15 Wanita Malam

*Flashback*

Seorang wanita berjalan di sepanjang trotoar. Lalu lalang kendaraan malam, terkadang membuat si wanita histeris. Ia berteriak dengan menyuarakan isi hatinya. Tubuhnya kotor, banyak dosa yang telah ia lakukan.

"Aaaahh ... Tuhan! Kenapa hidupku seperti ini!" teriaknya histeris. Ia memandang beberapa pengendara motor yang menggelengkan kepala. Ada juga yang melihatnya dengan tatapan nafsu. "Cuih ... dasar br**gsek!" umpatnya pada seseorang yang lelaki yang memandang dengan tatapan nafsu.

Wanita cantik, langsing, putih, dan juga memiliki tinggi seratus tujuh puluh centi meter. Ia menggunakan pakaian seksi, dan sepatu hak tinggi. Revalina, biasa dipanggil Eva. Biasa dijuluki atau dipanggil wanita kupu-kupu malam, wanita malam, wanita panggilan, dan apalah itu. Yang pasti, pekerjaannya tidaklah baik.

"Ya Tuhan ... jika Kau menginginkanku untuk tetap hidup, tolong bantu aku untuk mengatasi masalah ini, Tuhan! Atau Kau cabut nyawaku sekarang juga!" Ia berdiri di atas sebuah jembatan.

Wanita itu telah berjalan kaki. Ia bahkan sampai lupa, bahwa ia sudah tidak memakai alas kaki lagi. Entah di mana ia tinggalkan.

"Aku ingin mati saja ... percuma aku hidup. Selama ini, aku hidup hanya untuk ibuku yang sakit-sakitan. Sekarang ibuku pun telah diambil oleh-Mu ..." Keluhnya karena baru saja kehilangan ibunya.

Wanita muda itu menyilangkan kedua tangan di dadanya. Ia menatap nanar ke depan. Terlihat bayang-bayang seorang wanita paruh baya terbaring kaku di ruang rawat inap. Sejujurnya ia sudah berusaha mencari uang sebanyak-banyaknya, tetapi tetap saja tidak cukup untuk membiayai semua yang dibutuhkan.

Ia menjadi wanita panggilan dan pemuas nafsu lelaki. Ia tidak memperdulikan masa depannya sendiri yang telah hancur. Wanita itu berjalan di lorong jembatan. Kaki jenjangnya menapaki lorong sempit dan gelap.

"Wah, wanita itu lewat sini lagi. Gua jadi ketagihan," ucap seorang berandal tua yang bertubuh gendut.

"Tenang, Bon! Kita berdua akan dapat jatah darinya malam ini." Satu rekannya bersiap untuk menyambut wanita yang sudah semakin dekat.

Tidak ada jalan lagi baginya kabur. Ini adalah satu-satunya jalan yang harus ia lewati untuk pulang pergi. Pakaian seksinya, serta tubuhnya yang membuat lelaki hidung belang, akan sangat bernafsu jika melihatnya.

"Bang, hari ini saya capek sekali ..." lirihnya. Ia berjalan lunglai ingin melewati dua lelaki yang selalu meminta jatah lewat. Bukan dengan uang, tetapi dengan tubuhnya.

"Oh ... sudah capek? Hahaha! Emang kita peduli? Yang penting, kau harus memberi kami jatah tiap hari. Hahaha!" tawanya lantang. Ia tidak takut pada setiap orang lewat. Memang tempat mereka saat ini sangat sepi.

Wanita itu pasrah. Ia tidak mungkin dengan tubuh lemahnya mampu menghadapi dua preman yang ditakuti. Ia baru saja melayani banyak orang, tetapi ia rasa uang yang didapat masih saja kurang.

"Akkhh!" teriaknya ketika ia diseret ke dalam tempat gelap. Wanita itu merintih menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Heih ... dalam remang-remang pun kamu masih tetap menggoda. Wuih ..." ungkapnya dengan menjilat bibirnya sendiri.

"Aku mohon, Bang. Hari ini libur dulu! Aku capek banget ..." lirih wanita itu dengan suara parau.

"Hmmm ... tidak bisa! Kami sangat ingin malam ini juga!" bentak lelaki kurus dengan kepala botak.

"Hehehe ... ayolah cantik! Kamu nggak boleh protes!" ancam lelaki gendut dengan rambut cepak.

***

Hilman baru saja menghadiri pesta pernikahan temannya. Ia bahkan sudah bosan menjawab pertanyaan temannya, karena belum juga menikah diusianya yang sebenarnya masih muda. Usia 27 tahun itu, masih tergolong muda. Tetapi teman-temannya bahkan ada yang lebih tua darinya. Selama ini, Hilman tidak pernah terlihat memiliki atau membawa pacar.

Hilman menghentikan mobilnya di pinggir jembatan, karena ia terburu-buru ingin buang air kecil. Hingga ia selesai, ia mendengar suara desahan dan teriakan seorang wanita, juga tawa dua orang lelaki. Hilman pun mendekat kearah suara itu.

Alangkah terkejutnya saat ia sampai, dua pria yang sedang membuka paksa pakaian Eva. Wanita itu sudah pasrah, ketika ia sudah tidak ada tenaga lagi untuk melawan.

"Hei, apa yang kalian lakukan?" teriak Hilman.

Dua orang yang sedang melakukan aksinya, melihat Hilman menghentikan mereka. Mereka nampak sangat marah ketika ada seseorang ikut campur. Hilman mendekati dua orang tersebut, lalu melayangkan pukulan pada seorang yang bertubuh gendut.

"Dasar bajingan! Ikut campur urusan orang lain saja!" maki orang yang kena pukulan di perutnya.

Eva terdiam, tidak berani melihat pertarungan Hilman dengan kedua orang yang sudah berkali-kali melampiaskan nafsu padanya. Ia sebenarnya ingin berhenti dari pekerjaannya. Mengingat ia sudah tidak memiliki apapun lagi. Ibu satu-satunya yang dikasihi telah meninggalkan dunia untuk selamanya.

Ia tidak memikirkan siapapun yang akan menang. Ia berpikir, siapapun yang menang, akan melakukan hal tidak ia inginkan. Setiap lelaki biasanya hanya menginginkan tubuhnya.

Sementara Hilman sedang berkelahi dengan dua orang yang sudah terlihat kelelahan. Karena efek minuman keras yang mereka minum sebelumnya. Sehingga Hilman, dengan waktu tidak terlalu banyak, bisa mengalahkan dua orang itu secara telak. Walau tubuhnya terkena beberapa luka lebam, tetapi ia juga berhasil membuat dua lawannya tidak berdaya.

Berbagai umpatan terlontar dari mulut kedua preman yang sudah tidak berdaya. Mereka akhirnya melarikan diri dari tempat tersebut. Hilman berjalan mendekati Eva yang bergeming di tempatnya. Wanita itu tidak membenarkan pakaiannya yang telah robek. Seakan mempersilahkan dirinya untuk lelaki yang telah memenangkan perkelahian.

"Kenapa malam-malam begini kau berada di tempat seperti ini?" tanya Hilman tanpa memperhatikan Eva. Ia tidak ingin menjadi orang yang bersalah.

Hilman melihat sekeliling. Gelap. Hanya beberapa lampu jalan yang telah rusak. Beberapa telah mati total, dan pandangan remang-remang membuatnya tidak terlalu bisa melihat sekeliling.

"Kenapa kau diam saja? Tidakkah kau tertarik pada tubuhku?" tanya Eva heran. Setidaknya ia masih percaya diri, wajahnya masih cantik, tubuhnya pun tidak kalah menarik, tetapi ia baru kali ini ada orang yang tidak menghiraukannya. Malah terkesan tidak peduli dengan tubuhnya.

"Maaf, sepertinya kau salah paham. Saya hanya kebetulan lewat, dan mendengar jeritanmu. Maka saya datang untuk menolongmu."

"Cuih ... semua lelaki sama aja. Mungkin kau berniat menolongku, lalu apa balasan yang harus kulakukan padamu? Aku harus melayanimu? Baiklah, ayo ke rumahku saja!" ajak Eva membetulkan pakaiannya. Ia berjalan menggandeng tangan Hilman, tetapi lelaki itu tetap diam di tempat.

Eva tidak mengerti. Ini mungkin pertama kalinya ia diperlakukan seperti ini. Atau mungkin lelaki itu sedang menunggu waktu yang tepat, atau ia tidak tahu kebenarannya?

"Kau tidak perlu khawatir. Saya tidak akan melawan atau apa. Lagian sudah ratusan orang yang melihat tubuhku. Sudah dipastikan, kau bukan orang pertama." Eva menitihkan air mata, ketika mengatakan itu.

"Apa maksudmu?" tanya Hilman yang tidak tahu menahu. Apa maksud perkataan wanita itu. Walau ia bukan yang pertama, tidak mesti juga ia akan sama seperti kedua orang yang ia kalahkan. Sedangkan niatnya hanyalah menolong orang yang sepertinya membutuhkan pertolongan.

"Apa kau tidak tertarik padaku? Heh ... padahal kamu lelaki yang tampan. Aku rela jika kamu yang melakukannya padaku. Atau kau belum tahu? Baiklah ... perkenalkan namaku Revalina. Kau bisa memanggilku Eva. Aku seorang wanita malam, yang melayani setiap lelaki yang membayarku!" Eva mengulurkan tangannya pada Hilman.

"Namaku Hilman." Hilman membalas uluran tangan Eva, lalu mengatakan, "Saya hanya berniat menolong. Dan saya tegaskan, saya tidak seperti yang kau duga. Saya tidak ingin mempermainkan wanita." Hilman melihat Eva yang telah pergi. Wanita itu pergi dari hadapan Hilman.

*Flashback end*

***

avataravatar
Next chapter