webnovel

Peony di Antara Duri

"Aku mencintaimu, Xiuying. Aku tidak bisa hidup tanpamu." "Kita tidak bisa menikah, Tuan Zhu. Kamu pembohong! Kamu harus tahu, kamu adalah pria terakhir di dunia ini yang akan kunikahi." Dalam perjalanan ke negara lain untuk menghindari perang yang berkecamuk di negara yang ditinggalinya, seorang agen rahasia dan mata-mata serta ahli menyamar, Sharon Lin dan seluruh keluarganya mengalami tragedi yang mengenaskan hingga berujung kematian. Dia terbangun di zaman dan dunia lain yang sama sekali baru baginya, terjebak dalam tubuh seorang gadis muda bernama Tan Xiuying yang tumbuh besar di keluarga bangsawan. Baru saja bangkit dari kematiannya dan terlahir kembali, dia menghadapi fitnah dan tudingan, bahkan didakwa sebagai pengkhianat negeri itu oleh salah seorang penguasa negeri itu. Alhasil, keluarganya menerima fitnah dan tudingan sebagai buah dari dosa besar yang dilakukan gadis itu, yang membuat mereka harus melarikan diri dan tercerai-berai akibat kejaran massa yang marah dan menuntut nyawa mereka. Dalam pelariannya, Tan Xiuying bertemu dengan Zhu Longwei, seorang paling berkuasa, yang merupakan pemimpin tertinggi dari seluruh perkumpulan aliran dan sekte di negeri itu. Dingin dan kejam, tak seorang pun yang berani menyinggungnya. Ketika bertemu dengan Tan Xiuying yang terkenal sombong, licik, manja, dan egois, hati Zhu Longwei yang beku menjadi tergerak untuk pertama kalinya dan jatuh cinta pada gadis genius dengan berbagai keahlian tak terduga ini. Tragedi yang sama di zaman yang berbeda, membuat Sharon Lin bersumpah bahwa dia harus tetap bertahan hidup dengan identitas barunya sebagai Tan Xiuying dan mencari keadilan bagi keluarga itu. Bagaimana dia beradaptasi dan bertahan hidup di dunia yang asing dan penuh intrik serta permusuhan? **** Cerita transmigrasi di novel ini bukan tentang tema klise sang tokoh utama yang menjadi seorang gadis malang tak berguna dan ditindas oleh keluarganya, kalian tidak akan menemukannya di sini. Sebaliknya, kalian akan menemukan petualangan seru dan pasang surutnya kehidupan si tokoh utama dalam berbagai plot cerita yang seru dan menegangkan dalam menyelesaikan setiap tugasnya. [Meskipun ada latar belakang sejarah dan setting tempat berdasarkan Dinasti Han, cerita ini hanya fiktif belaka dan merupakan hasil imajinasi pengarang. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan] *** Please support me with power stones, gifts and golden tickets, and please give some reviews. Thank you @Cover design by the author with AI generated image. Find me in IG @Karensiarose Discord @Karensia

Karensia · Fantasy
Not enough ratings
210 Chs

Rencana Selanjutnya

Tan Xiuying menatap Zhu Longwei dan bertanya, "Tuan, siapa namamu? Bagaimana akhirnya kita bisa sama-sama terdampar di sini?"

"Namaku Zhu Longwei. Aku hanya kebetulan berada di sana. Awalnya aku hanya menonton pertarunganmu, tidak berniat ikut campur. Namun melihatmu terjun ke laut dan terisap pusaran air, aku menunggu waktu yang tepat untuk menarikmu keluar dari air. Namun, waktu itu kurasa sudah terlambat. Meskipun pusaran air tidak begitu besar, kamu sudah terisap jauh ke dasar laut, hingga kemudian kita sama-sama terdampar ke pantai ini."

Sharon sering menonton film fantasi, pusaran air selalu digambarkan sebagai portal menuju dimensi lain. Benda-benda yang kebetulan masuk tersedot pusaran air akan tenggelam terbawa arus hingga ke kedalaman laut, setelah itu terlempar ke tempat jauh.

"Begitu tersadar, aku hanya memberimu pertolongan pertama dengan mengeluarkan air dari paru-parumu. Namun, ketika aku melihatmu tak bernapas dan denyut nadimu tidak ada lagi, kukira kamu sudah meninggal."

Tan Xiuying terdiam sejenak, mencoba mengumpulkan ingatan asli pemilik tubuh ini, lalu menghela napas dan menjawab, "Sepertinya samar-samar aku bisa mengingat semuanya. Wanita itu adalah Peng Liling, keponakan Kaisar yang menikah dengan Pangeran Keempat, Liu Junjie."

Zhu Longwei berkata, "Mengapa dia bilang kamu sudah menghancurkan keluarganya? Apa tindakanmu yang bisa dianggap melawan kaisar?"

"Menurut Tuan, apa yang sudah kuperbuat?" Gadis itu balik bertanya.

Bibir Tan Xiuying yang merah merekah agak menyeringai―dia terlihat seolah sedang tersenyum, tetapi tidak ada yang bisa menentukan apakah itu senyum sinis atau tidak.

Zhu Longwei terus menatap wajah Tan Xiuying, dan jantungnya berdetak kencang ketika melihat gadis itu tersenyum! Dia menyadari ternyata gadis ini memiliki senyum yang sangat indah, dan sebenarnya dia terlihat cukup memikat.

"Kamu sudah mengusik keluarga mereka. Lebih tepatnya, kamu menggoda suaminya," jawabnya setelah berpikir sejenak. "Apa lagi yang bisa dilakukan seorang gadis muda yang cantik sepertimu. Bagaimanapun seperti kata pepatah, pria bukan tersandung oleh gunung, tetapi tersandung oleh gundukan tanah yang terlihat di depan mata."

Tan Xiuying menyeringai lagi. "Tidak perlu menebak bagaimana kelanjutannya, Tuan Zhu."

"Aku tidak percaya nyalimu bisa sebesar itu!" ujar Zhu Longwei seraya mencuri pandang ke wajah gadis itu lagi. Mendadak dia menyadari kalau gadis itu memiliki paras yang sangat manis, terutama sepasang mata jernihnya, yang berbinar-binar bagai bintang di langit malam. Rambutnya yang masih agak basah tergerai alami, dengan lembut membelai pakaian hijau zamrudnya. Walaupun gadis itu berbadan agak kecil dan kurus, kulitnya masih bagus dan kemerah-merahan, semulus kulit bayi yang baru lahir.

Gadis ini memang cantik, tetapi siapa pun akan sulit percaya bahwa gadis belia seperti ini sanggup menaklukkan hati seorang pangeran sampai menghancurkan rumah tangganya. Entah perbuatan apa lagi yang sanggup dilakukannya hingga bahkan berani menantang kehendak Kaisar.

"Lalu apa rencanamu sekarang?"

Tan Xiuying menghela napas, kemudian mengangkat bahunya. "Entahlah. Belum kupikirkan."

"Kalau aku boleh memberi saran, sebaiknya kamu pulang saja ke kediamanmu di Jiujiang. Baru setelah itu kamu pikirkan rencana selanjutnya."

"Terima kasih, Tuan Zhu. Itu sepertinya ide yang bagus."

Bagaimanapun, Tan Xiuying harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan menghadapi keluarganya daripada harus berkeliaran tanpa tujuan. Namun, dia harus berhati-hati agar kepulangannya tidak diketahui siapa pun. Semuanya harus dilakukan secara sembunyi-sembunyi karena di mata Peng Liling dan orang-orangnya, Tan Xiuying yang asli sudah mati.

"Aku akan mengantarmu sampai ke rumah dengan selamat."

Tan Xiuying ragu-ragu sejenak. Zhu Longwei menangkap kebimbangannya.

"Apa yang kamu khawatirkan? Kamu tidak memercayaiku?"

"Bukan begitu. Tuan Zhu sudah baik padaku dan menolongku. Namun di mata Peng Liling dan orang-orangnya, aku sudah mati. Bagaimana seandainya mereka tahu kalau aku masih hidup? Bukankah itu akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi?"

Zhu Longwei berpikir sejenak lalu berkata, "Tidak ada jalan lain, kita harus menyamar sebagai penduduk desa biasa. Pakaian yang kita kenakan sekarang terlalu mencolok."

Sampai saat ini, Tan Xiuying bahkan belum melihat seperti apa wajah dan tubuhnya, apa saja yang dikenakannya. Dia memandangi pakaian hijau zamrud mahal yang dia kenakan sekarang. Ke mana pun dia pergi dengan berpakaian seperti ini tentu akan menarik perhatian banyak orang, tak terkecuali para penjahat.

Akhirnya dia mengangguk sependapat dengan Zhu Longwei. Sepasang matanya yang berkilau tampaknya diam-diam menyampaikan seribu kata.

Zhu Longwei berkata, "Kalau menurutmu kamu sudah lebih baik, kamu bisa bangun sekarang."

Tan Xiuying bangkit perlahan-lahan, seolah-olah dia akan ambruk kapan saja. Melihat Tan Xiuying berdiri dengan limbung, Zhu Longwei buru-buru mengulurkan tangannya dan membantu gadis itu berdiri, terutama memperhatikan tangannya yang bagus.

Tangan Tan Xiuying terasa hangat secara tidak normal. Dia ingin memprotes tetapi dia malah menggigit bibirnya dengan keras.

"Masih sakit?" tanya Zhu Longwei.

Tan Xiuying menggeleng dengan cepat, berusaha menyembunyikan air mata di matanya. Dia telah menghabiskan waktu yang lama sendirian bersama pria yang bahkan tidak dikenalnya ini. Meskipun pengalaman masa lalunya sebagai Sharon Lin cukup traumatis, dia tidak pernah merasa lebih bahagia mendengarkan pertanyaan singkat yang baru saja dilontarkan orang ini padanya.

Dua kata itu sudah cukup untuk menghiburnya.

Saat Tan Xiuying tersenyum kecil, Zhu Longwei menatap lesung pipinya yang manis. Pemandangan itu memikat hatinya lagi dan membuatnya serasa mabuk kepayang. Dia benar-benar lupa tentang misi awalnya dan bagaimana dengan nasib Meng Jie yang masih dia tinggalkan sendirian di tebing.