing curiga kearahnya.

"Kamu darimana, jam segitu masih di luar?" Tanya Diva lagi. Fabian mematung menahan nafasnya.

"Hm. I-itu udah di jalan mau pulang kok" Alibi nya.

"Ohh..." Diva hanya ber-oh-ria, walau sebenernya ada beribu-ribu pertanyaan yang ingin Diva sampaikan tapi wanita itu tahan. Takut Fabian marah kepadanya.

Hening, setelah itu tidak ada lagi percakapan diantara keduanya. Diva memilih membuang muka ke arah jendela, sedangkan Fabian fokus menyetir.

"Mau nonton Toy Story kapan?" Fabian yang kini bertanya balik kepada Diva.

Diva menoleh melihat Fabian "Kamu bisanya kapan? Aku ikut kamu aja?" Tanya nya. Wanita itu sebenernya sangat penasaran dengan film tersebut, ia ingin sekali menonton film tersebut. Tapi ia ingin menonton bersama Fabian, hanya bersama Fabian. Bahkan Zuma dan Riza mengajaknya tapi wanita itu tolak.

"Hari ini gue gak bisa. Mungkin lusa gue bisa"

Diva terkekeh, membuat Fabian menatap aneh kearahnya,"Kaya nya ketemu presiden lebih gampang deh daripada jalan sama kamu. Kita udah lama lho Fab gak quality time. Rasanya susah banget, hampir mustahil malah" Sarkas Diva. Ia menarik nafas dalam-dalam saat mengatakan itu untuk menghindari suara nya yang hampir saja terlihat bergetar menahan air matanya.

Fabian mematung

"Aku nonton bareng Riza sama Zuma aja kalo git-"

"Sama gue aja!" Potong Fabian tegas. "Hari ini kita nonton, filmnya seru dan lo pasti suka" Lanjutnya.

Diva lebih memilih diam. Perkataan Fabian membuatnya bingung harus berkata apa lagi. Diva menyenderkan badanya di jok mobil. Ia meremas perutnya yang sedikit terasa perih. Sial! Wanita itu baru ingat kalau ia belum makan apapun pagi ini.

"Fabian berhenti!" Ucap Fabian ketika mereka melalui tempat dimana ia biasa di turunkan Fabian. Tapi sekarang Fabian malah melewatinya.

Fabian melirik ke arah jam tangan nya. Dan dengan santai berkata "Kita telat. Parkiran udah sepi, gak bakal ada yang liat"

Mobil yang di kendarai Fabian memasuki area parkir SMA Nusa Bangsa. Gerbang besar tersebut belum tertutup padahal jam sudah menunjukan pukul 06.55 dan itu disyukuri oleh keduanya.

Benar kata Fabian. Saat ini parkiran sekolah mereka sudah sepi. Hanya ada sebuah motor yang baru saja memasuki area parkir. Farel lah orang itu, sepertinya pria itu juga telat.

Farel memarkirkan motornya tak jauh dari tempat Fabian memarkirkan mobilnya. Pria itu memutuskan menghampiri Fabian saat tahu ia berangkat bersama Diva.

"Telat juga lo?" Tanya Fabian kepada Farel.

"Iya. Macet banget tadi" Fabian hanya beroh-ria menanggapinya.

"Eh ada Diva" Ucap Arsen. Diva tersenyum dan menyapa pria itu.

"Masuk yuk!" Diva mengajak Fabian masuk. Mereka berdua pun masuk di ikuti Farel di belakang mereka.

***

"Fabian! Diva! Farel! Baris kalian disini!" Baru saja 10 langkah mereka memasuk area sekolah mereka, mereka sudah disambut dengan teriakan merdu bak jeritan tikus di menyambut mereka. Siapa lagi kalau bukan Bu Lisa. Mereka sudah menduga hal ini pasti terjadi.

Dengan langkah malas mereka masuk kedalam barisan siswa yang juga menghadapi nasib sepertinya. Mereka membuat barisan baru. Farel yang menempati barisan pertama diikuti Diva dan Fabian di belakangnya.

Diva sedikit meringis merasa sedikit pening di kepalanya. Tapi ia sekuat tenaga menahan itu.

"Kalian semua, isi buku poin kalian. Setelah itu balik lagi kesini, hormat bendera sampai jam pelajaran pertama selesai" Bu lisa pun pergi ke BK terlebih dahulu untuk menyiapkan buku poin mereka.

Ucapan Bu Lisa di hadiahi sorakan kompak dari siswa tersebut. Mereka pun bergerak menuju ke ruang BK untuk mengisi buku poin.

"Ck! Ribet banget sih, si megalodon!" Farel berdecak kesal. Pria itu mengikuti siswa lain menuju ke ruang BK.

Saat Fabian hendak menyusul, Diva menahan tangan pria itu. Fabian menoleh menatapnya. Pria itu langsung dibuat khawatir melihat keadaan Diva wajahnya sudah penuh karena berkeringan dan bibirnya yang pucat.

"Div! kenapa?" Fabian memegang kedua bahu Diva untuk menjaga keseimbangan wanita itu.

"Hiks! Pusing Fab" Diva sedikit terisak merasakan pening di kepalanya dan perih di perutnya yang sudah tidak tertahankan.

Bruk

Sedetik kemudian, Diva sudah tidak sadarkan diri. Dengan sigap Fabian menahanya sehingga wanita itu tidak jatuh langsung ke lapangan.

"Diva! Bangun Div!" Fabian memekik. Ia menepuk pelan pipi gadis itu berusaha menyadarkan nya.

Pekikan Fabian berhasil mengalihkan perhatian siswa lainnya termasuk Farel yang ikutan panik.

Dengan sigap Fabian menggendong Diva menuju UKS dengan sedikit tergesa diikuti Farel di belakangnya.

"Fab! Diva kenapa?" Tanya Farel, ia membesarkan langkah kakinya sehingga pria itu bisa menyai langkah tergesa Fabian.

"Gue gak tau" Fabian sangat Khawatir dengan keadaan Diva ia takut wanita nya itu kenapa-kenapa. Jarang sekali wanita itu jatuh pingsan karena Diva terbilang memiliki fisik yang kuat.

Saat mereka hampir tiba menuju UKS. Panggilan seseorang berhasil menghentikan langkah Fabian.

"Kak Fabian!" Fabian menghentikan langkahnya melihat ke arah Jenisa.

"Je?" Jenisa melirik ke arah Fabian dan Diva secara bergantian dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Ck! Fab buruan. Nanti Diva kenapa-kenapa" Ucap Farel hampir membentak pada Fabian. Farel juga menatap Jenisa dengan tatapan tidak sukanya.

Fabian terdiam masih menatap kearah Jenisa. Jenisa menatap Fabian kesal dan berlari meninggalkan mereka.

"Jenisa!" Teriak Fabian.

"Fab! Goblok ayo!" Dengan gemas Farel sedikit mendorong Fabian.

"Ck!" Fabian berdecak. Ia bingung harus berbuat apa. Membawa Diva ke UKS atau mengejar Jenisa agar wanita itu tidak salah paham.

Tanpa pikir panjang Fabian menyerahkan Diva yang masih tidak sadarkan diri kepada Farel "Bawa Diva ke UKS Rel!"

Farel yang tidak siap pun langsung menerima Diva dan menggendongnya. Setelah itu Fabian berlari meningglkan Farel untuk mengejar Jenisa tanpa berucap lagi.

"Fabian Anjing!" Dengan sigap Farel sedikit berlari membawa Diva untuk mendapat perawatan di UKS

TBC

gimana? Apa cuma aku yang nulis chapter ini smbil ngumpat sma fabian:). Jujur ya, aku seneng banget karna chap sebelumnya ada yg spam komen. Aku tuh klo ada yg komen walau cuma sekedar "next" itu bahagianya bukan main:")

Aku boleh minta saran dan kritik boleh? Gimna menurut kalian ttg cerita aku. Apa menurut kalian alurnya yg gak jelas, alurnya yg kecepetan, visualisasai castnya yang kurang, atau apapun itu. Plis banget komen pendapat kalian ya.