webnovel

Bab 2

"Tapi, Mbak. Lukanya hanya ringan saja," tegur Aris melihat luka gadis itu di bagian kedua kakinya, hanya terluka sedikit saja. Lalu mengapa wanita itu meminta dirinya untuk bertanggung jawab. Sungguh, ia tidak habis pikir dengannya.

"Saya itu tidak mau tahu, kamu harus harus tanggung jawab."

Nayla tetap kekeh. Lelaki itu harus bertanggung jawab, ia tidak mau dia lari dari tanggung jawabnya.

"Ok, saya akan membawa mbak ke rumah sakit. Ayo ikut saya."

Aris hanya pasrah saja, lebih baik ia menuruti keinginan gadis itu. Daripada nanti yang ada dirinya di masukkan ke penjara, ia tidak mau itu semua terjadi.

Aris segera berjalan masuk ke dalam mobil miliknya, di ikuti oleh Nayla di belakangnya. Nayla pun segera masuk ke dalam mobil, ia sudah ingin duduk di sebelah kursi lelaki itu. Tapi Aris mencegah gadis itu untuk tidak duduk di samping dirinya.

"Pindah."

Aris meminta gadis itu untuk pindah tempat duduknya, agar dia tidak duduk di sebelah kursinya.

"Kenapa, Pak?" Nayla mendongakkan kepalanya, menatap lelaki itu dengan heran.

"Kamu tidak dengar, pindah tempat duduknya." Aris menatap tajam ke arah Nayla, membuat gadis itu membantah ucapannya.

"Memangnya kenapa, Pak? Saya hanya ingin duduk di sebelah Bapak saja."

Mengapa dirinya tidak di perbolehkan untuk duduk di sebelah lelaki itu, padahal tempat duduknya sama saja tidak ada yang beda.

"Kursi itu khusus untuk istri saya saja, lebih baik kamu duduk di belakang. Bukannya kursi di belakang masih luas."

Aris menjelaskan kepada Nayla, bahwa kursi yang dia tempati itu. Khusus untuk istrinya saja, tidak ada yang boleh menduduki kursi itu selain istrinya sendiri.

"Iya deh, Maaf."

Dengan tarikan nafasnya, Nayla segera turun dari mobilnya. Lalu duduk di belakang lelaki itu saja.

Saat kami berdua tiba di rumah sakit, Aris segera keluar dari dalam mobilnya. Di ikuti oleh Nayla, berjalan masuk ke dalam gedung rumah sakit itu.

"Pak, tunggu saya. Kaki saya masih sakit tahu," tegur Nayla, berlari mengikuti lelaki itu dari belakang.

"Cepatkan langkahmu. Saya sudah tidak ada waktu lagi untuk meladeni kamu," tegas Aris, melihat ke arah belakang ternyata wanita itu masih berada di jauh.

"Iya maaf Pak," Ucap Nayla. Sudah mendekati lelaki itu dengan kakinya masih merasakan sakit.

Saat kami berdua sudah berada di dalam ruangan itu, Nayla segera di periksa oleh dokter. Tubuhnya di baringkan ke atas ranjang, dengan kedua kakinya membiru.

"Dok, periksa kaki dia. Apakah ada luka parah di bagian kakinya."

Aris sangat khawatir sekali, ia hanya takut wanita itu terluka. jika gadis itu terluka ia harus bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Baik, Pak. Saya periksa dulu." Dokter itu sedang mengecek keadaan pasiennya, ternyata keadaannya pun baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi, hanya luka ringan di bagian kedua kaki pasien.

"Bagaimana, Dok." Aris masih penasaran dengan keadaan gadis itu, apakah keadaannya itu baik-baik saja. Jangan sampai terluka kedua kakinya terluka parah.

"Kedua kaki pasien baik-baik saja. Hanya saja kakinya membiru," Ucap Dokter. Saat sudah mengecek keadaan pasiennya.

"Lalu bagaimana caranya, agar kaki dia segera sembuh total?" tanya Aris. Ia ingin gadis itu segera sembuh, agar tidak merasa bersalah lagi.

"Kedua kakinya hanya perlu di urut saja, bapak bisa membawa pasien ke tukang urut," jawab Dokter itu sambil tersenyum.

"Baik Dok, terima kasih. Kalau begitu kami permisi dulu," ucap Aris, segera menarik pergelangan tangan milik Nayla.

Nayla dan Aris sudah keluar dari ruangan itu, Aris pun segera melepaskan pergelangan tangannya.

"Saya sudah membawa kamu ke rumah sakit. Sekarang, saya ingin pulang ada urusan penting yang harus saya urus."

Aris sudah ingin pulang saja, ia masih banyak urusan yang lebih penting dari gadis itu. Tapi, wanita itu menghalangi dirinya untuk tidak pergi dari tempat ini.

"Tunggu dulu, Pak. Masalah kita masih belum selesai,"

Nayla melihat lelaki itu sudah ingin pergi, ia segera menarik pergelangan tangannya saja agar lelaki itu tidak pergi lagi.

"Apa lagi? Bukankah saya sudah tanggung jawab mengantarkan kamu ke rumah sakit."

Aris menatap wajah wanita itu dengan tatapan datar, mengapa wanita itu selalu menghalangi dirinya saja. Bukankah urusan dirinya dengan dia sudah selesai, lalu untuk apa lagi dia memanggil dirinya.

"Iya tahu, tapi gara-gara Bapak kaki saya terluka. Saya jadi tidak bisa mencari pekerjaan lagi,"

Nayla menatap tajam ke arah Aris, ia meminta pada lelaki itu untuk bertanggung jawab. Ia hanya ingin Aris menghidupi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Gara-gara lelaki itu dirinya jadi tidak bisa mencari pekerjaan lagi.

"Lalu apa urusannya sama saya?"

Aris mengerutkan keningnya, menetap wanita itu dengan heran. Apa urusan dirinya dengan wanita itu, padahal ia pun sudah bertanggung jawab dengan perbuatannya.

"Masih tanya? Bapak itu harus bantu saya mencari pekerjaan juga."

Nayla merasa sangat kesal sekali, mengapa lelaki itu masih saja tidak sadar juga.

"Ok, gini saja. Saya mempunyai perusahaan besar, kamu bisa bekerja di tempat perusahaan milik saya saja," fikir Aris, kebetulan sekali di tempat perusahaan miliknya masih ada lowongan pekerjaan lagi. Jadi, wanita itu bisa bekerja di tempat perusahaannya.

"Wah, serius."

Nayla sangat terkejut, ia tidak percaya jika lelaki itu meminta dirinya untuk bekerja di tempat perusahaan miliknya saja.

"Iya, saya sedang serius."

Aris menatap wajah gadis itu dengan datar, ia sama sekali pun tidak pernah menampakkan senyumannya.

"Terima kasih, Pak."

Nayla sangat bahagia sekali, sangking bahagianya ia langsung memeluk lelaki itu dengan erat. Membuat Aris merasa sangat risih, ia tidak terbiasa di peluk oleh wanita lain. Selain hanya istrinya saja.

"Jangan peluk-peluk saya."

Aris langsung melepaskan pelukannya, ia tidak suka dipeluk-peluk seperti itu. Apa lagi dirinya berada di tempat umum seperti ini.

"Maaf, Pak. Saya senang banget soalnya."

Nayla jadi merasa bersalah, padahal ia hanya merasa bahagia saja. Sama sekali pun tidak ada bermaksud apa-apa lagi.

Dari kejauhan ada seorang perempuan tidak sengaja melihat suaminya sedang bersama wanita lain. Perasaannya pun sangat sakit sekali, Ia segera menghampiri mereka berdua untuk memarahi suaminya saja.

"Mas Aris," ucap Maira, saat sudah mendekati suaminya.

"Maira?"

Aris sangat terkejut sekali, melihat istrinya tiba-tiba saja datang. Dirinya sudah seperti ketahuan selingkuh saja, padahal dirinya pun tidak pernah selingkuh.

"Jadi, kamu selingkuh dari aku Mas." Maira melototkan kedua matanya, ia masih tidak menyangka jika suaminya

"Siapa yang selingkuh? Perasaan hanya peluk dia saja deh." gumam Nayla, menatap wanita itu dengan penuh heran. Ia masih bingung dengan ucapannya, bagaimana mungkin dirinya akan selingkuh dengan lelaki kaya seperti Aris. Lagi pula, Aris mana mau selingkuh dengan gadis kampung seperti dirinya.

"Aku lihat kamu berpelukan dengan dia. Kamu tega banget sih sama aku Mas," tuduh Maira, ia melihatnya dengan kedua matanya sendiri. Sudah jelas suaminya itu memang selingkuh dengan perempuan di hadapannya ini.

"Kalau iya kenapa? Bukankah kamu selingkuh juga di belakang saya, bukan kamu saja yang bisa selingkuh. Tapi saya juga bisa selingkuh di belakang kamu."

Aris menatap istrinya dengan tatapan tajam, ia tidak mau kalah istrinya saja bisa selingkuh di belakang dirinya. Aris pun juga bisa selingkuh dengan wanita lain.

"Mas, aku ini hanya cinta sama kamu. Aku tidak pernah ingin selingkuh dari belakang kamu," jelas Maira, ia berpura-pura mencintai suaminya. Padahal ia sama sekalipun tidak mencintainya.

"Sudah lah, lebih baik urusi saja urusan masing-masing. Ayo, sayang kita pulang." Aris segera merangkul bahu wanita di sampingnya, ia ingin membawa gadis itu dari tempat ini.

Aris pun sudah lelah menghadapi sifat istrinya, mau istrinya selingkuh juga. Ia sama sekali tidak peduli lagi, sejak kejadian itu ia sudah tidak ingin ikut campur dengan urusan istrinya lagi.

"Tapi, Pak." Nayla menatap lelaki dengan penuh heran, mengapa dia tiba-tiba begitu baik.

"Kaki kamu masih sakit lebih baik aku antarkan kamu pulang," tegur Aris, ia ingin membuat istrinya cemburu. Tapi istrinya pun sama sekali tidak cemburu, memang benar dia tidak mencintai dirinya. Kalau memang isterinya mencintai dirinya, pasti akan menahan dirinya untuk tidak pergi dari tempat ini.

"Heh iya, makasih." Nayla segera dibawa oleh lelaki itu, Aris hanya ingin mengantarkannya pulang saja sebagai tanda terima kasih juga.