webnovel

Jangan Kabur

Yola pagi ini datang ke kantor sambil membawa setumpuk undangan, dua minggu lagi dia akan menikah. Dengan senyum cerah dia memasuki Coffee Shop. Saat dia melangkahkan kaki memasuki pintu toko dia melihat Stefan baru keluar dari pantry.

"pagi bos Stefan" sapanya, Stefan yang sudah melangkahkan satu kakinya di anak tangga menoleh

"hai cantik" setelah melihat orang yang menyapa Stefan tersenyum dan menghampiri Yola "tumben kamu datang ke tokoku, kangen aku?" sambung Stefan dengan menggoda

"saya mau memesan kopi dan menyerahkan ini" Yola menyerahkan undangan merah muda dengan tulisan emas di atasnya

"kamu mau menikah ?" tanya Stefan sambil menerima undangan, Yola tersenyum dan mengangguk. "ah aku merasa patah hati" lanjut Stefan sambil memegang dadanya dengan dramatis.

"heh..kalau hatimu patah ntar aku sambung pake alteco" tiba-tiba Chloe sudah berdiri di belakang Stefan dengan cibiran di mulutnya.

"hei apa kamu tau kamulah yang lebih dulu membuatku patah hati" Stefan berbalik menghadap Chloe.

Yola memandang Chloe dengan mata terbelalak 'ini...bukankah ini gadis yang tempo hari di lecehkan sama bos ? apa dia juga gadis yang sama yang tidur di sofa kantor bos ?. Yola mengamati gadis itu dengan penuh selidik, gadis ini tampak baru berumur sekitar dua puluhan, harusnya dia masih duduk di bangku kuliah.

Saat Chloe berjalan melewatinya Stefan menghentikannya

"kamu mau kemana ?" tanya Stefan

"tidur" jawab Chloe acuh tanpa menoleh pada Stefan dan membuka pintu lalu berjalan keluar

Mata Yola terus mengikuti Chloe sampai gadis itu menghilang di belakang toko

"bos itu.....?" Yola mencoba mengklarifikasi kecurigaannya

"ah.....dia baristaku"

"eh.....apa hubungannya dengan bos diatas ?" Yola menunjukkan jarinya ke atas, Stefan tersenyum

"kenapa ? penasaran ?" Yola mengangguk-anggukan kepalanya kayak ayam lagi makan jagung. "tanya saja sendiri sama bosmu.....ok makasih undangannya aku pasti datang" lalu Stefan naik ke lantai dua membawa undangan di tangannya.

Yola pergi ke meja barista dan memesan segelas kopi untuk dirinya.

🍒🍒🍒🍒🍒

Memasuki kantor Marco Chloe tertegun beberapa saat, kantornya sudah berubah di banding bulan lalu. Di belakang rak buku kini telah ada dinding dengan satu pintu.

"apa yang terjadi ?" tanya Chloe sambil melangkah masuk dan membuka pintu di dinding pembatas. Setelah membukanya dia makin tertegun, di dalam ruangan baru itu ada kasur baru berukuran nomor 2 dan ada tambahan lemari di samping lemari baju Marco.

"aku menyiapkannya untukmu, biar kamu tidak perlu lagi pulang kalo masuk siang, tidur di sofa kurang nyaman" Chloe menoleh menatap suaminya yang sudah berdiri di belakangnya "dan di lemari itu ada baju gantimu" Marco menunjuk lemari baru.

Chloe berbalik menghadap suaminya dan menatapnya penuh kecurigaan.

"yang memilih bajunya mama" jelas Marco sambil melangkah masuk ke kamar.

Saat Marco melangkah masuk Chloe mundur dan memasang kuda-kuda. Melihat sikap waspada istrinya Marco tersenyum licik, dia maju mendekati istrinya, Chloe yang sudah siap langsung menendang ke arah rusuk suaminya, tapi Marco menepis kakinya dengan mudah.

"kalau mau olah raga bilang saja, tidak perlu pakai kekerasan" seringai Marco

"mesum" teriak Chloe dengan pipi yang mulai memerah

"aku akan membawamu ke gym, apa yang kamu pikirkan ?" Marco menyeringai sambil melangkah lebih dekat ke arah Chloe, wajah Chloe sudah merah karna malu "atau kamu ingin olah raga yang lain ?"

"cabul ! pergi !"

"aku akan menemanimu" Marco mengangkat Chloe dan membawanya ke kasur

"lepaskan ! aku mau tidur" Chloe memukul dada suaminya sambil berusaha melepaskan diri.

Marco meletakkan istrinya di kasur dan menindihnya, Chloe tetus memberontak berusaha melepaskan diri dari penganiayaan suaminya, tapi pria itu tidak bergeming sampai terdengar suara ponsel dari kantong celananya.

"angkat telponmu" Chloe seperti mendapatkan penyelamat

"abaikan saja" Marco tidak bergeming, tapi suara ponsel tidak berhenti, akhirnya tanpa berpindah dari atas istrinya dia mengambil ponsel dari kantong celananya

"jangan bergerak" geramnya sambil memelototi istrinya, Chloe merengut

"Marco kamu sibuk ?" tanya suara dari seberang

"hmmm...."

"oke lanjutkan, nanti ayah telpon lagi" dan sebelum Marco menjawab, sambungan sudah di putuskan.

Marco menatap ponsel dengan dahi berkerut "siapa ?" tanya Chloe penasaran

"papa"

"apa ? papa bilang apa ?"

"tidak ada" Marco melempar ponselnya di tempat tidur

"bohong, cepat telpon papa pasti penting" Chloe berusaha meyakinkan, sebenarnya mencari alasan untuk kabur. Marco mengerutkan kening dan akhirnya dia mengambil kembali ponselnya

"tunggu di sini jangan kabur" ancam Marco.

Chloe mengangguk sambil mengawasi suaminya berjalan keluar dari kamar, begitu ke dua kakinya melangkah keluar dari kamar Chloe langsung melompat dari tempat tidur dan mengunci pintu sebelum Marco menyadarinya.

🍒🍒🍒🍒🍒

Suara telpon yang terus berdering membuat Andrew bangun dengan kepala sakit. Semalam dia minum sampai mabuk, kaleng bir masih berserakan di samping sofa. Kepalanya serasa berdenyut, sambil memijat pelipisnya Andrew meraba-raba meja untuk menemukan ponselnya, setelah mendapatkannya tanpa melihat si penelpon dia memencet tombol terima dan suara Felicia langsung tetdengar.

"Kamu batu bangun ?"

"hmm..."

"kamu mabuk semalam ?"

"hmm..."

Sejak kejadian tiga tahun lalu Andrew tidak pernah lagi minum minuman beralkohol.

"jadi kamu tidur dengan perempuan acak ? atau kamu membayar seorang PSK"

Suara Felicia penuh dengan sarkasme.

"hentikan omong kosongmu" Andrew malas menanggapi kecurigaan Felicia "tanda tangani saja surat cerainya" sambung Andrew dengan dingin.

"jadi kamu sudah bertemu dengannya ?" suara Felicia berubah dingin "Andrew aku akan memberitahumu Chloe sudah menikah dan ingat sampai mati aku tidak akan pernah menandatangani surat cerai"

"jadi kamu tau kalau dia sudah menikah ?"

"tentu saja, aku SEPUPUNYA" Felicia sengaja menekan kata sepupu untuk mengingatkan Andrew hubungannya dengan Chloe. Jadi seandainya mereka bercerai dan Andrew akan menikahi Chloe, keluarga mereka tidak akan pernah menyetujui itu.

Tanpa menjawab lagi Andrew langsung menutup ponselnya, dia merasa sangat geram pada perempuan licik itu. Dia tidak habis pikir kenapa gadis manis yang dulu pernah menjadi teman dekatnya bisa berubah selicik itu, hanya karna dia cemburu pada sepupunya.

Andrew akhirnya berendam di buthtub untuk mengurangi sakit kepalanya. Setelah hampir satu jam dia keluar dan berganti baju, dia melirik jam hampir jam dua belas siang, dia bergegas mengenakan baju, menyisir rambut dan menyambar kunci mobil dia atas meja lalu keluar kamar.

Andrew berdiri di samping toko sambil mengamati pintu masuk coffee shop, mobilnya terparkir di samping toko untuk memudahkannya keluar dari area perkantoran nanti. Sambil minum sekaleng soda matanya tidak beranjak dari pintu masuk. Dan penantiannya terbayar, begitu dia melihat sosok gadis mungil berjalan ke arah pintu masuk Andrew langsun berlari kearah Chloe itu. Sebelum Chloe menyadari apa yang terjadi dia sudah ada di atas pundak seseorang, dan di pegang dengan erat, meski dia sudah meronta sekuat tenaga dia tidak berhasil melepaskan diri. Tak lama kemudian Chloe di letakkan di bangku belakang dan pria yang menculiknya sudah ada di balik kemudi dan mengunci semua pintu.

Chloe berhasil duduk dan melihat siapa penculiknya dan menendang kursi dengan geram

"Andrew apa-apaan ini ? lepaskan aku"

"duduklah dengan tenang, aku mau mengajakmu makan siang sambil ngobrol" jawab Andrew dengan senyum tersungging dia melirik Chloe dari spion. Dia bisa melihat gadis mungil itu mendengus kesal, tapi sudah tidak memberontak lagi.

"kenapa tidak mengajakku dengan baik-baik ?"

"kalau aku mengajakmu baik-baik apa kamu akan menyetujui makan denganku ?" Andrew sudah mengenal Chloe dengan baik, saat dia kesal dia tidak akan menjadi gadis pemberontak.

Chloe tidak menanggapi, dia menatap jalanan dengan ekspresi kesal.