webnovel

Perjalanan Cinta Riza

Riza dengan sabar menunggu kalimat yang akan diucapkan sahabatnya. "Aku suka kamu, Za" Semburat merah jambu kembali menghiasi pipi Riza, ia terkejut dan tak kuasa menahan glenyer yang tiba-tiba muncul di hatinya saat Akmal mengungkapkan perasaannya. "Aku tahu ini tak boleh karena kita tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Tapi aku tak kuasa lagi untuk menyimpan rasa ini. Rasa yang tiba-tiba datang sejak pertama kali kita bertemu." Akmal tersenyum getir "Kamu tidak harus menjawabnya, Za. Aku hanya ingin kamu tahu isi hatiku. Jika kamu mempunyai rasa yang sama terhadapku maka berjanjilah untuk menjaga hatimu hingga kelak aku meminangmu" Riza menundukkan wajahnya semakin dalam. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya jika dalam posisi seperti ini. Bagaimana ia harus bersikap?. Hatinya terus berdzikir karena jantungnya seperti hendak meloncat-loncat. Akmal melirik Riza yang masih menundukkan kepalanya, gadis itu menatap ujung sepatu flatnya lurus-lurus. Dirinya tahu posisi mereka sedang sulit karena harus menahan gejolak, Allah memberikannya anugrah dengan mengirimkan rasa suka dihatinya. Tetapi mereka harus mampu meredamnya dengan menghindari pacaran dan bermunajat hanya pada Nya hingga suatu saat munajatnya itu akan didengar oleh Allah dan memberikan jalan yang mudah untuk mereka bersatu dalam ikatan pernikahan.

Mairva_Khairani · Teen
Not enough ratings
28 Chs

O... O... Kamu Ketahuan

Pengaturan Karya

Tulis Bab Baru

Pendapatan

Bantuan

Mairva Khairani

Informasi Pribadi

Verifikasi akun

Log Out

Pengaturan Buku/Perjalan Cinta Riza/Perbaiki bab

Edit

Bisamillah..

Mereka berkeliling untuk mencari buku yang diinginkan. Setelah mendapatkan buku literatur yang mendukung mata pelajaran pak Andi. Riza melangkahkan kaki lagi ke beberapa rak buku lainnya. Ia berhenti di sebuah rak buku yang bertuliskan Teenage.

Ia merunduk kemudian mengambil salah satu buku sampel yang membuatnya tertarik. Sesaat buku itu sudah ada di tangannya dan menghempaskan begitu saja badannya ke lantai yang letaknya kurang banyak dilalui lalu lalang orang-orang untuk membaca sinopsis dan beberapa halaman yang ingin ia ketahui dari daftar isinya.

Sungguh ia memang sering lupa posisi atau apapun jika sudah bertemu dengan buku yang diinginkannya. Niatnya yang tadinya hanya membaca sinopsis dan daftar isi saja pada akhirnya bisa berganti dengan membaca sebagian banyak buku hingga dirinya merasa cukup. Seperti yang terjadi saat ini, tanpa sadar ia duduk d lantai dengan mata serius membolak balikkan lembaran buku dihadapannya tanpa mempedulikan keadaan sekelilingnya.

Sementara itu.....

Dua pasang bola mata dari arah berbeda mengamatinya. Menikmati wajah cantik Riza yang terlihat lebih menarik ketika berhadapan dengan buku yang diminatinya. Sepasang bola mata yang seperti terpaku itu milik siapa lagi, kalau bukan milik Akmal.

Matanya yang biasa membola jenaka, hampir tak terlihat lagi ketika ia sedang menatap gadis yang dipujanya diam-diam. Bola mata itu menjadi sangat serius dengan binar-binar yang bisa diketahui orang lain jika memang ia begitu sangat memuja gadis di depan sana

"Oooh, ayolah Akmal kenapa kamu sekarang begitu pengecut?" Hatinya berdialog.

"Heiii, apa kamu nggak tau kalau gadis cantik di depan sana nggak akan menerimamu?" Jawab sebelah hatinya lagi.

"Jangan dengarkan dia, ayo segera dekati dia dan ungkapkan segala kekagumanmu akan dirinya!" Sebelah hatinya tak mau kalah

"Gadis itu berkerudung dan ia tidak akan membiarkanmu menggodanya kepada kemaksiatan, ia tak mengenal kata pacaran. Bahkan dia sangat menjaga ucapan dan pandangannya"

"Persetan!!!. Melangkahlah atau tidak akan sama sekali karena pengagum rahasia gadis itu akan terlebih dahulu merebut hatinya!!"

"Pengagum rahasia????!!!!!!"

"Haduuuuh!!!. Tenang...tenang..kenapa kalian jadi gaduh sih?!" Akhirnya kesadaran Akmal kembali, sambil mengusap kasar mukanya dan mengacak rambutnya. Ia menggelengkan kepalanya sembari menghela nafas dalam-dalam.

Akmal benar-benar dibuat galau oleh hatinya. Semenjak pertemuan pertama kalinya di lapangan sekolah saat menjadi siswa baru selalu terngiang-ngiang dalam ingatannya.

Dulu ia menganggapnya hanya kekaguman sesaat tetapi dengan berjalannya waktu karena persahabatan mereka yang sangat manis membuatnya malah tidak bisa jauh dari segala sesuatu tentangnya.

Wajah ovalnya, senyum manisnya, sikap tenangnya, bahkan sifat pendiamnya, dan ekspresinya ketika ketahuan sedang melamunnya membuat Akmal begitu terseret pada pesona Riza.

"Haduuuh...tooolong..tooolong....!" Batin Akmal merana. Ekspresi mukanya sesaat terlihat senyum-senyum sambil mengangguk-angguk, sesaat mengernyit, kemudian matanya nanar dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

Orang-orang yang melihat wajah Akmal saat ini pasti akan ikut mengernyit dan membatin. Apa yang sebenarnya terjadi dengan anak ini?. Apa mungkin ini awal mula gejala guncangan jiwa melanda? (^.^). Hmmm...

Sementara itu juga...

dibelahan berbeda dan masih di dalam toko buku yang sama sepasang bola mata yang lainnya lagi juga sedang menatap wajah Riza, bedanya ia sekali-kali juga mengedarkan pandangannya ke arah lain. Sepertinya ia khawatir aksinya akan dilihat orang lain.

Ia berpindah ke rak buku novel religi setelah beberapa saat menatap wajah cantik berbalut pashmina yang agak jauh di sana. Mengambil buku dengan judul "Cintaku Hadir karena Allah" dari pengarang buku yang cukup terkenal kemudian melangkah cepat menuju kasir.

****

Mata Wardah membola ketika ia akan menghampiri Riza di rak buku tempatnya sedang melantai sekarang. Dari arah langkahnya yang berlawanan matanya bersirobok dengan mata akmal yang sedang melihat intens ke wajah gadis yang akan ditujunya, tanpa menyadari sosok Wardah. Mata sahabatnya yang biasanya jenaka nyaris tak terlihat, tergantikan dengan tatapan yang serius penuh arti.

Eummm... Wardah menangkap sinyal-sinyal cinta Akmal untuk sabatnya Riza. Ia tersenyum-senyum sendiri dan berniat untuk mengerjai sahabat lelakinya itu. Kemudian berjalan memutar, tak jadi menghampiri Riza yang jadi niat pertamanya.

"Hayoooo!!! Lagi ngapain?!" Tepukan yang padahal pelan mampu membuat Akmal seolah-olah jantungnya berdegup tak beraturan. "Eh..oh..." Ia membalikkan badannya, sesaat wajahnya tersipu tapi kemudian berubah menatap sebal.

"Ck" Akmal merasa sebal ternyata aksinya barusan diketahui oleh Wardah.

"Ngapain sih bikin kaget aja" Rutuknya pada Wardah.

"O..O.. kamu ketauan liatin Riza...sahabat baikku". Wardah menggoda Akmal dengan bersenandung mengikuti salah satu nada lagu yang terkenal pada masanya. Jari telunjuknya berputar-putar di depan hidung Akmal.

"Bilangin aaaahhhhh" Wardah bersiap-siap hendak melangkahkan kakinya menjauh menuju Riza yang sepertinya tak terusik oleh keributan kecil agak jauh didepannya.

Baru hendak melangkahkan kaki tiba-tiba tangan Wardah ditarik oleh Akmal menghilang d balik rak buku yang agak jauh lagi dari tempat sebelumnya.

"Please Arda, aku akan berterimakasih kalau kamu memilih untuk diam dan berpura-pura tidak tau. Biarkan perasaanku dengan keberaniannya yang akan menjelaskan pada Riza di saat yang tepat" Mohon Akmal.

Wardah tak menyangka, Akmal yang jenaka dan selalu ceria tiba-tiba bisa berkata serius seperti itu. "Well..mungkin memang seperti itu ketika hati sudah berbicara tentang cinta" Batinnya, setelah mengangguki permohonan Akmal.

Akmal berterimakasih Wardah mau bekerjasama, setidaknya sampai hatinya siap untuk diungkapkan dengan resiko apapun yang akan diterimanya.

Hati Wardah mencelos. Ia teringat "Apa kabar dengan keadaan hatinya yang juga mulai menyukai Faiz seiring berjalannya waktu?"..

"Eh lihat Faiz ga, Da?" Tanya Akmal setelah sepakat untuk menghampiri Riza, membuat Wardah yang hendak melamun mengurungkan niatnya.

"Tadi aku lihat dia di dekat pintu keluar, tapi nggak tahu sekarang di mana?" Jawabnya sambil beriringan berjalan menghampiri Riza.

" Ya Allah, Rizaaa!" Wardah memprotes dengan suara yang ditekan karena takut diamankan satpam jika membuat keributan di toko buku.

posisi Riza yang sekarang malah agak menggelosor di lantai, dengan posisi seperti sedang sujud tapi punggung dan kepalanya berada lebih tinggi.

Akhirnya yang diprotes menegakkan posisi duduknya meskipun masih tetap menempel dilantai. Riza menoleh kearah suara. Dirinya tersenyum menanggapi protesan sahabatnya Wardah.

"Udah selesai belum,non?" Tanya Wardah kemudian. "Ini toko udah kayak perpustakaan pribadi kamu aja,Riz" Belum sempat Riza menjawab pertanyaan Wardah, ia sudah bergumam lagi. Riza terkekeh pelan melihat tingkah Wardah.

"Eh, aku cari Faiz dulu ya. Tuh anak kalau nggak dicari takut nyasar, nggak tahu jalan pulang" Akmal berpamitan mencari sahabatnya, mencoba menutupi dag dig dug dihatinya.

"Iya, yaudah sana gih. Ini udah sore, kalau udah ketemu kita ke kasir bayar buku terus langsung pulang ya" Ajak Wardah menanggapai Akmal yang akan berlalu.

"Sebentar, Arda. Just minut" Kemudian Riza juga membereskan buku yang sempat dibacanya tadi secara gratis ke dalam rak buku display dan menyisakan buku yang hendak dibelinya di tangannya.

Mereka berdua berjalan menuju dekat kasir, dimana Akmal dan Faiz melambaikan tangan kepada mereka. Sesampainya di sana mereka langsung mengantri di kasir untuk membayar buku untuk kemudian melangkah pulang.

Auw..auw.. Sepertinya akan mulai seru nih ceritanya.., ada hati yang mulai mengumpulkan keberaniannya untuk diungkapkan dan ada hati yang sedang terindikasi .... (^v^)

Assalamualaikum.

Hai readers, terimakasih sudah mau baca.

Bergabunglah Bersama Kami

Tentang Kami

Hubungi Kami

Perjanjian Layanan

Kebijakan Privasi