webnovel

Kontrak Pernikahan (2)

Ketika Rendi mau menciumnya lagi. Tiba-tiba "Plak!!!" Jasmine menampar pipi Rendi dengan keras hingga Rendi hampir terpelanting. Ia lengah karena terlalu bernafsu. Kaki jenjang Jasmine lalu menendang perut Rendi hingga Rendi terjengkang ke belakang langsung menghantam ranjang.

Darah mengalir disudut bibir tipis Rendi. Pada pipinya tergambar telapak tangan Jasmine. Pipi Rendi begitu putih bagai salju sehingga telapak tangan Jasmine tergambar dengan jelas. Bibirnya yang indah dan tipis menawan itu sekarang bengkak. Rendi memegang perutnya yang terasa nyeri dan mulai mual. Ia menyeringai menahan sakit. Tapi ketika Ia melihat gerakan kaki Jasmine yang mulai mengarahkan ujung tumitnya mengancam dadanya. Rendi segera meloncat ke samping. Ia memutar tubuhnya menghindari tangan kanan Jasmine yang akan menghajar perut sebelah kiri.

"Kau berani menciumku. Aku tidak suka kau cium..Aku benci disentuh laki-laki. Aku ingin membunuh mu" Jasmine semakin kalap. Pukulan dan tendangan bertubi-tubi mengarah pada tubuh Rendi. Rendi yang sudah terluka jadi kalang kabut. Ia juga tidak bisa menggunakan ilmu menotoknya karena Jasmine selalu menjaga jarak dengannya.

Ketika Rendi meloncat ke kiri Ia tidak melihat ada sepatu Jasmine di dekat ranjang. Ia menginjak sepatu jungle yang tinggi dan keras akibatnya Rendi kehilangan keseimbangan badannya goyah dan Jasmine tahu itu sehingga Ia langsung menendang punggung Rendi sekuat tenaga hingga Rendi terpental menabrak lemari pakaian.

Suaranya begitu keras. Rendi terkapar di bawah. Matilah Ia.. Rendi berbisik dalam hati ketika Rendi melihat Jasmine sudah akan menerjang lagi. Tetapi kemudian Ia melihat gerakan Jasmine tiba-tiba terhenti karena mendengar suara Serena berteriak histeris. Untungnya Serena disuruh Kakeknya untuk memanggil kakak dan kakak iparnya untuk segera sarapan.

"Kau mau membunuh kakakku? Hentikan!! Langkahi dulu mayatku" Kata Serena sambil menghalangi tubuh Rendi dengan tubuhnya. Tangan Jasmine yang hendak menghajar dada Rendi terhenti. Rendi terbatuk-batuk merasakan sakit dan mual pada perutnya. Tangannya menghapus darah segar yang mengalir dari sudut bibirnya.

"Kakak!! Kakak Rendi. Ya Tuhan..Kau terluka." Serena memeluk Rendi sambil menangis. Rendi memegang dadanya sambil berusaha berdiri. Ia mengatur nafasnya yang tersendat di dadanya yang sakit.

"Kau bukan manusia!! Kau adalah monster yang berwujud manusia. Bagiamana bisa Kau menghajar kakakku, suamimu sendiri seperti ini. Kalau sampai Kakakku kenapa-kenapa Aku akan balik menghajarmu"

Jasmine terdiam matanya masih menatap Rendi dengan pandangan buas. "Dia terus menerus menciumku. Aku Jijik.."

"Tapi Ia suamimu, Dia berhak melakukan apa saja kepadamu" Serena melotot kesal.

"Aku tidak menyukainya!"

"Bagiamana bisa Kau tidak mencintainya. Lihat dia begitu tampan" Serena tidak terima Kakaknya diperlakukan semena-mena oleh Jasmine.

"Aku tidak perduli Ia tampan. Aku menikahinya karena terpaksa. Aku sangat membencinya. Aku ingin Ia meninggalkan ku secepatnya"

"Mana bisa seperti itu?Kau ingin Kakekmu mati kena penyakit jantung?" Serena ngomel-ngomel.

"Kalau tidak bisa bercerai Aku ingin membuat kontrak pernikahan"

"Ya Dia ingin membuat kontrak pernikahan denganku. Aku juga tidak mengerti apa maksud nya? " Kata Rendi sambil duduk di atas ranjang. Bibirnya terasa perih. Ia jadi ingin tertawa terbahak-bahak. Bibirnya itu baru saja menemukan kesenangan baru tapi baru saja mulai sekarang malah bibirnya kena tabok. Hanya saja malah membuat Rendi semakin ingin menciumnya. Rendi Iklash ditabok sama Jasmine asal Ia bisa menciumnya terus menerus.

"Kontrak pernikahan apa maksudmu?" Kata Serena sambil tetap menatap tajam. Ia juga bingung tapi bisa meraba-raba apa maksud dari perkataan Jasmine.

"Aku juga bingung seperti apa. Tapi point yang pertama dalam kontrak itu adalah Aku tidak ingin Ia menyentuhku"

"Menyentuh apa maksudmu? Mencium? Meraba? Atau bercinta?" Kata Serena. Perkataan Serena membuat Jasmine dan Rendi kompak melotot kearahnya. Menjijikan sekali perkataan yang keluar dari mulut Serena. Bahkan Rendi saja sampai merasa ngeri. Perutnya menjadi bertambah mual.

Rendi tidak suka mendengar perkataan yang vulgar baginya cinta cukup dinikmati tidak usah diucapkan.

Serena jadi nyengir ditatap oleh dua orang di depannya bagaikan akan membunuhnya.

"Sudah jelas mencium. Bukankah Kau bilang Kakak mu itu gay. Sehingga Ia tidak mungkin mau bercinta dengan ku" Jasmine berbicara dengan ketus.

"APAAA?" Rendi melonjak kaget mendengar kata-kata Jasmine. Ia semakin buas melihat ke arah adiknya. Serena jadi cengengesan. Ia melirik ke arah Kakaknya.

"Kenapa Kau berbohong?" Kata Rendi sambil melotot. Jasmine kaget.

"Siapa yang berbohong? Apakah ini berarti kalau Serena berbohong bahwa Kau tidak Gay?" Jasmine menatap ke arah Serena dan Rendi bergantian dengan wajah bingung.

"Tentu saja Aku tidak gay, Aku normal." Rendi merasakan kepalanya jadi pening. Berhubungan dengan dua gadis ABG dihadapannya membuat Ia jadi merasa gila.

"Kenapa Kau berbohong kepada ku? Kenapa?. Aku sudah merasa merasa tenang tadi. Sekarang Aku semakin ketakutan." Jasmine morang-maring pada Serena.

"Kau takut apa? Takut Kakakku memperkosamu? Kaukan ternyata bisa melawannya. Lihat sekarang Kakakku. Mukanya memar olehmu." Serena balik morang-maring pada Jasmine.

"Ya..ya..Aku bisa melawannya karena dia sedang lengah. Siapa suruh Ia terus-menerus ingin menciumku"

'Itu karena Kau juga menginginkannya" Rendi berkata sambil tersenyum.

"Apa? Apa maksud perkataan mu? Kau ingin Aku hajar lagi"

"Kau tidak usah menutupinya, Bukankah tadi Kau memejamkan matamu"

Wajah Serena jadi merah padam. Obrolan macam apa yang sedang terjadi dihadapannya. Bukankah tadi Ia dipelototi karena bicara Vulgar. Sekarang mereka enak saja berdebat tentang ciuman.

"Sudah hentikan!! Aku pusing mendengar perdebatan kalian. Sekarang Aku akan bantu kalian untuk membuat kontrak pernikahan. Jasmine kau duduklah di sofa. Dan Kakak duduk saja di atas ranjang. Aku akan mengambil kertas untuk menuliskan kontraknya. Aku akan bertindak adil. Kalian berdua akan membuat kontrak pernikahan dengan Aku sebagai saksinya"

Next chapter