webnovel

Chapter 5

Sekarang Andra tengah duduk di sofa berwarna krem di ruang kerja Royan, yang bersebelahan dengan ruang kerja Sikha. Ia harus bersyukur pada Tuhan, karena diberi kemudahan untuk menemukan wanita yang kini tengah mengandung darah dagingnya. Sungguh luar biasa wanita itu, sekuat tenaga menghindar. Tetapi pada akhirnya berhasil ia temukan juga, senyum pun terbit di wajahnya, dibingkai rambut-rambut halus sepanjang rahang tegasnya.

“Lo gila, ya? Senyum-senyum mulu dari tadi,” ucap Royan menyerahkan sekaleng kopi instan yang baru diambilnya dari kulkas di sudut ruangan.

“Gue merasa beruntung aja hari ini,” jawabnya sembari menarik kaitan di atas kaleng minuman kopi instan dingin ini.

Royang tampak berpikir keras, mencoba untuk menghungkan segala kemungkinan alasan di balik kedatangan lelaki berdarah India ini. “Sebenernya gue binggung, kenapa lo tiba-tiba nongol di kantor gue, sih?”

“Awalnya gue mau minta tolong lo buat nyari seseorang, tetapi nggak jadi. Gue udah temuin tadi,” jawab Andra setelah menyelesaikan tegukan pertamanya.

Lelaki yang sejak beberapa waktu ini sangat penasaran dengan unggahan Andra di sosial media pun mulai paham. Sepertinya sang rupawan ingin mencari tahu tentang seorang karyawan tempatnya bekerja. “Ini ada hubungannya sama postingan lo di sosmed?” tanya Royan tanpa basa-basi dan dijawab Andra dengan anggukan.

“Sudah ketemu sama orangnya?” tanya Royan lagi karena begitu penasarna dengan sosok pemilik tas dan tanda karyawan itu.

Baru saja Andra ingin membuka mulutnya dan menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Royan, tetapi terpaksa ia hentikan ketika suara seorang wanita menginterupsi. Telinganya cukup mengenal pemilik suara itu, dengan nada yang terdengar begitu tidak bersahabat. Ia tahu siapa yang datang, seorang wanita bergaun pink dengan corak bunga mawar khusus untuk wanita hamil.

“Gue lagi nggak mau debat sama lo, Sikha. Mau pecah otak gue,” kesal Royan ketika melihat Sikha memasuki ruangan dengan membawa beberapa berkas di dalam pelukannya.

“Kalau otak Bapak pecah, nanti saya kumpulin, tadahin kalau perlu,” jawab Sikha asal sembari meletakkan berkas yang dibawanya ke atas meja kerja Royan yang mendengus sebal.

Sedangkan Andra tengah bersusah payah menahan tawanya agar tidak meledak, sungguh, wanita ini berbeda. Sikha dengan gaya cuek dan cara bicaranya yang ketus ini berhasil membuatnya mati penasaran dan juga kesal. Namun sekarang ia merasa terhibur ketika melihat Royan yang biasanya banyak bicara berhasil dibungkam dengan mudah. “Staff lo?” tanya Andra berbasa-basi ketika Sikha masih menyusun beberapa berkas dengan rapi di atas meja.

“Bisa dikatakan begitu, selevel lah kita. Gue Kadiv Keuangan, kalau Sikha Finance Contoller, dia yang ngatur keuangan perusahaan,” jawab Royan tanpa rasa curiga pada pertanyaan yang dilontarkan oleh Andra.

“Oh,” Andra mengangguk-anggukan kepala sembari kembali meminum kopi dinginnya.

Sikha dapat mendengar dengan jelas pembicaraan kedua orang itu, tapi ia memilih untuk tidak mempedulikan. Kalau bukan karena panggilan intercom dari Sonya yang mengatakan bahwa boss besar meminta data ini segera, ia enggan untuk memasuki ruang kerja Royan. Di mana lelaki yang telah membuatnya seperti ini berada.

“Pak, ini datanya diminta segera. Jadi bisa tolong tanda tangani dulu?” ucap Sikha berjalan mendekat ke arah Royan yang memalingkan kepala sambil menatap enggan ke arahnya.

“Lo sejak hamil makin nyebelin, ya!” kesal Royan bangkit dari duduk dan berjalan menuju meja kerjanya untuk menanda tangani berkas-berkas yang tadi dibawa Sikha.

Rencananya wanita itu ingin kembali mendekat ke arah meja kerja Royan, hanya saja langkahnya terhenti ketika Andra dengan lantang memanggil namanya. Membuatnya ditatap tajam oleh Royan yang baru saja memegang pena untuk menyelesaikan pekerjaannya.

“Sikha!”

Dengan berat hati Sikha membalikkan tubuh, berdiri tepat di hadapan Andra yang masih duduk dengan menaikkan sebelah kakinya ke atas lutut. Lelaki itu menatapnya dengan sorot mata yang sangat sulit untuk diartikan. Tetapi sangat mudah untuk dipahami oleh Royan yang sesekali mencuri pandang ke arah Sikha dan Andra. Ia makin penasaran dan curiga dengan kedua orang yang sekarang berbagi udara yang sama dengannya. Bahkan sepertinya pendingin ruangan di ruang ini tidak berfungsi dengan baik. Terlalu panas dan gerah, atau lebih tepatnya sangat mencekam.

“Ada apa Bapak memanggil saya? Apa kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Sikha dengan wajah datarnya, bahkan tidak ada perubahan dari intonasi bicaranya pada setiap kata yang ia ucapkan.

Andra gelagapan, ia tidak habis pikir mendengar kata-kata ajaib meluncur dengan bebas dari ibu calon bayinya. Sungguh luar biasa wanita ini, pertahanannya begitu kuat dan kokoh, sehingga begitu sulit untuk ia jangkau. “Bukankah kita sudah sangat mengenal SE-MU-A-NYA,” jawab Andra penuh penekanan di akhir kalimatnya, setelah ia bisa mengendalikan emosi dalam dirinya karena harus menghadapi kekeras kepalaan Sikha.

“Weh, jadi lo berdua sudah saling kenal?” tanya Royan yang tidak bisa untuk tetap tenang ketika telinga biadabnya ini mendengar sesuatu yang mungkin saja sebuah rahasia besar.

Namun hanya sekejap saja ia bisa seperti itu, karena saat ini Sikha sudah memberinya tatapan tajam. Seperti hunusan pedang yang siap menembus jantung, mata bulatnya dengan warna cokelat menyala itu sungguh mengerikan. Secepat kilat ia kembali sibuk pada tumpukan berkas yang dibawa Sikha untuknya. Tapi dasarnya Royan dengan tingkat rasa ingin tahu yang tinggi, ia kembali mencuri-curi pandang ke arah Andra dan Sikha yang sepertinya saling berperang dengan sorot mata mereka.

Butuh waktu cukup lama untuk Royan mengerti dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua orang itu. Sampai ia menyadari ada yang aneh dari cara Andra menatap Sikha. Tidak! Lebih tepatnya cara Andra menatap perut besar wanita yang dikenal judes dan galak. Ya! Ia paham sekarang dengan kondisi yang terjadi di sini, Royan mencoba merangkai semua puzzle di dalam otaknya. Tas yang ia lihat di unggahan sosial media Andra adalah tas yang biasa digunakan Sikha. Dan itu bisa jadi kemungkinan terbesar atas semua rasa penasarannya selama ini. Tentang siapa sosok ayah dari janin yang tengah dikandung oleh Sikha. Membayangkannya saja membuat Royan kehabisan kata-kata, apalagi ia dengan jelas melihat kejadian mengerikan itu di depan matanya sekarang.

Andra bangkit dari duduknya, berjalan dengan begitu santainya ke arah Sikha yang masih diam mematung di tempatnya. Ditatapnya dalam mata indah wanita itu, yang ia bisa lihat tengah basah menahan bulir bening agar tidak jatuh membasahi pipi. Ia merendahkan tubuhnya, mengambil posisi tepat di hadapan Sikha. Andra berlutut, meletakkan lutut kakinya di lantai berlapis karpet berwarna abu-abu itu. Ia mensejajarkan kepalanya dengan perut besar Sikha, memberanikan diri untuk memegangnya dan memberikan kecupan lembut di sana. Setelahnya ia memiringkan kepalanya, meletakkan telinganya di perut besar Sikha yang bergerak.

“Akhirnya Ayah bisa menciummu, Nak,” ucap Andra tidak bisa menyembunyikan rasa harunya, karena ini kali pertama Sikha tidak memberi penolakan atas tindakannya.

Sikha yang sudah berhasil mengendalikan diri dan emosinya berjalan mundur beberapa langkah, membuat Andra terpaksa melepaskan wajahnya dari sana. Kini keduanya saling memberikan tatapan terluka dan benci, semakin sulit untuk dipahami oleh Royan yang tidak tahu dengan apa yang sebenarnya terjadi di antara kedua orang itu. Meski dia tahu sekarang siapa ayah dari janin yang dikandung oleh rekan kerjanya.

“Cukup sampai di sini, jangan dekati kami lagi,” ucap Sikha sebelum berlalu pergi meninggalkan ruang kerja Royan.

Meninggalkan lelaki yang masih dalam posisi berlutut di lantai itu, mengepalkan tangan dengan kuat. Sungguh! Ia sangat membenci Deepsikha Praya Mahaprana dengan segala kekeras kepalaan dan keegoisannya.

“Sikha memang seperti itu, biarkan saja sampai dia tenang. Sumpah, gue nggak nyangka kalau bapaknya tuh bayi ternyata lo. Temen gue sendiri,” ucap Royan yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bangkit berdiri untuk menghampiri temannya yang terpuruk.

“Gue nggak habis pikir sama jalan pikirannya, karena dari awal dia nolak gue untuk tanggung jawab,” sesal Andra yang berhasil membuat temannya ternganga tidak percaya dengan tingkah ajaib dan aneh Sikha.