webnovel

Perjalanan Panjangku Menuju Jerman

Disini aku bakalan sharing tentang pengalaman hidup aku selama mengejar cita - cita. Aku bukan terlahir dari keluarga yang mampu bahkan untuk makan saja aku harus membantu orang tuaku cari uang dengan cara berjualan kue setiap pagi ke sekolah. Hingga aku putus kuliah karena harus merawat orang tua. Namun tuhan memang Maha adil tuhan tetap mengabulkan doaku untuk pergi ke Jerman dengan rancangannya yang lebih indah. Yang mau berteman buat sharing boleh banget : IG : putri_nuky

Kleines_Maedchen · Realistic
Not enough ratings
15 Chs

Yey kembali ke Surabaya

Hari yg ku tunggu pun tiba. Hari pengumuman hasil SNMPTN keluar. Dan Alhamdulillah aku keterima di Universitas negeri dengan jurusan Sastra Jerman. Aku gak bisa berkata - kata selain mengucap syukur. Dan aku masih seperti mimpi rasanya. Mama dan papa sangat bahagia mendengar aku lolos dari seleksi.

Namun...

Ada masalah lain yg harus ku hadapi. Yaitu rumah nenek yg di Surabaya akan di jual ke tanteku. Dan akhirnya papaku mendapatkan bagian uangnya. Bukan senang yg ada saat menerima uang itu namun malah bingung mau di buat apa. Karena memang nominalnya masih kurang jauh kalau di belikan rumah lagi. Dan akhirnya kami memutuskan untuk mengontrak di Gresik kota baru Driyorejo. Lalu kami membuka usaha warung makan di asrama putri unesa dan membeli mobil Daihatsu Zebra. Saat itu adik masih kelas 3 SMP jadi belum ikut kembali ke Surabaya sampai lulus.

Jarak antara rumah dan kampus lumayan jauh sehingga aku memutuskan untuk membeli motor honda kirana. Karena motor itu sangat irit bensin.

Saat daftar pertama kali aku bertemu seorang teman laki - laki yg akan sekelas denganku bernama Fatir. Hanya dia yg ku temui saat daftar ulang. Dia tanya ke aku

"apakah kamu pernah ke Jerman?"

"belum, apakah kamu sudah?" jawabku

"sudah karena SMA ku kerja sama dengan Goethe Institut."

"Wah di kota apa kamu?"

"Frankfurt, eh udah dulu ya saya harus segera pulang."

"oh iya silahkan."

dari situ aku bergumam dalam hati bahwa aku juga harus bisa ke Frankfurt suatu saat nanti.

Setelah masuk kelas kamipun berkenalan satu sama lain. Kami hanya 16 mahasiswa. Dan perlahan satu dari kami gugur di tengah jalan. Di semester 1 yg pertama azief karena dia mau SBMPTN lagi di UIN.

Setelah liburan semester 2 naik ke semester 3 papa dan mama pulang ke Blitar. Mereka bilang mau nengok nenek sakit waktu itu. Namun setelah seminggu gak ada kabar. Nomor handphone mama papa gak aktif. Dan aku berinisiatif telfon om, tapi aku ngerasa masih ada yg di tutupi.

Dan akhirnya aku dan adikku nekat menyusul mereka ke Blitar naik motor kirana berdua. kami langsung menuju ke rumah om karena kami ingin kepastian dimana orang tua kami.

Dan betapa kagetnya aku melihat orang tuaku sakit di rumah kecil kumuh tua yg baru saja mereka DP untuk di kontrak. aku nangis sejadi - jadinya.

Papa strokenya kumat dan mama batuk sampai mengeluarkan darah. Langsung seketika ku bawa mama ke puskesmas dengan sisa uang yg ada.

Dan mama mengidap penyakit Bronkhitis. Aku tak bisa menahan air mataku keluar karena memang bagiku keluarga adalah prioritas .

Dan saat pulang aku dan adikku merawat mereka. Disitu adikku pun juga menangis melihat semua keadaan ini. Kami memutuskan untuk bersama - sama merawat orang tua. Adikku yg saat itu harusnya sekolah SMA aku minta dia untuk berhenti sekolah, syukurnya dia bisa menerima kenyataan. Walaupun aku tahu sebenernya dia malu jika bertemu dengan teman - temannya namun apa boleh buat keadaan yg membuat kami begini.

Dan saat itu aku memutuskan untuk keluar dari kuliah demi merawat orang tua. Saat itu aku masih gak percaya. Kenapa tuhan merenggut cita - citaku dengan cara seperti ini? Apa salah dan dosaku? Dalam perjalanan ke Surabaya aku menangis di dalam kereta tak tahan rasanya menahan air mata jatuh. Untung saat itu kursi yg aku duduki sedang sepi jadi aku leluasa untuk menangis.

Sesampai di Surabaya aku langsung ke kampus menemui dosen pembimbing untuk berpamitan ke semua dosen. Pak Yunan adalah dosen pembimbingku.

saat semua KRS an aku malah mengundurkan diri.

"nuk, pikir lagi deh apa kamu yakin keluar dari kampus? nilaimu bagus dan kamu gak pernah ada masalah, mamamu kan masih bisa ngurus papamu?"

"iya pak saya yakin, walaupun mama saya bisa merawat papa saya tapi kalau mama saya kambuh siapa yg merawat pak? papa saya kan sudah lumpuh setengah."

"kamu gak sayang dengan apa yg sudah kamu perjuangkan?"

"dibilang sayang juga sayang sekali pak, tapi buat saya keluarga yg utama pak masalah karir Insha Allah rejeki sudah diatur."

"yasudah kalau memang ini keputusam kamu kami turut sedih mendengar ceritamu. semoga cepat sembuh ya nuk."

Setelah dosenku memberi izin aku pamitan juga sama teman - teman. Memang berat namun aku harus menjalani semua ini.