webnovel

Chapter 24

"(Aku benar-benar agak Lelah,)" Ima berjalan dengan lesu keluar dari kampus. Ia lalu melihat ke jam tangan sudah menunjukan waktu sore.

"(Sepertinya aku harus cepat menyelesaikan pekerjaan di kafe agar Mas Regis tidak khawatir nantinya,)" dia mulai mempercepat jalan nya. Sesampainya di sana dia sudah melihat rekan nya Naya dan manajer nya Hinko yang ada di sana seperti belum membuka toko sama sekali.

"Sore manajer, sore Naya" sapa Ima yang langsung masuk.

"Oh Ima, masuklah kemari... Kami sudah menunggumu," kata manajer Hinko. Ima dengan bingung mendekat dan bertanya. "Kenapa kalian menungguku?"

"Manajer akan membuat tugas baru untuk mu," balas Naya.

"Tugas baru?" Ima masih bingung.

"Ya, karena banyak sekali orang yang sebagian tak bisa memesan kopi di sini. Mereka juga tak ada waktu untuk menikmatinya di sini jadi mereka memilih untuk menikmati di tempat nya. Jadi aku ingin kau menghantar pesanan kopi untuk pelanggan yang memesan. Kamu mengerti Ima, untuk kamu aku berikan jarak yang dekat saja, berjalan kaki pun bisa. Untuk yang jauh, aku berikan pada yang lain. Karena pekerja yang menghantar kurang, jadi aku menambahkan mu," kata manajer Hinko.

"Oh aku mengerti, baiklah, sekarang pun aku bisa kok manajer," Ima langsung menunjukan semangat nya.

"Bagus, kebetulan ada yang memesan tadi... Ini dia sudah ku buatkan," Naya memberikan sebungkus pesanan untuk Ima.

Di sana tertulis gedung 54 di jalan nomor 27. "Eh... Ini hanya 5 blok dari sini, dan menyebrang jalan satu kali kan?" Ima menatap.

"Ya, mohon bantuan nya," balas Naya lalu Ima mengangguk dan berjalan pergi. "(Tak kusangka ini langsung hari pertama ku menghantar pesanan...)"

Sesampainya di gedung itu, Ima benar-benar terdiam menelan ludah melihat betapa besar nya itu.

"(Kenapa aku di sini merasa tambah aneh?)" dia menjadi tidak enak lalu mengambil ponsel.

"Mungkin aku akan masuk saja atas pemesanan kopi," dia lalu masuk dan seketika di sana terasa seperti aura aura yang mencurigakan, di tambah lagi penjaga di sana mencegah nya. "Tunggu nona, kau tidak boleh masuk tanpa izin" tatap nya.

"Eh... Tapi aku."

"Tidak ada tapi tapi nona, segera pergi dari sini... Orang luar tak boleh mengganggu," kata penjaga itu dengan tatapan datar dan hampir mengusir Ima.

"(Aduh... Gimana cara nya aku masuk?)" Ima menjadi terdiam berpikir serius.

Tiba-tiba ada yang datang. Seorang lelaki yang terlihat di kenal oleh Ima.

Dia mendekat. "Ada apa di sini?" tatap nya. Lalu penjaga itu dan Ima menoleh.

Seketika wajah Ima menjadi terkejut. Rupanya Fang Xei. Lelaki yang saat itu bertemu dengan Ima di kafe.

"Ima?" dia menatap bingung.

"Mas Fang? Kenapa kau ada di sini?" Ima menatap dengan masih tak percaya.

"Aku bekerja di sini, masih ingat naskah yang kau buat ulang, apa kamu tidak membaca nama perusahaan yang aku lamar."

"(Itu memang benar, nama perusahaan nya memang ini,)"

"Oh, dan kenapa kau ada di sini Ima?"

"(Jadi dia bekerja di sini yah...) Ah, Aku ingin menghantar pesanan ini pada orang yang memesan di sini," kata Ima sambil menunjukan pesanan yang ia bawa.

"Oh, itu pasti Tuan Besar, ikutlah dengan ku akan aku antar," kata Fang Xei yang berjalan duluan. Lalu Ima tersenyum, tapi ia melirik tajam ke penjaga itu yang diam saja tak mau melihat mereka.

"(Cih....)" Ima kesal pada penjaga itu lalu berjalan mengikuti Fang Xei.

Mereka berdua sampai di lift dan hanya mereka berdua.

Fang Xei yang ada di samping nya menjadi terdiam berpikir sambil mencoba melihat ke Ima.

"(Aku masih agak canggung dengan gadis ini, kita bertemu dengan satu konflik dan kesalahan dalam kafe itu, aku mencoba akrab pada nya karena mungkin aku tertarik pada nya, dia gadis yang bertanggung jawab,)" pikir nya. Lalu Ima menengadah menatap nya membuat Fang terkejut karena melakukan kontak dengan ima.

"Ada apa mas Fang?" Ima menjadi terdiam bingung.

"T-tidak ada apa-apa, ngomong-ngomong apa kau belum tahu tentang struktur gedung ini?"

"Hm..... Belum sih... Aku juga tidak tahu ini gedung apa," balas Ima. "Bagaimana jika kau memberitahu ku."

"Baiklah, jadi ini adalah gedung milik Tuan CEO yang bernama Shen. Aku bekerja sebagai asisten nya di sini jadi jika kau ada perlu dengan nya kau bisa bilang pada ku, aku akan lapor pada nya."

"(Shen? Kenapa aku seperti pernah mendengar nama nya?) Terima kasih, apa orang itu masih muda?" tanya Ima.

"Tidak juga, dia lebih tua... Bahkan lebih tua dari aku... Lebih tua lagi... (Aku tidak bermaksud menghina nya,)"

"(Lebih tua? Apa orang tua?)" Ima menjadi terdiam bingung.

"Kau harus hati hati Ima..." kata Fang.

"Eh... Kenapa?"

"Tuan Chief dikenal sebagai pria yang dingin dan kasar, jika tak sesuai dengan kemauan nya dia akan langsung melakukan sesuatu. Jadi jangan buat kesalahan sedikit pun."

"B-baik..."

Sesampainya di lorong pintu kantor CEO yang terlihat sangat besar itu. Fang mengetuk pintu itu dan membukanya.

"Selamat sore Tuan Chief, aku membawa gadis yang menghantar pesanan anda," kata Fang. Ima hanya bisa mendengar perkataan Fang karena dia ada di belakang.

Lalu Ima menoleh melihat seorang pria yang duduk di meja kantor. Dia sedang menatap ke laptop nya.

"(Dia terlihat mengerikan,)" Ima terdiam di belakang Fang. Lalu pria itu menoleh pada mereka.

"Langsung saja bawa kemari," tatap nya.

"Ima..." Fang memberitahu nya lalu Ima dengan panik mendekat memberikan pesanan nya di meja.

"Ini pesanan anda," Ima menatap. Setelah meletakan nya, dia menundukan badan. "Aku permisi dulu."

"Tunggulah di sana!" pria itu tiba-tiba menyela membuat Ima terdiam ketakutan dalam hatinya.

Pria itu melirik dengan tatapan tajam pada wajah Ima. "Berapa umurmu?" tanya nya.

"Aku.... 19 tahun."

"Nama?"

"I-ima," balas Ima. Seketika wajah pria itu menjadi terdiam tak percaya. "(Ima...!! Benarkah Ima!!)" dia kembali menatap Ima yang menundukan wajah nya.

"Kau beneran Ima huh!!!... Tinggal bersama siapa sekarang?" pria itu menatap sombong.

"Apa... Maksud anda... (Kenapa dia terus bertanya hal seperti itu?)"

"Apa kau tinggal bersama ibu mu," tatap pria itu yang mulai meminum kopi nya tapi ia terkejut ketika merasakan kopi nya. Seketika ia melempar air kopi itu pada Ima.

"Ah..." Ima terkejut tak percaya dan basah akan kopi.

Fang yang ada di belakang nya ikut terkejut ketika melihat Ima tersiram kopi dari atas sampai bawah.

"Ima!! Kau baik-baik saja," dia mendekat mengeluarkan sapu tangan membersihkan air kopi itu dari wajah Ima yang terdiam kebasahan.

"Kopi dari mana ini kenapa suhu nya tidak panas... Apa kau sengaja terlambat datang untuk membuat suhu kopi itu menjadi dingin... Kau bisa bekerja atau tidak!!" teriak pria itu.

"Ma... Maaf kan aku... Aku akan membawa nya lagi," balas Ima dengan masih ketakutan.

"Tidak perlu!!.... Fang... Keluarlah dari sini," kata Tuan Chief dengan nada tegas nya.

"Tuan Chief, dia masih 19 tahun. Maaf kan saya jika melarang tapi—

"Cukup, keluar saja!!" Tuan Chief menyela. Fang juga tak bisa apa-apa. Ia lalu menundukan badan dan berjalan pergi meninggalkan mereka berdua dengan Ima yang masih gemetar akan tadi.

"Dengar, kau pasti benar-benar tidak ingat pada ku Ima. Seorang pria yang telah menjagamu selama 10 tahun dan meninggalkan mu selama hampir 10 tahun juga, kau pikir hanya dengan waktu kau bisa melupakan siapa aku," tatap Tuan Chief. Ima menengadah menatap nya dan seketika ia teringat pada yang di bicarakan, yakni Ayah nya yang selama 10 tahun kurang meninggalkan nya.

"A-ayah. (Apa dia benar-benar... Ayah!!?)" Ima menatap tak percaya.

Rupanya benar, dia adalah Sheniok yang paling kejam, ayah dari Ima yang dengan beraninya pergi tanpa pulang. Sekarang dia benar-benar kasar pada putrinya sendiri.

"Kau terlihat seperti ibu mu itu, dia terlalu banyak mengejar cinta dari ku sehingga aku bisa menipunya. Bukan kah enak menjadi orang yang telah di tipu, apalagi dia juga kuat membesarkan mu sendirian. Apa yang akan kau berikan pada nya nanti?"

Ima terdiam mendengar itu, ia menundukan wajah dengan tetesan kopi yang masih ada di rambut nya. "(Ada apa dengan orang ini, aku ingin sekali membawa nya ke depan ibu dan mengatainya brengsek.... Dia bahkan dengan beraninya mengatakan hal itu di depan ku, putrinya sendiri... Putri yang telah ia sayangi selama 10 tahun dan berakhir dengan beraninya bersikap seperti serigala...)"

"Kenapa kau hanya diam saja?!"

"Aku akan memberikan yang terbaik untuk ibu!!!" Ima menyela membuat suasana terdiam. "Ibu menginginkan seorang cucu yang manis, dia juga menyetujui ku saat aku bersama dengan pria pertama ku, apa aku harus memberi tahu mu semua riwayat ku di saat hal ini, jika kau ingin tahu semua nya kenapa kau tidak pergi selama nya saja agar kau tidak bertanya seperti ini pada ku.... Apa kau tahu perasaan ku dengan ibu ketika kau meninggalkan kami. Boneka yang telah kau berikan pada ku masih aku genggam sampai saat ini, ibu selalu sedih karena selalu memikirkan mu... Lebih baik kau pergi atau aku yang tidak akan mau bertemu dengan mu lagi!!!" Ima berteriak dengan kesal.

Sheniok menjadi terdiam. "Siapa pria itu? Siapa pria yang akan bersama mu? Jawab aku!!" tatap nya dengan serius.

"Apa kau berhak tahu semua tentang itu?"

"Aku bertanya siapa dia?!"

"Aku tidak akan memberitahu mu meskipun kau mati dengan penasaran!!!" Ima tetap menyangkal. Dia benar-benar berani menentang Ayah nya sekaligus Tuan Besar di gedung tersebut.

"Aku akan membuat mu memberi tahu ku," tatap nya dengan lirikan nya membuat Ima terdiam.

Dia mendekat dan menarik Ima membanting nya ke atas meja. "Akh..." Ima menjadi kesakitan. Dan Sheniok menjadi menahan leher nya.

"Kau seharus nya malu pada sikap mu sendiri, awal mula aku meninggal kan ibu mu karena kau lahir di dunia ini... Kami berdua sama sekali tidak menginginkan bayi perempuan sepertimu," tatap nya.

Seketika mendengar itu hati Ima tertekan dan terpukul. Mendengar hal itu langsung dari Ayah nya sendiri. "(Aku.... Tidak.... Di... Inginkan?)"