Seperti biasa Fiona berangkat kesekolah dengan menjadi dirinya. Menjadi pusat perhatian dan pusat perbincangan semua siswa siswi disekolah, sudah menjadi makanan nya sehari-hari. Kini Fiona memasuki kelasnya, tak ketinggalan Diky, Raya, dan Anna juga melihatnya, karena permintaan Anna, Raya terpaksa pindah duduk di bangku sebelah Fiona dan menyuruh Dini teman sebangku Anna untuk duduk di sebelah Fiona. Fiona tak pernah memperdulikan itu semua, ia duduk dengan santai seakan tidak pernah ada kejadian apa pun.
"Hai Fi..." dengan ramahnya Diky menyapa Fiona, namun ia mengacuhkan nya, ia lebih memilih mengambil duku pelajaran yang ada di dalam tasnya ketimbang ia merespon Diky.
"Ehh... Elo tahu enggak Ray? Gue sudah pacaran loh sama Dion". Anna melirik Fiona, ia sengaja membicarakan hal tersebut dengan suara kuat karena ia ingin Fiona merasa panas mendengarkan nya. Diky dan Raja melirik ke arah Anna dan Raya yang duduk di belakang bangku Fiona.
"Apa?". Raya melirik Fiona.
"Iya, kemarin Dion nembak gue. Loe tahu enggak Ray?, Dion itu romantiiiiiisss banget, tadi malam dia nembak gue dengan ala-ala drakor gitu, apa enggak meleleh gue nya fu fu fu, terus gue langsung terima aja deh dia nya, lagian kan lumayan juga biar ada pasangan pas di malam prom nanti, loe kan tahu, enggak enak banget kalau kita ke prom night nya sendiri ntar di bilang FREAK sama satu sekolah fu fu fu". Anna menyindir Fiona yang tak sedikit pun bergeming.
Raya, Diky, dan Raja melirik Fiona yang masih fokus pada bukunya.
"Pagi anak-anak". Tiba-tiba seorang pria paruh baya berwibawa menyapa mereka alias wali kelas mereka.
"Pagi paaak". Mereka sudah teratur rapi pada bangku masing-masing lalu melihat ke arah depan tepat nya ke arah dimana posisi Pak Toni berdiri.
"Oh ya, sebelum kita mulai dengan pelajaran kita. Bapak mau mengumumkan sesuatu pada kalian semua bahwa lagi-lagi di tahun ini kita mampu mempertahankan gelar kita yaitu kelas terbaik seperti tahun-tahun sebelumnya". Ucap Pak Toni.
#Prok.. Prookkk proookkk...
Semua murid bertepuk tangan denga riuh dan bangga kecuali Fiona.
"Dan lagi, Bapak tak bosan-bosannya mengumumkan berita gembira ini, dan kita patut bangga bahwa dua siswa terbaik di sekolah ini berasal dari kelas kita dan mereka masih mempertahankan prestasi nya, berkat mereka berdua kelas kita menjadi kelas terbaik dalam tiga tahun berturut-turut. Bapak bangga pada kalian Fiona dan Diky, terimakasih kalian masih mempertahankan gelar kalian menjadi siswa terbaik nomer satu dan dua di sekolah bahkan menjadi siswa lulusan terbaik dengan nilai yang tertinggi se-Indonesia, kami semua bangga pada kalian yang telah mengharumkan nama sekolah kita". Beliau melihat kearah Diky dan Fiona.
Berulang kali para siswa bertepuk tangan sembari bersorak karena bangga, kecuali Anna yang enggan bertepuk tangan untuk Fiona. Diky tersenyum bangga, tapi tidak untuk Fiona.
"Jadi untuk keberhasilan kelas kita, pak kepala sekolah akan memberikan penghargaan khusus untuk kita terutama untuk Fiona dan Diky pada hari kelulusan kalian nanti di awal bulan depan". Lanjut Pak Toni.
Walaupun siswa yang lain tidak mendapatkan nilai tinggi seperti Fiona dan Diky, namun mereka tetap bangga dengan berita tersebut. Seisi kelas memberikan selamat pada Fiona dan Diky seakan mereka melupakan kejadian yang kemarin, bahkan mereka tidak peduli Fiona akan menyambut mereka atau tidak.
"Selamat ya Diky..."
"Selamat ya Fi..."
"Selamat ya Fi..." Diky mengulurkan tangannya pada Fiona. Fiona memutar kan bola matanya lalu beranjak keluar dari kelas. Teman kelasnya menatap kepergiannya.
"Dasar cewek freak. Baru segitu saja sudah selangit sombong nya". Cibir nya.
"Kalau dia mah wajar sombong karena dia pintar dan punya segalanya, nah elu pinter kagak, cantik pun kagak berlagak sombong". Raja menimpal cibirannya Anna, karena kupingnya pengeng mendengar Anna.
"Maksud elo apaan?" Anna mulai emosi, ia memukul mejanya.
"Sudah, sudah, apaan sih kalian berdua. Mau gue laporin lu berdua ke Pak Toni ha?". Diky melerai kan Anna dan Raja agar tidak berkelanjutan.
Anna benar-benar emosi dan rasanya ia ingin menghajar Raja dan Fiona habis-habisan.
Fiona berjalan menyusuri lorong dan melewati beberapa kelas.
"Hai Fiona... Selamat ya sudah menjadi siswa nomor 1 se- Indonesia". Tiba-tiba seorang siswa laki-laki berbadan sedikit cungkring plus cupu dengan beraninya ia menyapa Fiona, Fiona pun menghentikan langkah kakinya lalu menoleh pada orang tersebut. Ia adalah Riki siswa dari kelas IPA 3, ia salah satu siswa pintar di sekola namun tak menandingi kepintaran Fiona dan Diky. Ia juga sudah lama memendam perasaan pada Fiona.
Semua mata tertuju pada mereka berdua yang berdiri di tengah-tengah lorong, tak ketinggalan juga mereka saling berbisik-bisik mencibir mereka.
Fiona melirik ke sekitar mereka lalu melirik Riki.
"Makasih". Untuk pertama kalinya Fiona merespon orang-orang yang sering menyapa nya. Semua yang melihat sontak terkejut lalu bertanya-tanya.
"Itu beneran si Fiona?. Kok dia merespon si cupu?".
"Demi apa? Dia bilang makasih sama si cupu?".
"O M G...! serius itu? Apa gue enggak salah dengar?".
"Jangan-jangan dia suka nya sama cowok cupu lagi ha ha ha".
"Manusia juga dia ternyata, gue pikir dia patung".
Bagaikan love love di udara, Riki begitu senang untuk pertama kalinya ia menyapa cewek yang ia taksir dan di respon pula dengan nya. Wajah Riki berseri-seri serta tersipu malu, bahkan ia mematung menatap Fiona yang sudah pergi meninggalkan nya.
Tiba-tiba sekelompok anak basket mendekati Riki menoyor kepalanya.
"Ehh cupu, kok bisa-bisa nya si Fiona merespon elo? Gue aja yang sudah 3 tahun sekelas sama dia enggak pernah direspon setiap kali gue deketin. Apa jangan-jangan elo main dukun ya".
"Sembarangan kalian nuduh-nuduh aku main dukun. Mungkin Fiona suka nya sama aku bukan nya suka sama kalian, makanya dia merespon aku". Ujarnya.
"Apa? Ha ha ha ha, harusnya elo tuh ngaca cupu. Elo itu harus sadar si Fiona enggak bakalan mau sama bentukan kaya elu gini ha ha ha. Fiona itu suka nya tife cowok seperti gue gini, cakep terus tajir lagi, bukan cupu seperti elo ha ha ha".
"Iya benar, enggak usah kepedean elo jadi orang ha ha ha".
"Kalo emang Fiona sukanya tife cowok seperti kalian, enggak mungkin sampai sekarang Fiona enggak merespon kalian. Buktinya aku, baru sekali menyapa Fiona langsung di respon sama Fiona, berarti Fiona enggak suka sama kalian, dia sukanya sama aku". Dengan beraninya ia menantang cowok-cowok selengekan tersebut. Mereka merasa geram lalu ingin menghajar wajah Riki.
"Minta di beri ini orang". Ia melayangkan kepalan tangannya ke wajah Riki, Riki memejamkan matanya, ketakutan. Namun tiba-tiba sebuah tangan menghalangi kepalan tangan itu dan tidak mengenai wajah Riki.