webnovel

Chapter 30

Sementara itu Ima ada di dapur memasak. "(Akhir-akhir ini aku berangkat kampus agak siang dan sekarang aku libur... Dan juga, akhir-akhir ini aku masak di rumah karena ibu selalu pergi setiap pagi entah kemana.... Haiz.... Tapi ini baik-baik saja, aku bisa sekalian belajar memasak lebih banyak,)" pikirnya. Dia memakai apron berwarna merah muda yang begitu cantik di malam itu.

Tapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. "(. . . Jika itu ibu dia pasti langsung masuk, jika hanya mengetuk, siapa?)" dia berjalan membuka pintu dan rupanya itu adalah Regis.

"Ima..." ia menatap dengan senyum biasanya.

"Mas Regis... Kamu kembali lagi?" Ima juga tersenyum, tapi ia terkejut diam sekaligus kaku ketika melihat bekas memar di samping bibir Regis. "Apa ini.... Apa yang terjadi?" dia gemetar memegang pipi Regis.

"Ah, ini baik-baik saja.... Hanya sebuah tugas."

"Tugas.... (Ah itu benar.... Pekerjaan nya... Tapi kan, ini tetap saja bahaya....) Mas Regis... Itu harus segera di obati, cepat kemari," Ima menarik tangan Regis membuat Regis masuk ke dalam rumah Ima.

Tak lama kemudian, Ima meletakan kotak pertolongan pertama di meja sofa dan di sofa, Regis sudah duduk di sana dengan wajah polos menatap Ima.

"Baiklah, obati diri mu sendiri," kata Ima seketika Regis terkejut. "Apa?! Apa maksud mu? Aku terluka dan kau bilang obati diri ku sendiri?"

"Hahaha... Kamu ingin aku menyembuhkan nya? Tapi aku buruk dalam hal ini."

"Kau menyebut diri mu jurusan dokter?" Regis melirik.

"Hah... Berani sekali meremehkan pengetahuan ku soal ini, lihat ya... Aku akan jadi dokter besok."

"Baiklah dokter... Sembuhkan aku, memar di bibir ku benar-benar sakit nih..." Regis menatap.

Lalu Ima menghela napas panjang dan duduk di samping nya, dia mengambil kapas dengan alkohol penyembuh. "Baiklah, aku akan men tap tap bagian mu... Tapi…" Ima terdiam, itu karena Regis lebih tinggi jika dia duduk di sofa.

Regis terdiam, dia lalu punya ide dan mengambil Ima membuat Ima terkejut, rupanya Regis memangku Ima, sekarang mereka berhadapan dengan Regis duduk di sofa dan Ima ada di pangkuan Regis.

"Baiklah dengan begini, kau akan tambah mudah mencapai ku," kata Regis.

Ima berwajah merah, tapi ia menggeleng dan fokus pada luka Regis. "Mas Regis.... Apakah pekerjaan mu memang sebahaya ini?"

"Yah begitulah..."

"Kalau begitu bagaimana dengan tubuh mu? Ini baru di wajahmu apalagi tubuh mu nanti."

"Hm~ kau ingin melihat tubuh ku Ima... Aku perbolehkan kok…"

"Ish... Apaan sih, tubuh mu baik-baik saja tidak, bukannya aku ingin melihat…"

"Haha, ini baik baik saja... Hanya saja, rasanya pegal banget... Aku butuh banyak pijitan sepertinya."

"Pijet? Mas Regis ingin aku memijat mu?" Ima menatap.

"Oh, itu tawaran yang mulia sekali ya... Sayang~" tatap Regis dengan senyum nya, dia juga sudah menahan pinggang Ima membuat Ima terpojok tak bisa membatalkan keputusan.

--

Di sisi lain, ibu Ima datang, dia akan membuka pintu tapi ia berhenti karena mendengar sesuatu dari dalam.

"Oh... Tidak, bukan bagian sana... Bagian situ... Ya... Ugh... Ya ampun... Kenapa dari awal aku tidak mendapat kan ini saja..." itu suara Regis, dia seperti sedang menikmati sesuatu.

"(Regis? Kenapa ada suaranya? Tunggu, apa dia sedang melakukan sesuatu?)" Ibu Ima berpikir Keras.

"Akhh!! Tidak... Itu sakit Ima... Jangan di tekan lebih!" tiba-tiba dia agak berteriak dengan suara serak dewasa nya.

"(Hah.... Apa yang terjadi.... Kenapa yang berteriak malah dia...)"

"Aduh... Tidak, itu kurang, jangan pakai tangan... Kau di atas ku saja... Pakai kaki mu," tambah Regis.

Di saat itu juga, Ibu Ima berpikir lain, benar-benar lain dan ia menjadi panik. "Ima!! Regis!!" ia langsung membuka pintu tapi ia terdiam ketika melihat Regis ada di lantai tengkurap dan Ima berdiri di punggung nya.

Mereka sama-sama menoleh. "Ibu?" dan memanggil bersamaan.

"E.... Apa yang kalian... Lakukan?" Ibu nya menatap.

". . . Ah, Mas Regis ingin aku pijat, tapi katanya pijatan ku kurang terasa jadi dia meminta ku untuk menginjak punggung nya," kata Ima.

"Um... Ba-baiklah, lanjutkan saja... (Astaga.... Bagaimana bisa aku tadi berpikir begitu, rupanya mereka hanyalah pasangan yang tidak perlu di khawatirkan,)" Ibu Ima menggeleng dengan menghela napas panjang.

Sementara Ima dan Regis terdiam saling menatap dengan bingung.

"Oh, besok Mas Regis pergi..." tatap Ima.

". . . Ya... Oh, aku juga punya sesuatu besok untuk mu Ima," kata Regis membuat Ima menjadi tak sabar menantikan nya.

Hari selanjutnya, Ima membuka matanya, dia menguap mengantuk karena dia baru saja bangun dari tidurnya.

"Hoam.... Sangat mengantuk.... Aku ingin tidur lagi dan kebetulan hari ini aku libur... Dosen baru saja bilang tadi malam bahwa dia tak bisa datang hari ini jadi kelas sedang kosong, aku tidur saja," gumamnya lalu kembali berbaring dengan mengantuk.

Tapi ia terkejut dengan membuka mata besar, dia melihat langit langit atap. "Tunggu, kenapa aku seperti ingat sesuatu?" ia langsung bangun duduk lagi dan seketika ia ingat sesuatu yakni Regis.

"Astaga... Aku harus bersiap siap..." ia langsung beranjak dari ranjang dan berlari ke kamar mandi.

Di saat itu juga, ada pesan masuk dari Regis di ponsel Ima yang ada di meja dekat ranjang kamar nya tadi.

== Ima, aku akan menunggu mu di bandara, maaf aku tidak bisa menjemputmu karena aku harus mengurus dokumen penerbangan di sini==

== Ingat ya, jam 8 aku menunggu mu, pesawat akan segera berangkat jika tidak jam segitu kamu datang... Aku menunggu mu, dan pastinya, aku ingin memberikan sesuatu padamu==

Setelah itu Ima selesai bersiap dan mengambil ponselnya. Dia membaca pesan tadi dan seketika tersenyum senang.

"Mas Regis ingin memberikan sesuatu, aku juga akan memberikan sesuatu," Ima berjalan ke dapur. Dia mengambil kotak bekal dan ia memasukan nya ke kotak karton tas bawaan.

"Hehe..." ia masih tertawa sendiri hingga ibunya datang melihat. "Ima, tumben sudah bangun, kamu bilang libur."

"Ah, Mas Regis pergi hari ini, jadi aku harus datang."

"Oh iya, dia pergi ke Korea... Apa kau yakin kau di tinggal begitu saja?"

"Haha, dia tidak meninggalkan ku begitu saja bukankah dia pamit dan dia sekarang menunggu ku untuk perpisahan," kata Ima. Ia lalu berjalan ke pintu. "Aku pergi dulu ibu," tambah nya.

"Hati hati."

--

Sesampainya di bandara, Ima berjalan ke sana melihat sekitar di bandara sibuk yang tak terlalu sepi itu.

"(Um... Dimana Mas Regis... Apa dia sudah berangkat? Aku sudah di sini berusaha jam 8 dan sekarang jam 8 kurang,)" Ima melihat sekitar.

Tapi tiba-tiba perutnya di peluk seseorang dari belakang. "Hai sayang," panggilnya membuat Ima menoleh.

"Mas Regis..." dia langsung senang.

"Ya, ini aku... Kau benar-benar datang di bandara ya... Terima kasih Ima," kata Regis sambil memegang pipi Ima.

"Hehe... Kapan Mas Regis akan berangkat?" Ima menatap.

"Jam 9, tapi aku harus ada di pesawat sebelum jam setengah sembilan... Oh apa kau sudah pernah menaiki pesawat ima?" Regis menatap.

"Ah, belum... Hehe... Aku belum pernah menaikinya, memangnya aku akan kemana jika menaiki pesawat karena tak punya saudara luar negara."

"Haha, jangan khawatir... Aku akan membawamu ke Korea... Setelah aku menyelesaikan hal ini."

"Haiz.... Iya, iya... Yang penting lakukan pekerjaan mu sebelum kamu bilang begitu... Hati hati ok?" Ima menatap.

"Tentu, oh... Aku ingin memberikan sesuatu padamu," kata Regis.

"Aku juga ingin memberikan sesuatu," Ima memberikan tas karton yang ia bawa yang berisi bekal nya tadi.

"Oh, terima kasih... aku pasti akan memakan nya," Regis menerimanya.

"Jadi, apa yang ingin Mas Regis berikan?" Ima menatap.

"Ah, kemarilah..." Regis menarik tangan nya lalu mereka berjalan ke tempat penitipan.

"Hei, aku mengambil barang ku tadi," Regis menatap ke penjaga penitipan.

"Tentu Tuan," Orang itu mengambil sesuatu dan rupanya kotak kandang kucing kecil dan isinya kucing kecil yang imut, berjumlah dua anak kucing yang sudah berbulu, mereka rupanya kucing tuksedo.

Ima yang melihat itu menjadi terkejut.

"Meong, meong," kucing kucing itu tampak mengeong dengan manis.

"Kya.... Itu... Itu..." Ima tak percaya.

"Ya... Ini untuk mu, mereka keturunan prancis, aku memesan nya hanya untuk mu... Aku harap kau bisa merawat mereka selagi aku pergi, jadi mungkin mereka bisa menemani mu dan menggantikan ku selama aku pergi," kata Regis, dia memberikan kandang itu dan di Ima menerima nya dengan senang.

"Mas Regis... Ini benar benar sangat imut..."

"Sama seperti mu..." kata Regis.

Tapi tiba-tiba suara berbunyi. "Pesawat 08:45 japan- Korea, akan segera berangkat,"

"Ah Ima... Aku harus pergi ya..." Regis menatap.

"Oh tunggu, aku punya sesuatu," Ima meletakan kucing tadi dan mengambil sesuatu dari tas yang ia bawa.

Lalu ia memberikan nya pada Regis yang terdiam kaku. Rupanya itu adalah kaca mata hitam dan itu jelas milik Regis karena tulisan nya ada nama Regis.

"Itu... Kacamata yang aku berikan saat itu," ia ingat ketika pertama kali bertemu dengan Ima dan ia memberikan kacamata itu pada Ima.

"Ya... Ini milik mu..."

"Bawalah itu Ima, ingat saja aku," kata Regis.

"Eh, benarkah, tapi kan ini milik mu."

"Jangan khawatir, aku juga tidak akan lama di Korea... Kita akan bertemu lagi," kata Regis dia mendekat dan mencium kening Ima.

"Untuk terakhir kalinya, aku ingin meminta persetujuan mu, jika kau percaya padaku, mari lakukan…" tatapnya dengan sangat dekat dan mengusap bibir Ima perlahan.

Ima mengerti maksudnya, dengan agak ragu, dia mengangguk dan menutup mata. Lalu Regis mendekatkan bibirnya dan mencium bibir Ima. Mereka mencium bibir dan itu dilihat orang-orang yang mulai berpikir mereka serasih.

Lalu Regis mencium leher Ima dan mereka saling menatap. "Sampai jumpa Ima," tatap nya, lalu Ima mengangguk dan Regis berjalan pergi.

Ima melambai pelan dan menghela napas panjang. "(Ini adalah saat saat kita berakhir.... Kita bertemu lagi setelah 5 bulan... Dan aku harap kamu bisa kembali mencium ku begitu... Karena ciuman pertamaku adalah dengan mu.)"

Sementara Regis berjalan ke pemindaian senjata. Ia berhenti di depan petugas. "Berhenti Tuan, kami akan memeriksa mu," dia menatap.

Lalu Regis mengangguk dan ia merentangkan tangan nya sehingga mantel nya terbuka dan di saat itu juga, ada beberapa isi peluru di sabuk nya yang terlihat membuat petugas itu terkejut.

Regis menatap petugas itu dengan wajah tanpa berdosa. "Maaf, aku lupa menyimpan nya tadi, tapi percayalah, ini untuk jaga jaga," kata Regis.

"Bisa berikan nama id," petugas mengulur tangan lalu Regis memberikan KTP nya.

Ketika membaca identitas Regis, petugas itu terkejut. "A-anda Tuan Regis... K-kalau begitu langsung saja, kami percaya Anda tak akan melukai orang di pesawat."

"E.... Pesawat ku... Pribadi," Regis menatap.

"Oh baik-baik... Siap... Siap... Silahkan," Petugas itu memberikan nya jalan. Sepertinya Regis memang terkenal di kalangan petugas penting seperti itu.

Sebelum Masuk ke pesawat, Regis menatap ke belakang. "(Ima... Tunggu aku tolong, aku akan pulang... Jangan khawatir.)"