webnovel

Kontrak Pernikahan (3)

Serena menatap wajah Kakaknya yang terlihat sudah mulai memar dan bengkak. Hatinya menjadi iba. Rendi sendiri terlihat tidak keberatan dan segera menjawab.

"Aku tidak akan menyentuhnya seandainya ia mengikuti juga aturan main yang akan kuajukan"

Jasmine melotot, Bukankah Ia yang akan membuat kontrak pernikahan mengapa Rendi menjadi ikut-ikutan membuat aturan main.

"Aku tidak mau mengikuti aturan apapun yang diajukan oleh kakakmu, bukankah aku yang akan mengajukan kontraknya" Jasmine berbicara dengan ketus.

"Hallo Nona sok pintar. Kontrak itu dibuat oleh kesepakatan antara pihak pertama dan kedua untuk melindungi terpenuhinya hak kedua belah pihak dan memastikan kewajiban antara mereka akan dijalani sesuai kesepakatan" Serena mendorong kepala Jasmine dengan pulpen yang Ia pegang.

Rendi menatap adiknya, dalam hatinya Ia membatin kenapa bukan istrinya yang begitu cerdas dan kenapa istrinya begitu naif dan menyebalkan. Tetapi kemudian Ia menyadari bukan Jasmine yang bodoh tetapi memang adiknya terlahir dengan gen yang sama dengan dirinya. Mereka menyandang gen kecerdasan dari sang Ayah. Tingkah Jasmine adalah tingkah sewajarnya anak gadis yang baru menginjak umur 17 tahun.

"Aku tidak mengerti" Kata Jasmine, mengapa Serena bicara seperti guru PPKN nya yang sedang menjelaskan tentang hak dan kewajiban warga negara.

"Begini Nona... Kau mengajukan suatu keinginan dalam kontrakmu dan kakakku akan menurutinya tetapi dengan syarat kau juga mengikuti keinginannya. Inilah yang disebut kontrak antara dua belah pihak." Kata Serena.

"Ya..ya baiklah. Daripada Aku tambah pusing. Nah sekarang tanyalah pada kakakmu apa keinginannya?" Jasmine mendekapkan tangannya didepan dadanya. Ia tidak mau memandang Rendi. Ia sedikit menyesal wajah tampan Rendi kini menjadi memar. Ia seperti sudah memukul Cha Eun Woo.

"Aku ingin Jasmine selalu meminta izin kepadaku setiap Ia mau keluar rumah. Aku tidak mau Ia menyelinap lagi di malam hari tanpa sepengetahuanmu"

"APA?? Apa maksudmu, enak saja Kamu bicara. Memangnya kamu siapa? Aku akan pergi kemanapun Aku mau tanpa harus meminta izin dulu" Jasmine berkata sambil berdiri Ia mau mendekati Rendi dan ingin kembali melancarkan suatu serangan. Tetapi Serena menahan dadanya dengan telapak tangannya. "Diam!! dan duduk!!" Serena mendorong Jasmine agar duduk kembali di kursinya.

"Kakakku hanya meminta agar Kau izin setiap mau pergi atau melakukan sesuatu sebagai balasan untuk tidak menyentuhmu. Aku pikir itu adil. Lagipula memang sudah seharusnya seorang istri untuk meminta ijin suaminya jika akan pergi."

Jasmine diam Ia berpikir keras tetapi kemudian Ia berkata,"Baiklah Aku setuju"

Serena segera mencatat aturan nomor satu, dibawahnya Serena menambahkan catatan. Jika Jasmine melanggar maka Rendi boleh menyentuhnya. Jasmine mengerutkan keningnya membaca catatan dibawahnya. "Kalau Aku melanggar berarti Kakakmu boleh menyentuhku?" Jasmine mencoba menegaskan kembali.

"Yup..termasuk kalau Ia ingin bercinta denganmu"

"Akh....Aku tidak mau, Aku tidak mau bercinta dengannya" Jasmine berteriak histeris.

"Kalau begitu usahakan kau meminta izin setiap mau pergi keluar rumah" Serena melotot. Dan Rendi tersenyum walau kemudian Ia meringis merasakan perih disudut bibirnya.

"Ayo Jasmine ada lagi yang Kau inginkan?" Tanya Serena

"Aku tidak mau tidur sekamar dengannya" Jasmine berkata dengan tegas.

"Bagaimana bisa? Kau istri Kakakku Kau harus tidur sekamar dengannya. Bagaimana kalau kakekmu tahu, Apa Ia akan terima kau bertindak seperti itu" Serena terlihat gusar tetapi kemudian Ia terkejut mendengar Kakaknya berkata.

"Aku setuju dengannya. Lagipula Aku tidak ingin tidur dengan keadaan waspada terus menerus. Aku tidak ingin nyawaku melayang ketika sedang tertidur. Aku tidak akan mengajukan keberatan terhadap aturan yang ini. Anggap saja ini keinginan kami berdua"

Serena menganggukan kepalanya dan segera mencatat aturan yang kedua. Karena ini keinginan mereka berdua maka Serena tidak menambahkan suatu catatan.

"Aku tidak ingin kakakmu melarang Aku untuk berhubungan dengan siapapun, baik itu lelaki atau perempuan." Jasmine berkata dengan dingin. Serena melotot kembali ketika Ia akan berbicara Rendi lalu berkata.

'Ok fine, Aku juga tidak keberatan. Asalkan aturan ini berlaku sama. Aku juga tidak ingin dilarang bertemu dengan teman-teman wanitaku." Kata Rendi.

"Bagaimana bisa?? Bukankah seseorang kalau sudah menikah harus saling setia tetapi mengapa Kalian berdua berlaku seperti itu. Kalian merusak kesakralan suatu pernikahan." Serena memprotes keinginan mereka.

"Apakah sakral itu?" Jasmine bertanya dengan muka tidak mengerti.

"Sakral itu suci, Dodol!!! Otakmu isinya apaan sih Jasmine?" Serena berteriak kesal

"Oooh..." Jasmine manggut-manggut. Tetapi kemudian Jasmine berkata. " Pernikahan Kami ini suatu pernikahan paksa. Kami tidak saling mencintai. Jadi siapa tahu kedepannya Aku menemukan pujaan hatiku."

"Kalau kau menemukan pujaan hatimu lantas kau akan meninggalkan Kakakku begitu? kau ini benar-benar wanita yang tidak punya hati. Kakekmu adalah orang yang baik tetapi Kau sangat kejam. Aku sangat menyesal telah mendukung perjodohan ini"

"Tidak apa-apa Serena, Kakak juga tidak mau terikat dengannya seumur hidup Kakak."

Jasmine mencibir. "Apalagi aku, jangankan seumur hidup, sedetik juga Aku tidak sudi"

"Kalau begitu segera Kau temui Kakekmu dan minta Ia untuk membatalkan pernikahan ini" Serena berkata dengan kesal.

"Apa?? Apa?? Apa kau mau membunuh Kakekku?"

"Bukan Aku yang mau membunuh Kakekmu, tapi Kau sendiri, Jangankan Kakekmu yang memiliki sakit jantung, orang sehat saja melihat kelakuanmu seperti ini dia akan mati mendadak"

"Sudah!! Kalian sudah jangan ribut lagi. Ayo Jasmine kau ingin aturan apalagi. Bicarakan pada Serena. Aku tidak perduli asalkan Kau tidak pergi tanpa sepengetahuanku dan meminta cerai untuk saat ini. Kecuali jika Kau sudah berusia 21 tahun Kau baru boleh meminta cerai dariku. Aku juga tidak ingin memaksa seseorang yang tidak mencintai aku. Aku bukanlah pria yang berhati batu. Aku sangat lapar Aku ingin sarapan."Rendi melangkah keluar. Ia tadi sudah mengatur peredaran darah disetiap bagian tubuhnya yang kena tendang dan pukul Jasmine. Sehingga ia bisa pulih dengan cepat. Hanya saja luka dipipi dan bibirnya masih berbekas jelas.

"Kau perempuan bodoh yang menyia-nyiakan pria sebaik kakakku. Lihat saja Kau akan menyesal" Serena bersungut- sungut. Jasmine terdiam sambil cemberut.

Next chapter