webnovel

Penjaga Cinta

Persahabatan Ayunda dan Reza sudah terjalin sejak keduanya duduk di bangku Sekolah Dasar. Reza mulai menyadari perasaannya kepada Ayunda sejak duduk di bangku SMP. Bagaimana dengan Ayunda? Dia tidak kunjung menyadari perasaannya hingga saat ini. Kini, Ayunda justru berencana mencari suami yang mapan. Suami yang mampu dan bersedia membiayai kuliah dan hidupnya. Reza yang terkejut mencoba mencurahkan kegelisahannya ini kepada Tama. Tama adalah sepupu Reza, seorang pengusaha yang sukses dalam karirnya. Status Tama yang masih lajang dan tuntutan dari Mamanya untuk segera menikah, membuat keduanya membuat kesepakatan gila. Reza menitipkan Ayunda pada Tama. Tama pun sepakat, bagaimana dengan Ayunda?

Phinahime · Teen
Not enough ratings
6 Chs

Pertemuan dengan Jodoh

Reza telah mengatur jadwal pertemuan Ayunda dengan Tama. Perasaannya berkecambuk. Dia merasa senang karena Ayunda akan jatuh di tangan orang yang tepat. Tapi, hati kecilnya menolak perjodohan ini. Ada rasa cemburu yang bergemuruh di dadanya.

"Ayunda, ini Mas Tama." Ujar Reza memperkenalkan keduanya.

"Ayunda" mengulurkan tangannya sambil tersenyum ke arah Tama.

"Tama" menjabat tangan Ayunda sambil memperhatikan paras cantik Ayunda.

"Selera Reza boleh juga, sayangnya matre seperti Sherin. Pasti kalau ada yang lebih kaya bakalan cepat berpaling." Batin Tama sambil terus menjabat tangan Ayunda.

Suara deheman Reza membuat jabatan tangan keduanya terlepas.

"Duh, aku dikacangin nih!" Gerutu Reza.

"Sorry, Za." Reza masih memasang wajah cemberut.

"Jangan marah dong, Zayang." Goda Ayunda.

"Iya deh" Balas Reza sambil memeluk bahu Ayunda.

"Dih, genitnya. Udah matre, genit lagi" Batin Tama.

"Mesra banget sih kalian," Sindir Tama.

"Ha...ha...ha..., Begitulah Ayunda Mas Tama selalu bisa buat aku nggak marah sama dia. Jadi, Zayang itu panggilan kesayangan dia buat aku. Aku pasti langsung luluh kalau dengar dia manggil begitu."

"Oh. Panggilan kesayangan kamu?"

"Ayang, Ayunda Sayang." Tanpa merasa bersalah, Reza justru tertawa menceritakan panggilan kesayangan mereka.

"Nanti kalau kami sudah menikah, kamu nggak boleh begitu lagi lho, Rez!" Tawa Reza pun seketika berhenti.

"Serius, Mas?"

"Bercanda kali, Rez"

"Aku nggak akan ngelarang, apa yang sudah biasa kalian lakukan bersama. Asalkan Ayunda bisa jadi istri yang baik dan penurut, itu bukan masalah buatku."

"Thanks, Mas Bro." Tama hanya mengangguk.

"Jadi, Ayunda mau nggak nikah sama aku?" Tanya Tama sambil meletakkan kotak berisi cincin di atas meja.

"Ayunda bisa pakai cincin ini kalau mau nerima aku jadi suami kamu. Kamu juga berhak menolak lamaranku."

"Oh iya, Reza udah cerita semuanya ke aku. Aku mau membiayai kuliah dan kebutuhan hidupmu kalau kamu nerima lamaranku hari ini. Tawaran ini hanya berlaku untuk hari ini." Ayunda melirik ke arah Reza untuk meminta pendapat. Reza tersenyum sambil mengangguk. Ayunda pun ikut mengangguk tanda setuju. Reza segera mengambil kotak cincin itu, tapi Tama bergerak cepat menepis tangan Reza. Tama membuka kotak cincinnya dan memasangkan cincin berlian pilihannya di jari manis Ayunda.

"Mulai hari ini, kamu resmi jadi milikku. Seminggu setelah kamu lulus, kita akan segera menikah." Ayunda mengangguk pasrah.

Bukankah ini yang dia inginkan? Tapi, kenapa dadanya terasa sesak seperti kekurangan oksigen. Begitu juga dengan Reza. Bukankah ini semua keputusannya, tapi rasanya seperti sedang dikhianati oleh sepupunya sendiri.