Perlahan tapi pasti Devan mendekatiku sampai akhirnya aku memanggil dia maniak puisi. Sepanjang Devan mengakrabkan dirinya denganku, Devan telah akrab dengan Farel, begitu juga aku dengan Nadine, tidak lupa Arwan yang mudah sekali bergaul dengan kami. Oleh karena itu, kami selalu menghabiskan bersama waktu pada jam istirahat.
"Eh Devan, coba bacain puisi yang menyenangkan dong!" seru Arwan.
"Jangan Devan! Kami udah sering banget denger kamu baca puisi," timbrung Farel.
"Farel diem deh, lagian aku minta puisi yang menyenangkan," balas Arwan.
"Lho kamu lupa? Bagi Devan semua puisi menyenangkan," sahutku yang mengerti maksud dari permintaan Arwan.
"Ah maksud aku yang menggambarkan suasana menyenangkan gitu lho … selama inikan kamu seringnya yang bikin sedih-sedih gitu," kata Arwan.
Devan langsung mencari di buku kumpulan puisinya. "Tunggu sebentar, aku cari dulu … tapi, ada aku pernah nulis," ucapnya kemudian.
"Aduh puisi lagi," keluh Nadine.
"Ngga apa-apalah," sambungku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com