117 Sakit Sungguh Sakit,,,,

Untuk beberapa saat,Kiran terdiam di dalam mobil taxi yang sedang melaju dengan kecepatan sedang.Sebelumnya Kiran sudah memberitahukan alamat yang akan dia tuju.

Kiran tiba-tiba saja teringat sesuatu,dia kemudian merogoh tas selempangnya dan mengambil ponselnya yang dari semalam tak di lihatnya.

"Haaa,,,,panggilan telfon Mami banyak sekali.Bahkan ada telfon dari rumah."Gumam Kiran nampak terkejut saat melihat 35 panggilan tak terjawab.Kiran sebelumnya memang telah mematikan dering ponselnya.

"Pak,,,,bisa cepetan sedikit ga..!?"Suruh Kiran dengan ramah.Namun dirinya begitu cemas.

"Iya nona..."Jawab sopir taxi itu dengan sopan.

"Apa mami sekarang ada di rumah mas Arjun..?" batin kiran bertanya-tanya.Dia bahkan sudah tak bisa duduk tenang di dalam mobil,tangannya terus saja meramas jari-jarinya.

Sekitar 15 menit,Akhirnya mobil taxi itu berhenti tepat di depan pintu gerbang yang berwarna hitam yang di dalamnya berdiri rumah mewah berlantai dua.

"Ini pa,,,,," kiran menyerahkan uang 100 rb dua lembar dan segera turun.

"Nona kembaliannya.."Panggil sopir itu dengan buru-buru saat melihat Kiran sudah mau turun dari taxinya.

"Ambil aja pak,,, !"Ucap Kiran sambil tersenyum dan benar-bena turun dari mobil taxi itu.

Namun kiran dapat mendengar suara sopir taxi itu yang mengucapkan terima kasih padanya.

"Terima kasih nona..."

Kiran berjalan dan memanggil satpam untuk membukakan pintu gerbang yang memang selalu terkunci.

"Pak tolong bukain."Pinta Kiran.

Pak satpam yang bernama pak memet itu langsung berlari kecil saat melihat Kiran dan membukakan pintu gerbang untuknya.

"Non Kiran."Ucap Pak memet dengan sopan sambil sedikit membungkukkan punggungnya.

Kiran tersenyum ramah.Kemudian matanya tak sengaja melihat mobil yang terparkir di halam rumah yang sangat di kenalnya.

"Apa mami ada di dalam pak,,,?" tanya kiran hanya untuk memastikan walaupun dia sudah tahu apa jawabannya.

"Iya non.Nyonya masih sangat pagi tadi sampainya."Jawab pak Memet.

Kiran hanya manggut-manggut dengan tersenyum tipis.

"Biar saya bawahkan tasnya non.." kata pak memet lagi yang ingin mengambil tas pakaian yang sedang di tenteng oleh kiran.

Namun kiran menolaknya dengan ramah."Tak perlu pak,biar saya saja.Ya sudah pak,saya masuk dulu."

Pak memet hanya menjawab dengan membungkukan punggungnya.Kiran pun segera berjalan meninggalkan pak memet.

Pak memet menutup kembali pintu gerbangnya dan kembali lagi ke pos penjaga.

Kini kiran berada tepat di depan pintu rumah dan sangat ragu untuk membukanya.Dia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan-lahan.

"Hmmmmmmmm,,,Huuuuufff." Kiran mengulangnya beberapa kali sampai merasa sedikit tenang.Tangannya terulur ingin membuka pintu utama rumah itu namun tiba-tiba saja pintu itu terbuka dari dalam dan betapa kagetnya dia saat melihat siapa yang sedang berdiri di depannya saat ini.Mata kiran tak berkedip sedikitpun menatap sosok di depannya.

"Ma----mas----mas Ar--ju---n."Ucap Kiran dengan gugup dengan suara pelan namun masih dapat di dengar oleh Arjun.

Arjun awalnya juga begitu kaget saat tak menyangka akan melihat kiran sudah berada di depan pintu rumah mereka.Namun dia segera mengatasi rasa keterkejutannya dan bersikap biasa-biasa saja.Mereka berdua terdiam saling tatap satu sama lain.

"Mas Arjun,,,,,apa mas mau pergi kekantor..?"Tanya kiran akhirnya dan buru-buru mengalihkan pandangannya tak tahu kemana.Kiran bertanya seperti itu,karna melihat Arjun yang begitu rapi mengenakan jas kerjanya.

Bukannya di jawab,Arjun malah pergi melawati tubuh kiran begitu saja yang membuat kiran terdiam membeku mendapatkan sikap Arjun yang begitu cuek terhadapnya.

Arjun masuk ke dalam mobil dan segera menjalankan mobilnya meninggalkan kediamannya juga meninggalkan Kiran yang masih terdiam.

Perlahan Kiran membalikan tubuhnya melihat kepergian mobil Arjun yang sudah keluar dari pintu gerbang.

Dia mendengus merasa kesal."Ga enak tahu di cuekin.Dada ini rasanya begitu sakit.Sakit sungguh sakit."Kata Kiran pada dirinya sendiri sambil tangan kanannya memegang dadanya.Matanya masih melihat ke arah pintu gerbang yang sudah tak terlihat mobil Arjun.

Kiran menarik napasnya kembali dan segera masuk kedalam rumah dengan hati hancur.Tak di hiraukan oleh suami sendiri begitu menyakitkan bagi dirinya.Dia berjalan dengan masih terus terbayang akan sikap Arjun yang begitu dingin terhadapnya.Kiran pernah melihat sikap Arjun seperti itu saat pertama mereka menikah,sikap Arjun yang tak pernah terlihat ramah padanya.

"Sebenarnya siapa yang salah,,,aku atau mas Arjun...? Kenapa sekarang dia yang terlihat membenciku bukannya aku..? Disini aku yang sudah mendapatkan perlakuan kasar darinya.Tapi malah dia yang marah."Kiran kembali menarik napasnya pelan."Aku ingin membuat mas Arjun sadar akan sikap cemburunya yang berlebihan,Tapi malah jadi seperti ini..."Kata kiran dalam hatinya sambil berjalan.

Namun tiba-tiba kepalanya terasa sakit yang membuat kiran harus menopang tubuhnya di tembok rumah."Kepalaku sakit sekali.Sejak semalam,kepalaku terus terasa sakit.Tapi sekarang kenapa sakitnya semakin bertambah..?" Kiran memegang kepalanya dan cairan berwarna merah yang begitu kental tiba-tiba saja keluar dari hidungnya.

Kiran menyentuhkan jarinya ke bawah hidungnya.Matanya terbelalak melihat darah di tangannya.

"Darah,,,,,,,"

Dengan cepat kiran membersihkan darah di hidungnya menggunakan sapu tangan yang berada di dalam tasnya.

"Sayang,,,,, " ucap seseorang saat kiran sedang menyeka hidungnya.

Kiran dengan cepat memasukan kembali sapu tangannya ke dalam tas dan melihat ke arah sumber suara dengan tersenyum terpaksa.

"Mami,,,,, " Kiran menghampiri mami mertuanya yang juga sedang berjalan ke arahnya.

"Mami kangen sekali denganmu." ucap mami Arjun yang sudah memeluk kiran.

Kiran balas memeluk mami mertuanya itu sambil sesekali tanyannya meraba hidungnya dan berharap darah tak keluar lagi dari hidungnya.

"Kamu dari mana saja ? mami hubungi kamu tapi tak ada jawaban.Apa kamu tahu,,,Arjun suami kamu sudah kembali dengan selamat."Kata mami Arjun yang begitu bahagia.

Kiran sedikit heran dengan sikap mami Arjun.Dari perkataannya,seperti belum tahu apa-apa."Apa mami tak tahu soal semalam,,,? Kalau memang benar itu lebih bagus."Gumam kiran dalam hati yang tak menghiraukan pertanyaan mami mertuanya itu.

"Hei kiran,,,,apa kamu dengar apa yang mami omongin..?" tanya mami Arjun yang melihat reaksi Kiran biasa-biasa saja.

"Eh iya mi,,,,kia dengar ko.Kia hanya terkejut saja karna ternyata itu ga bohong.Mba Ayu sudah menelfon kia untuk memberi tahukan soal mas Arjun,dan sekarang kia begitu bahagia mi."Ucap Kiran sambil tersenyum memasang wajah bahagianya.

"Iya mami juga seneng sekali.Ya sudah,,,kamu pasti cape.Sebaiknya kamu mandi dan beristirahat..!!Mami mau pargi dulu ada urusan pekerjaan."Kata mami Arjun sambil mengusap pipi kiran.

"Iya,,,," jawab Kiran.Mami Arjun tak melihat memar di wajah kiran karna sudah di tutupi oleh kiran dengan bedak sehingga tak terlihat lagi.

"Mami pergi dulu."

Kiran hanya mengangguk dan melihat kepergian mami Arjun.Setelahnya dia berbalik dan berjalan ingin ke lantai atas.

Para pelayan yang melihat ke datangan kiran langsung membungkukan badannya memberi hormat pada majikannya.Kiran melihat ruang keluarga yang terlihat sudah rapi kembali.

Namun dia berhenti kala teringat sesuatu." Aku harus bertemu mba Ayu dulu,jangan sampai mba Ayu ngomong ke mami." gumamnya.

Sementara di luar rumah tepatnya di tempat parkir.Mami Arjun melihat mobil kiran yang terparkir di garasi mobil.Mami Arjun nampak memikirkan sesuatu.

"Sepertinya mobil kiran saat aku sampai tadi pagi sudah ada di situ.Tapi kirannya baru sampai.Terus siapa yang membawah mobilnya.?"Mami Arjun menatap mobil kiran nampak bingung.Saking bahagianya,dia sampai tak bisa berpikir."Sudah lah,,,,,aku datang masih begitu pagi,mungkin saja aku salah lihat.Mobil di rumah ini kan bukan hanya satu."Kata mami Arjun dan setelah itu masuk ke dalam mobilnya meninggalkan kediaman anaknya dengan sopir.

😊😊😊😊😊

avataravatar
Next chapter