Mereka terkejut ternyata tangan tersebut adalah Fiona. Ia membela Riki yang di saksikan hampir seluruh siswa di kelas, tak ketinggalan Anna, Raya, Diky, dan Raja juga berhamburan mendekati mereka setelah mereka mendengar keributan di lorong sekolah.
"Mau gue merespon atau enggak sama siapa aja, itu bukan urusan elo, elo dan elo semua!!!." mata Fiona memerah karena kesabaran nya sudah habis. Dengan kasar ia menghempaskan tangan cowok itu.
Fiona membalikkan badannya ke arah Riki.
"Dan elo. Enggak usah kepedean". tegasnya.
Mereka mendadak kikuk apalagi Riki yang paling hancur dengan ucapan Fiona.
Tanpa basa basi Fiona meninggalkan keributan tersebut. Ia kembali menapaki kakinya menuju ke dalam kelas nya untuk mengambil tas. Sebelum bel berbunyi Fiona sudah berjalan menuju ke parkiran mobil.
***
#Teng....Teng...Teng...
Terdengar bunyi lonceng dari dalam, itu menyatakan bahwa waktunya pulang. Fiona langsung menghidupkan mesin mobilnya dan berlalu ketika gerbang sekolah sudah dibuka oleh pak satpam.
Tak berbeda dengan siswa yang lainnya, sebagian siswa berhamburan keluar dari kelas. Ada yang berjalan dengan tergesa-gesa, ada yang jalan terlalu santai dan ada sebagian siswa nya lagi masih menetap di dalam kelas sedang bersiap-siap untuk pulang alias berdandan (siswa cewek).
"Loe mau kemana?, tumben-tumbenan dandan kayak gini?, apa lagi ini, kok tumbenan gaya rambut loe diikat separuh? Malah enggak pakai bando lagi". Raya terheran melihat Anna sedang berdandan tak seperti dirinya yang memiliki ciri khas selalu memakai bando.
"Iya hari ini si Dion mau jemput gue abis itu kita mau jalan-jalan fu fu fu, terus si Dion kurang suka dengan gaya gue yang pakai bando, dia bilang gue kayak cewek cupu. Terus dia sukanya sama cewek memakai make up. Makanya gue ubah gaya gue jadi seperti ini untuk dia". ujarnya sembari mentouch-up wajah nya.
Raya menggelengkan kepalanya.
"Itu sama aja dia enggak nerima loe apa adanya".
"Ray... Loe tahu apa soal beginian? Pacaran saja elo enggak pernah, gimana mau paham. Dia itu bukannya enggak mau nerima gue apa adanya, si Dion maunya gue berubah menjadi lebih baik. Itu tandanya dia sayang sama gue, gue jadi kelihatan makin cantik fu fu fu".
Raya memutar kan bola mata nya dan mulai malas menanggapi Anna yang sudah berubah.
"Sudah lah. Gue mau cabut". Raya beranjak meninggalkan Anna sendirian di dalam kelas.
"Ray...tungguin gue donk... " teriak nya, namun Raya tak menghiraukan nya.
***
Raya memarkirkan motor gede miliknya kedalam bengkel keluarga nya. Ia sangat tidak bersemangat.
"Raya... nanti setelah kamu selesai beres-beres kamu kesini ya, bantuin papa". Seorang pria paruh baya yang muncul dari dalam kios meneriaki Raya ketika beliau melihatnya berjalan masuk ke dalam rumah.
"Hmmmp... Iya pa... " jawabnya, lesu sembari berjalan.
"Kenapa sih tuh anak?, pulang-pulang tampangnya lemes gitu". beliau bergumam. Ia sedikit khawatir pada anak sulungnya itu.
Raya merebahkan badannya ke atas tempat tidur nya. Berulang kali ia menghelakan nafas nya yang terasa berat.
Flashback on~
Fiona tertawa kecil. Fiona menanggapinya dengan santai, sesekali ia menyunggingkan senyumnya.
"Ha ha ha, enggak salah?, bukannya kalian yang butuh gue?, bukannya kalian salah satu dari mereka juga, yang berusaha ngedeketin gue biar bisa berteman dengan gue".
Anna terdiam karena di kick oleh Fiona. Sedangkan Raya dan yang lainnya hanya terdiam melihat pertengkaran mereka.
"Jangan elu pikir gue enggak tahu, gue bukan orang bodoh, percuma donk gue selalu jadi siswi terpintar di sekolah ini kalo gue enggak bisa tahu apa tujuan dan maksud kalian selama ini, selama ini gue cuma pura-pura tutup mata saja soal itu, karena gue pengen tahu sampai mana tujuan kalian. Dan gue peringatin sama elu untuk terakhir kalinya, elu harus hati-hati sama kedua cowok breng**k itu. Kalo tidak? yaaaa... Elo bakal tanggung penyesalan dan akibatnya sendiri. Gue udah berusaha ngingetin elo. Tinggal elo saja mau terima atau tidak itu terserah loe. Oh ya satu lagi, gue sama sekali gak butuh kalian semua. Terutama elu, yang ada gue kasihan dan prihatin sama loe semua".
Fiona menunjukkan jarinya ke wajah Anna, lalu mengambil tasnya dan beranjak keluar kelas meninggalkan mereka yang kikuk serta tertegun dengan ucapan Fiona. Anna sendiri tak bersuara sedikit pun.
•
"Loe mau kemana?, tumben-tumbenan dandan kayak gini?, apa lagi ini, kok tumbenan gaya rambut loe diikat separuh? Malah enggak pakai bando lagi". Raya terheran melihat Anna sedang berdandan tak seperti dirinya yang memiliki ciri khas selalu memakai bando.
"Iya hari ini si Dion mau jemput gue abis itu kita mau jalan-jalan fu fu fu, terus si Dion kurang suka dengan gaya gue yang pakai bando, dia bilang gue kayak cewek cupu. Terus dia sukanya sama cewek memakai make up. Makanya gue ubah gaya gue jadi seperti ini untuk dia". Ujarnya sembari mentouch-up wajah nya.
Raya menggelengkan kepalanya.
"Itu sama aja dia enggak nerima loe apa adanya".
"Ray... Loe tahu apa soal beginian? Pacaran saja elo enggak pernah, gimana mau paham. Dia itu bukannya enggak mau nerima gue apa adanya, si Dion maunya gue berubah menjadi lebih baik. Itu tandanya dia sayang sama gue, gue jadi kelihatan makin cantik fu fu fu
Flashback off~
Raya memijat-mijat dahi nya yang terasa tegang. Ia memikirkan tentang hubungannya bersama Fiona dan Anna yang kini sudah hancur, bahkan ia sudah tidak bisa lagi mengenali karakter mereka satu sama lain.
"Huuuuuuuffffffffft... Huuuuuuuuuuuuh".
Waktu begitu cepat berlalu kini sudah tiba di hari kelulusan mereka. Semua murid kelas 3 berantusias berbaris dengan rapih dilapangan sekolah, untuk pengumuman yang sudah mereka nanti-nanti.