Aku tahu jika Ayah dan Ibu ku begitu menyayangi ku, namun aku paling benci jika mereka terlalu mengekang hidup ku, dibandingkan dengan teman-teman ku yang lainnya aku ini adalah anak yang tidak pernah tau tentang dunia luar. Aku hanya tahu aktifitas ku setiap hari hanyalah tidur, pergi kuliah lalu pergi kerja tepat waktu dan pulang pun harus tepat waktu, setelah aku pulang aku mencoba berbincang-bincang sebentar dengan Ayah dan Ibu ku, lalu kembali masuk kedalam kamar ku hingga akhirnya aku tertidur dan terbangun di esok hari untuk melakukan aktivitas ku kembali.
Jika aku pulang dari kerja ku telat waktunya, maka yang akan terjadi adalah malapetaka untuk ku, laksana terkena gempa rasanya hidupku ini. Karena teman-teman ku satu persatu akan di telfon oleh Ibu ku, mereka akan di tanya ini dan itu laksana seorang Polisi yang sedang menginterogasi saksi saksi seorang penjahat.
Dengan kejadian seperti ini akhirnya Ayah mencarikan tempat kuliah ku yang tidak jauh dari rumah ku dan juga tempat ku bekerja jaraknya hanya 5 Km dari rumah ku. Oleh karena itu semua aktivitas ku telah terpantau oleh waktu dan juga Ayahku.
Jujur saja, rasanya ingin sekali aku memberontak kembali jika perlakuan Ayah dan Ibu ku yang tidak pernah berubah dan selalu seperti ini namun aku tidak akan berhasil melakukan nya jika aku kembali mengingat rasa penyesalan ku dan rasa hancur hati ku yang begitu besar saat melihat air mata Ibu ku terjatuh karena aku berani melawannya dan juga membentaknya karena emosi dan rasa amarah ku yang sudah tidak tertahan lagi.
Dan karena rasa bersalah itulah aku menyadari jika sesungguhnya Ayah dan Ibu ingin aku bisa mengerti keinginan mereka namun mereka tidak pernah mengerti jika aku anaknya juga ingin dimengerti oleh mereka berdua.
***
Malam ini kulihat lampu di sepanjang jalan raya yang selalu aku lewati ini begitu indah sekali. Entahlah aku tidak begitu mengerti apa yang salah dengan ku saat ini apakah memang mata ku yang salah dalam penglihatan ataukah otak ku yang sedikit kacau sehingga aku benar-benar melihat lampu-lampu ini begitu indah dan membuat ku merasa senang sekali.
" Letta !"
" Eh ! kamu... kenapa kamu ada disini ?!"
tiba-tiba aku terkejut dan hampir saja mata ini rasanya kaku seketika karena terpukau oleh seorang anak laki-laki yang tiba-tiba menepuk pundak ku dan mengejutkan kan diriku. Dengan tanpa rasa bersalah diapun langsung duduk di bangku kosong yang ada disebelah ku saat ini.
" Heii.... !! Gue ini bukan hantu, kenapa kamu seperti itu menatap Gue !"
Anak laki-laki itu lagi-lagi menyadarkan ku dari kakunya wajah ku menatap dirinya.
" Ka.. kamu ! kenapa kamu disini ?!"
tanya ku kembali dengan penuh rasa penasaran, karena ini adalah pertama kalinya kulihat dia bisa searah dengan ku dan naik angkot yang sama dengan ku.
" Ha ha ha ha .... !! sekali lagi Lo bertanya seperti itu sama Gue maka Lo akan gue kasih hadiah gelas berisikan sabun colek ! ha ha ha ha ha.... !!" balasnya sambil diiringi tawa yang begitu lebar.
Suara tawanya yang membahana itu terdengar begitu merdu rasanya di telinga ku, walaupun aku tahu jika kata kata yang dia ucapkan itu sedang meledek diriku. Anehnya lagi aku tidak merasa marah ataupun kesal kepadanya karena tanpa ku sadari di dalam hati ini aku sangat merasa senang sekali bisa bertemu dengannya kembali di sini.
" Gue Hansen ! pengagum Lo !"
dengan gaya yang cukup menarik dan tanpa malu-malu dia menyodorkan tangannya dan memperkenalkan dirinya kepada ku.
" Eh.. ap.. apa ! pengagum ?! mak.. maksudnya ? eh tapi, kamu kan sudah tau namaku, darimana kamu bisa tau namaku ?" tanya ku dengan bertubi-tubi dan terbata-bata dan juga tangan ku yang terangkat untuk membalas perkenalannya. Seperti terhipnotis diri ini rasanya, aku menjadi diam dan seperti tunduk di hadapannya.
" Ha ha ha ha.... ternyata kamu ini bisa seperti ini ya ? terlihat lucu jika sudah di dekati ha ha ha ha... !"
Lagi lagi dia tertawa membalas pertanyaan ku, dan tatapan matanya yang menatap kearah ku membuat diriku seakan-akan ingin segera melompat keluar dari jendela kaca mobil angkot ini.
" Stop Pak ! Kiri ya Pak, ... !"
Aku langsung bersuara dan memberhentikan mobil angkot ini secepatnya, walaupun aku tahu jika jarak ku untuk turun dari angkot ini masih sekitar 300km lagi namun aku tidak mau berlama-lama di dalam angkot ini dan menjadi orang yang terlihat bodoh seketika di hadapan laki-laki yang bernama Hansen ini.
Aku segera turun dengan cepat setelah mobil angkot ini berhenti di pinggir jalan.
" Eh... kenapa turun disini ?! masih ditikungan yang satu lagi kan seharusnya kamu turun ?!"
Seketika langkah ku pun langsung berhenti ketika aku masih mendengar suara Hansen tepat di belakang ku, dan lebih terkejut lagi ketika dia mengetahui tempat yang sebenarnya aku harus turun dari mobil angkot ini.
Aku langsung membalikan badanku dan mata ku langsung menatapnya dengan tajam.
" Kamu ! kenapa kamu bisa tahu semuanya !"
tanyaku dengan nada yang mulai sedikit meninggi kepadanya.
" Hmmmm, kamu ternyata sudah lupa ya .. padahal belum lama Gue sudah mengakui semuanya". jawabnya dengan santai.
" Ayo sini, duduk dulu... kita beli minuman dulu ya, biar ngobrolnya semakin asik".
Hansen pun menarik tanganku, dia mengajakku untuk mampir sebentar di warung kecil yang ada di pinggir jalan ini.
Jujur saja sebenarnya hati ini sangat senang sekali bisa berbincang-bincang dengannya, namun tubuh dan kaki ini serasa kaku untuk mengikutinya jika aku teringat akan peraturan yang Ayah dan Ibu berikan kepada ku.
Tentu saja aku sangat takut jika aku telat pulang ke rumah. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nanti di rumah dan bagaimana aku harus mengatakan kepada Ayah dan Ibu tentang ini semua.
" Letta, ini...!" Hansen memberikan satu botol minuman kepada ku, setelah itu dia duduk di bangku kayu panjang yang ada di sebelah warung kecil ini.
" Eh, kamu ... kenapa bisa yang ini !" aku terkejut untuk yang kesekian kalinya setelah mataku melihat dengan jelas botol minuman yang diberikan Hansen kepada ku.
Kini, Aku hanya bisa menatapnya dalam diam, Rasanya aku telah kehabisan kata-kata untuk menanyakan semua ini kepadanya.
" Ha ha ha .... kenapaaa, kamu terkejut ya ?! ha ha ha ha .... Gue ini kan salah satu fans mu, jadi Gue musti tahu semua tentang dirimu, yang penting Gue tidak pernah mengganggu privasi mu dan membuat dirimu takut sama Gue", Hansen berkata dengan santainya sambil menyedot air di dalam botol minuman yang ada di tangannya, dia telah menjawab sedikit rasa penasaran ku namun dari perkataannya semakin membuat isi kepala ku ini menjadi penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang baru lagi.
----->
Teman teman pembaca ku tersayang, saya mohon kepada kalian semua yang menyukai isi cerita ini, tolong bantu saya dengan Vote nya dan juga reviews nya,
agar saya semakin semangat untuk menulis cerita lagi ....
Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih
kepada kalian semua, Terima kasih untuk semuanya salam hormat dari Saya,
Chand.
NB :
Instagram : @Divanandadewi
Facebook : @Chandrawati2019