10 Sekertaris Nona Andrea

Walaupun kepala masih sedikit pusing tapi Rendi masih Kuat menyetir. Pukul 7 jalanan lagi macet-macetnya. Sebelum pergi untung sholat subuh dulu walau telat. Ditambah nyomot sebuah roti nganggur di ruangan pesta.

Rendi berjalan melewati para pembantu sedang sibuk membereskan bekas pesta. Kepergian Rendi diiringi tatapan heran dan ketakutan para pembantu. Apa sosok pria yang ada di poster nonanya tiba-tiba keluar dari gambar lalu turun ke alam nyata. Atau mereka sedang melihat ada penampakan ghoib. Bahkan melihat Rendi lewat ke hadapan mereka, seorangpun Pelayan muda yang sedang menyapu disudut ruangan sempat tumbang pingsan saking ketakutannya.

Bocah-bocah Alay itu ngadain pesta dimalam Kamis. Pasti pada kesiangan sekolah. Kenapa ga malam Minggu aja sekalian, biar besoknya libur. Mendingan kalau acaranya bonafid. Acara kaya lomba 17 Agustusan aja hebohnya minta ampun. Kenapa ga sekalian aja itu pesta ngadain lomba balap karung, makan kerupuk ama lomba naruh kelereng disendok biar lebih gegap gempita.

Mana handphonenya dari tadi nyala terus. Andrea menelpon dari pukul 6 pagi. Tapi karena di silent makanya Rendi tidak mengangkatnya. Lagipula pukul 6 Ia masih kolaps gara-gara Serena memberikan dia obat bius. Tuch bocah gila, kebangetan amat, Kakaknya sendiri diracun. Rendi yakin banget dua kakek-kakek itu menjadi pendukung, penyokong dan motivator adiknya. Kalau tidak mana mungkin Serena berani.

Lagi pula bocah 17 tahun mana tau dia tentang obat bius segala. Dua Kakek-kakek itu tidak bisa dipandang remeh. Tidak sia-sia mereka berdua menjadi pembisnis besar. Mereka memiliki akal licik yang mengalir dalam darahnya. Dan umur Rendi baru 27 tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan pengalaman mereka yang sudah malang melintang di alam semesta ini lebih dari setengah abad lamanya.

Kalau Rendi saja tidak berkutik apalagi Jasmine bocah ingusan yang baru sweet seventeen. Pengalaman bocah itu paling cuma sebatas mabal dari kelas, nyontek PR orang, ngejailin teman atau kebut-kebutan di jalan itu juga biasanya bagi anak laki-laki.

Atau kenakalan bocah SMA zaman sekarang yang merupakan kenakalan yang paling bertahan dari generasi zaman Fir'aun sampai sekarang. Yaitu nyuri-nyuri merokok. Hmmm... liatin aja kalau sampai Jasmine merokok akan Ia suruh merokok terbalik. Apinya di dalam mulut lalu bagian filternya di luar. Biar kapok.

Rendi kini yakin seyakin-yakinnya. Jasmine ini anak yang bermasalah. Kalau tidak mana mungkin Kakeknya mau nikahin dia dalam usia di bawah umur. Tadinya Ia masih ingin ngobrol dengan kakeknya untuk mencari informasi. Tapi Ia teringat janji dengan Andrea yang akan datang jam 10 ke kantornya.

Akhirnya dengan penuh perjuangan dan tetesan keringat plus bau ketek karena belum sempat mandi akhirnya Rendi keluar juga dari kemacetan parah. Sialan rupanya Ia lupa menyalakan AC mobil. pantas saja Ia keringatan sedari tadi. Rendi memasuki pintu gerbang rumahnya. Dua orang satpam dengan sigap membukakan pintunya. Begitu mau turun sopirnya Andri yang sedari tadi menunggunya segera membukakan pintu mobil . Pasti Gunawan sopirnya yang lain sedang mengantar Serena ke sekolah.

"Kamu sarapan aja dulu, Aku mau mandi dan siap-siap dulu" Kata Rendi sambil memberikan kunci mobil ke sopirnya. Didalam Ia berpapasan dengan ibu tirinya. Rendi mencium tangan kanannya.

"Kata Serena Kamu menginap di rumah Jasmine"

Rendi tampak merah padam, ketara sekali terlihat di wajahnya yang sangat putih dan halus. Tapi sangat memalukan kalau Rendi bercerita bahwa Ia menginap karena dibius adiknya sendiri.

" I..iya Bu, Anu.. Kakeknya Jasmine minta ditemani main catur jadinya keasyikan lupa pulang" Rendi mulai merangkai kata-kata menjadi kalimat-kalimat yang penuh makna untuk mengumbar kebohongan agar menutupi kejadian yang memalukan.

"Pantas saja Serena pulang diantar sopir Kakek. Katanya Kamu tidak pulang."

"Iya Bu..."

"Apa Kakek juga diundang ke pesta itu? Kho sampai sopirnya mengantar Serena pulang?"

"Kurang jelas juga Bu, Apa Ibu tidak bertanya kepada Serena tadi?"

"Itulah Ia kesiangan tadi. jadi terburu-buru pergi. Tadi malam juga Ia langsung masuk kamar dan tertidur pulas."

" Maaf ya Bu, Saya mau mandi dulu udah kesiangan ke kantor "

"Oh ya silahkan, Biar Ibu siapkan sarapannya. Kamu mau sarapan apa?"

"Apapun boleh Bu.." Kata Rendi sambil berjalan cepat masuk ke kamarnya.

***

Usai sarapan dengan benar dan minum kopi pusing Rendi langsung hilang. Semangatnya kembali muncul. Sejenak hilangkan dulu Jasmine dalam otaknya.

"Pagi Pak Rendi ...tumben kesiangan. Telat bangun ya Pak. Apa gara-gara memikirkan seseorang, misalnya seorang sekretaris yang cantiknya luar biasa" Amora tersenyum manis menyapa Bosnya.

Rendi mengerutkan keningnya. "Memang disini ada sekertaris yang cantiknya luar biasa??" Kata Rendi sambil celingukan kaya yang lagi nyari seseorang.

Amora langsung manyun. "Ih..Bapakmah kaya gitu."

"Makanya jangan suka melakukan suatu fitnah, oh ya Amora. Nanti kalau ada Andrea. Suruh Ia langsung masuk ke ruanganku"

"Andrea siapa Pak?"

"Andrea Presiden Direktur PT. PAV. Dia mau bermitra dengan kita"

"Oh Ok..Siap Pak"

Lalu Rendi berjalan masuk ke ruangannya. sementara itu Amora yang sedang menyortir berkas-berkas yang akan di baca Rendi kembali melanjutkan pekerjaannya. Tapi tiba-tiba Ia memikirkan Andrea. Seorang wanita akan menemui Rendi. Bosnya yang tampan bagai dewa. Diam-diam Amora jadi panas hati. Suasana jadi gerah. Ada api cemburu yang mulai membakar setiap sudut direlung hatinya.

"Andrea..Hmm wanita yang menjadi presiden PT PAV. Aku tau perusahaan itu adalah perusahaan besar di bidang telekomunikasi. Tidak disangka pemiliknya seorang wanita. Tapi tenang ga usah emosi Pasti si Andrea ini Udah tua dan jelek. Ga akan sebanding dengan kecantikan dan kemudaan diriku yang begitu mempesona. Cuma Pak Rendi sering tidak mau mengakuinya. Ia tipe lain di mulut lain di hati. It's Ok..Pak Rendi. Cepat atau lambat. Kamu akan jatuh dalam pelukanku. Pokoknya Coming Soon" Kata Amora dalam hati sambil mengeluarkan kaca riasnya dan mulai bersolek.

Ketika Ia mengoleskan lipstik ke bibirnya untuk mempertebal warna yang sudah mulai pudar gara-gara Ia makan donat coklat hasil nyomot di meja kerja bagian pemasaran. Datang sosok tubuh tinggi semampai mengenakan pakaian kerja bewarna hitam. Rok pendek, Blazer wanita yang sekali lihat itu blazer pasti keluaran butik ternama.

Wajah wanita itu sangat cantik, matang dan cerdas. Rambutnya ditata modern dengan riasan yang rapi, sedikit glamor tapi bersahaja dan pas banget dengan wajahnya. Saking terpesonanya Amora sampai tidak sadar mengoleskan lipstik sampai ke pipi.

Wanita itu tersenyum melihat lipstik yang mampir ke pipinya Amora. "Maaf Mbak..itu lipstik setahu Saya hanya buat di area bibir. Tapi Kho ini mampir di pipi ya?" Tanya wanita itu membuat Amora langsung merah padam karena malu.

Ia segera mencabut lembaran tisu di kotak tisu dan melap pipinya. "Anda siapa?" Tanya Amora sambil tersenyum. Sebagai seorang sekretaris jelas sikap nya bukan sembarangan.

"Saya Andrea. Sudah ada janji dengan Bapak Rendi pukul 10. Dan Ini sekertaris Saya Nona Yesi." Kata Andrea sambil memperkenalkan seorang wanita yang ada dibelakangnya. Amora melihat seorang wanita yang sangat anggun. Tidak terlalu cantik tapi tetap menarik. Sangat berbeda dengan Andrea yang berpenampilan high class. Yesi ini cantiknya membumi, sederhana tapi tetap saja menarik.

Yesi menganggukan kepalanya dengan sopan ke Amora. 'Oh sial dua orang wanita menarik akan menemui Pak Rendi hari ini. Kau harus hati-hati. Pasang mata, pasang telinga jangan sampai gebetannya kena gebet orang lain.' Amora ngoceh dalam hatinya.

"Oh ya Ok..baiklah. Mari ikut saya. Saya akan membawa Anda menemui Pak Rendi.

Amora lalu berjalan dengan langkah yang dibuat seanggun mungkin. Wajah dipasang style anggun agar tidak kalah dengan dua wanita dibelakangnya.

Sesampainya di depan ruangan Rendi. Yesi mengetuk pintu dan berkata memanggil bosnya." Pak Rendi!!"

"Ya masuklah.."Terdengar suara khas Rendi yang menggetarkan jiwa.

Pintu terbuka tampak Amora sekertarisnya. "Ibu Andrea dan sekertarisnya sudah datang Pak.."

Rendi mengangkat wajahnya dan menatap ke arah pintu. Ia lalu berdiri menghampiri ke arah para wanita itu. Mengulurkan tangan tetapi kemudian terpaku bagai patung lilin madame Tussauds, menatap wanita di sebelah Andrea.

' Yesi???? wanita yang selalu menghiasi mimpinya. Mimpi kering sampai mimpi basah, Wanita yang membuatnya gagal move on sampai dikira gay. Sekarang berdiri dihadapannya...Oh My God' Rendi merasa darahnya berhenti mengalir.

avataravatar
Next chapter