webnovel

Bab 3

"Wanita itu siapa sih, berani-beraninya dekat dengan Mas Aris." gumam Maira, menatap punggung mereka yang sudah jauh pergi dari tempat ini.

Maira tidak akan membiarkan wanita itu semakin dekat dengan Aris. Jika wanita itu selalu berdekatan dengan suaminya, ia jadi tidak bisa mengambil harta warisan milik suaminya.

Nayla sudah diantarkan pulang oleh Aris. Saat sudah di depan rumahnya, Nayla segera turun dari mobil itu. Aris pun juga ikut turun dari mobil miliknya. Di depan rumah sudah ada Abang Nayla yang sedang menunggu adiknya pulang.

"Dari mana aja kamu?" tegur Bang Riko dengan tatapan tajamnya. Rasanya sudah ingin marah saja, tapi ia harus menahan emosinya jangan sampai membuat Adiknya jadi marah.

"Emm… tadi aku lagi cari kerjaan jadi agak lama deh Bang," kata Nayla, kedua jarinya gemetar sangat gugup sekali. Ia takut dimarahi oleh Abangnya, seperti waktu itu lagi.

"Sudah berapa kali Abang bilang, kamu nggak perlu cari kerjaan lagi. Biar Abang akan yang akan mencari pekerjaan, kenapa masih bantah ucapan Abang sih!" jelas Bang Riko, mengapa Adiknya ini sangat keras kepala sekali. Padahal ia sudah pernah bilang dengan adiknya. Jangan kemana-mana, jaga ibunya saja di rumah.

"Maaf Bang." Nayla hanya menundukkan kepalanya saja tak bisa berkata apa-apa lagi.

"Lelaki itu siapa?"

Bang Riko melihat lelaki itu yang sedang berdiri di samping Adiknya. Menatap lelaki itu dari bawah sampai atas, pakaiannya pun begitu sangat rapi sekali. Sepertinya lelaki itu berasal dari orang kaya.

"Perkenalkan saya pacarnya." Dengan beraninya Aris mencium tangan lelaki itu. Sambil mengenalinya, bahwa dirinya ini adalah kekasih dari Adiknya sendiri.

"Pacar? Sejak kapan kamu pacaran dengan dia Nay."

Bang Riko mengerutkan keningnya, masih bingung dengan ucapan dari lelaki itu. Bagaimana mungkin Adiknya itu berpacaran dengan lelaki lain. Sedangkan dirinya saja selalu menjaga Adiknya dengan penuh ketat sekali.

Nayla sangat terkejut saat Aris mengatakan seperti itu dengan Abangnya. Sejak kapan dirinya berpacaran dengan lelaki itu. Sedangkan dirinya saja baru bertemu dengan Aris satu kali saja.

"Kenapa dia bilangnya pacarnya sih, Bang Riko jadi salah paham 'kan." gumam Nayla, dalam hatinya penuh bertanya-tanya.

"Saya sama dia sudah 1 tahun pacaran," ucap Aris dengan yakin, bahwa dirinya pernah berpacaran dengan Nayla sudah 1 tahun.

"Oh, sudah lama yah." kata Bang Riko hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

"Maaf Bang, saya pulang dulu ada urusan penting. Permisi," ujar Aris, ia berpamitan dengan Riko karena ada urusan penting yang harus diselesaikan hari ini juga.

Aris segera masuk ke dalam mobilnya, melaju cepat keluar dari lingkungan rumahnya. Sedangkan Nayla masih berdiri di hadapan Abangnya sendiri.

Nayla hanya takut, jika Abangnya itu akan memarahi dirinya. Hanya karena masalah itu saja, padahal dirinya tidak berbuat apa-apa. Berpacaran dengan lelaki itu saja belum pernah, baru juga kami bertemu saat tadi.

Bang Riko menatap Adiknya dengan sangat datar. Ia masih tidak menyangka Adiknya itu sudah berpacaran dengan lelaki itu, secara diam-diam tanpa sepengetahuan dirinya.

Nayla sudah ingin melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Tapi Bang Riko memanggil nama dirinya, sepertinya ia akan mendapatkan masalah lagi dan lagi.

"Mau kemana kamu?" tegur Bang Riko, melihat Adiknya sudah ingin masuk ke dalam rumah. Langsung saja memanggilnya karena ada yang harus ia bicarakan dengan Adiknya itu.

"Aku mau ke kamar dulu Bang," ucap Nayla, kedua kakinya gemetar seperti tidak bisa bergerak lagi saat Abangnya itu memanggil dirinya.

"Ada yang ingin Abang bicarakan sama kamu," jelas Bang Riko membuat Nayla semakin gugup. Ia takut dimarahi oleh Abangnya lagi, cukup kemarin saja membuat dirinya sakit. Saat Abangnya itu mengurung dirinya di dalam kamar mandi.

"Emm… bicara apa Bang?" tanya Nayla, dengan tatapan bingung melihat Abangnya seperti ini.

"Abang sudah bilang sama kamu untuk tidak berdekatan dengan lelaki lain, biar Abang saja yang akan mencari calon suami. Apakah kamu tidak ingat kejadian dulu Hah?" jawab Abian, sudah berapa kali dirinya mengatakan pada Nayla untuk tidak berhubungan dengan lelaki lain. Bukankah dirinya sudah bilang dengan Adiknya, agar dirinya saja yang akan mencari calin suami untuk Adiknya.

Apakah Nayla masih tidak ingat kejadian 2 tahun yang lalu. Dimana dirinya ini diselingkuhi oleh kekasihnya sendiri, sampai-sampai Abian menghajar lelaki itu habis-habisan.

Bagaimana bisa lelaki itu mengkhianati Adiknya, bukankah Abian sudah pernah bilang dengan kekasih Adiknya untuk tidak menyakiti perasaannya saja. Lalu mengapa lelaki itu begitu tega mengingkari perkataannya sendiri.

Mulai saat ini Abian harus benar-benar menjaga Adiknya, agar tidak ada lelaki yang berani menyakiti perasaan adiknya lagi. Ia tidak ingin Adiknya mengurung diri di dalam kamarnya itu, hanya karena memikirkan lelaki itu saja.

"Tapi Bang… Aku juga ingin mencari calon suami sesuai kriteriaku saja," sahut Nayla, ia hanya ingin dirinya saja yang akan mencari calon suami. Ia paling tidak suka jika ada orang yang terlalu umur campur dengan urusan dirinya ini.

"Abang hanya tidak mahu kejadian di waktu itu terulang lagi," kata Abian, mengapa Adiknya itu tidak mengerti dengan ucapan dirinya ini.

Abian bukan ingin melarang Adiknya untuk berdekatan dengan lelaki lain, tapi jika Adiknya berdekatan dengan lelaki lain akan menimbulkan perasaannya.

Saat Adiknya sudah jatuh cinta dengan lelaki lain. Adiknya pasti akan sulit melupakan lelaki itu, apalagi jika lelaki itu berselingkuh dengan perempuan lain seperti kejadian saat itu.

"Iya, aku paham kok. Tapi aku juga nggak suka dikekang seperti ini sama Abang," ucap Nayla, ia pun paham apa yang dikatakan oleh Abangnya sendiri. Tapi dirinya juga ingin mencari pendamping hidup sesuai dengan kriterianya sendiri.

"Abang melakukan semua ini demi kebaikan kamu juga, Abang takut kamu salah pilih salah pandangan lagi." Abian terus-terusan melarang Adiknya, membuat Nayla menutup kedua telinganya enggan mendengar suara Abangnya sendiri.

"Terserah Abang saja aku capek," ucap Nayla, berjalan buru-buru masuk ke dalam rumahnya sudah yang ingin mendengar perkataan dari Abangnya lagi. Ia sudah sangat kesal sekali dengan Abangnya yang tak pernah mengerti perasaan dirinya ini.

"Nay tunggu, Abang belum selesai bicara kamu…" Abian melihat Adiknya sudah masuk ke dalam rumahnya, dengan langkah buru-buru.

Aris yang sudah sampai berada di depan rumahnya, memarkirkan mobilnya terlebih dahulu. Setelah itu ia keluar dari dalam mobil miliknya sendiri, ia melihat di depan rumahnya sudah ada istrinya yang sedang menunggu dirinya pulang ke rumah.

Aris menatap perempuan itu dengan tatapan datar dan dingin. Sedangkan Maira memasang wajah tersenyum seakan ia tidak mempunyai masalah apapun dengan suaminya sendiri.