Sementara itu Regis menatap ke jam tangan nya dan berjalan ke mobil dari sebuah gedung kejaksaan.
Sebelum memegang gagang pintu mobil, ia terdiam sebentar dan menghela napas panjang. "(Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan kedepan nya, aku tidak tahu juga Ima putri dari seorang penjahat yang sangat sialan... Aku bahkan sampai mengutuknya... Aku sudah terlanjur suka pada Ima, dan aku tak bisa menarik kata kataku,)" ia seperti seorang yang putus asa lalu masuk ke dalam mobil dan akan pergi menjemput Ima.
Di sisi lain, suasana terdiam dengan Sheniok menatap putrinya sendiri yang terdiam tak percaya dan ia masih memegang leher Ima.
Tampak wajah Ima terdiam dan tatapan nya kosong melihat lain dengan gumam nya. "Aku... Tidak... Di inginkan," seketika air mata menetes membuat Sheniok mengangkat satu alisnya.
Di saat itu juga, di pikiran Sheniok, ia kacau mengingat sesuatu. Terlihat seperti masa lalu, ia melihat gadis kecil yang manis menangis di depan nya dengan tanpa suara sedikit pun. Itu adalah Ima ketika waktu kecil, dia menangis di depan Sheniok tanpa mengeluarkan suara apapun dengan memegang sebuah boneka kucing tuksedo yang manis.
Sheniok yang mengingat itu menjadi menggelengkan kepalanya dan melepas Ima, Ima bahkan masih terdiam terbaring berantakan di meja kantor itu.
"Sialan.... Kau melakukan hal itu lagi, dari dulu kau benar-benar gadis yang aneh... Menangis tanpa suara, tak merengek pun sekali... Apa kau tahu bagaimana caranya bayi menangis, tangisan mu yang bisu itu seperti kekosongan yang tak ada apa apanya!!" kata Sheniok sambil kesakitan memegang kepalanya karena mengingat masa lalu tadi.
Ima bangun dengan masih menundukan wajahnya. Lalu mengatakan sesuatu dengan nada kosong. "Maafkan aku," balasnya.
Seketika Sheniok kembali teringat. Ketika Ima kecil, ia menangis bisu dan di saat itu Sheniok mengatakan. "Kau tidak boleh menangis bisu, kau akan melukai hati kecilmu Ima."
Di saat itu juga Ima berhenti menangis dan menatap kosong sambil berkata. "Maaf.... Aku."
--
Regis menunggu sangat lama di luar mobilnya yang terparkir di pinggir jalan.
Ia memandang kafe tempat Ima bekerja dan menatap ke jam nya yang lewat dari waktu penjemputan Ima.
"(Kemana Ima... Kenapa ini sangat lama dari jam nya, haruskah aku ke sana,)" ia memutuskan untuk masuk ke kafe itu dan kebetulan bertemu dengan manajer Hinko yang sedang membuang sampah di depan. Ia membuka pintu untuk Regis. "Selamat datang," tatap nya dengan ramah. Di saat itu juga Regis bertanya padanya. "Bisa aku tanya, dimana Ima?"
"Eh, apa anda seseorang terdekatnya?"
"Ya, tentu, aku ingin tahu dimana dia?"
"Dia sedang mengantar pesanan di gedung 57," balas Manajer Hinko.
"Apa?! (Itu gedung tempat Sheniok berada!!!???)" Regis langsung terkejut.
--
"Jika aku tidak di inginkan, kenapa kau harus meninggalkan ibu juga!?" tanya Ima membuat Sheniok terdiam.
"Aku bertanya!! Kenapa kau harus meninggalkan ibu!! Padahal kau mencintainya bukan, jika kau tidak mencintainya kenapa aku bisa terlahir di dunia ini!! Hanya karena aku tidak di inginkan, kau sampai meninggalkan ibu, hanya cukup buang aku dan tinggalkan aku sampai mati, tapi jangan biarkan ibu menderita gangguan mental lagi karena kau," tambah Ima dengan wajah penuh marah dan air mata yang masih mengalir. Tapi Sheniok tersenyum kecil membuat Ima terkejut melihat itu.
"Asal kau tahu, aku tidak mencintai ibumu, dia hanya sebatas nafsu saja lalu aku meningalkan nya, jangan salah, sudah banyak wanita yang aku perlakukan seperti itu, Ima," kata Sheniok. Seketika Ima terdiam tak percaya.
"(I-ini tidak mungkin... Kenapa, kenapa jawaban nya begitu menyakitkan, aku sudah membayangkan ekspresi ibu ketika mendengar itu nanti.)"
Di sisi lain Regis keluar dari mobil dengan buru buru dan masuk ke gedung 57. Di sana juga ada penjaga yang menghentikan nya di sana. "Tuan, kau tidak bisa datang tanpa izi—
TWACK!!!!
Tiba-tiba Regis memukul pria penjaga itu dengan keras dan membuat nya terjatuh, ia lalu kembali lanjut berjalan dengan tatapan serius tanpa mempedulikan apapun di belakangnya. Semua orang yang kebetulan melihat itu hanya bisa terdiam menatap.
Ia mencari kantor Sheniok sendiri, karena terlalu lama menunggu lift, ia lalu berlari naik ke tangga, di lantai 25, dia benar benar sampai tanpa ada kelelahan sekalipun. Ketika sudah sampai di depan kantor. Ia mendobrak pintu itu dengan kakinya, padahal pintu itu besar dan berhasil di buka oleh kakinya.
Di sana Ima dan Sheniok berdiri dan menoleh padanya.
"Ima... Ima," Regis mendekat sambil mengulur tangan, tak percaya melihat Ima menangis. Ia memeluk kepala Ima dan melirik Sheniok. "(Beraninya membuat Ima menangis seperti ini!!)"
"Tunggu, kau!!!?" Sheniok menatap terkejut pada Regis.
"Aku Regis, orang yang telah kau buat kehilangan orang tuaku, kau pikir itu menyenangkan melakukan hal yang seperti itu?" tatap Regis dengan sangat serius.
"Cih, rupanya sudah sebesar ini, aku tak ingat tahun berapa aku melakukan nya padamu, dan sekarang jadi apa kau menyentuh putriku segala," Sheniok menatap sombong. Seketika Ima menatap lebar dan mengepal tangan.
"Kau..." ia kesal. Membuat Sheniok menatapnya. "Jangan panggil aku putrimu, dasar brengsek!!!!" teriak Ima.
"Ima, cukup, aku bisa menangani ini," Regis kembali memeluknya. Ia mencoba menenangkan Ima.
"Cih, (kenapa ketika aku melihatnya menyentuh Ima menjadi kesal padanya, kenapa aku jadi khawatir? Ima bukan apa apa... Dia hanyalah gadis kecil yang lemah, aku tak akan mengakuinya...Tapi,)" ia menatap Regis memegang kencang tubuh Ima. Lalu berteriak. "Kau pergilah dari dia!!" Sheniok mengeluarkan pistol tembakan membuat Ima dan Regis terkejut.
Mata Ima terus mengalirkan air mata padahal ekspresinya sedang kaku.
"Kau dulu ingin mati kan, sekarang mati saja, orang tua mu itu juga berhak untuk mati bersama mu, kenapa bodohnya aku meninggalkan mu yang masih hidup, seharusnya aku juga membunuhmu," kata Sheniok menatap Regis.
"Apa tujuan mu membunuhku sekarang, apa ini karena aku menyentuh putrimu?" lirik Regis.
"Regis..." Ima menatap panik. Tapi tiba-tiba Regis memegang dagu Ima dan mencium bibirnya membuat Ima terkejut, apalagi Sheniok yang melihatnya.
"Beraninya kau!!" Sheniok berteriak keras dan marah, di saat itu juga peluru terlempar. Penglihatan Ima menjadi lambat. Seketika Regis memeluknya akan melindunginya dari peluru itu, tapi Ima tak mau Regis terluka, dia meneteskan air mata lagi dan mendorong Regis membuat Regis terjauh darinya dan di saat itu, Ima merentangkan lengan nya bermaksud menerima peluru itu.
Sheniok dan Regis terkejut, Regis akan buru buru mendekatinya tapi sudah terlambat, peluru itu sudah masuk ke pundak Ima bagian kanan. Ima terkejut dan darah membuat bajunya terkena. Ima juga tumbang, tapi Regis menangkapnya.
"Ima!!! Ima!!" teriaknya memanggil Ima yang tak sadar diri. Sheniok di sana hanya memasang wajah tak percaya dia mengenai kan peluru pada putrinya.
Regis yang tidak basa basi, menggendong Ima di dada dan melirik Sheniok. "Di rumah sakit 76, aku menunggumu untuk minta maaf," tatap nya, lalu berlari pergi membawa Ima.
Sheniok masih terdiam, ia melihat darah Ima ada di bawah lantainya, ia lalu mengepal tangan. "Sialan!!"
--
Malam nya, ibu Ima berlari terburu buru di lorong rumah sakit dan melihat Regis yang berdiri di depan ruang operasi.
"Regis!! Apa yang terjadi?!" dia mendekat dengan panik. "Katakan Regis, apa yang terjadi pada Ima?!" ia bahkan meremas kerah baju Regis.
"Ibu, tenanglah," Regis mencoba membuatnya tenang. "Duduklah terlebih dahulu, anda pasti kelelahan kemari," lalu mereka duduk di lorong tunggu itu.
"Ima bertemu dengan ayahnya," kata Regis. Seketika wajah ibu Ima tampak sangat tidak percaya, ia lalu menangis sedih. "Hu... Jika ini bukan karena soal masalah kecil itu, Ima tak akan menderita hal yang seperti ini, dia gadis yang cukup banyak menanggung rasa sakit dan selalu menjaga ku, Shen, hanyalah pria brengsek yang bisanya mengkasari wanita termasuk putrinya sendiri, ini sudah aku duga. Jika Ima bertemu dengan ayahnya, masalah baru akan terjadi, ini semua salahku..."
"Ibu, ini bukan salah mu, tenanglah terlebih dahulu. Ima tidak mungkin terluka karena dia melindungiku, aku tahu maksud darinya, jika aku yang terluka. Dia yang akan repot dan tidak bisa apa-apa, tapi dia memutuskan menjadi yang terluka, aku benar-benar tidak menyangka hal itu akan terjadi, ini bukan salah anda ibu, Sheniok lah yang salah atas semua ini."
"Tapi bagaimana jika terjadi sesuatu pada Ima?!"
"Jangan khawatir, kita hanya harus percaya, Ima gadis yang kuat dan semuanya akan mudah dia lewati, setelah aku lihat lihat. Peluru yang di tembakan itu jenis peluru jarak dekat, itu tidak akan terlalu merenggut nyawa Ima," kata Regis. Ia membelai pelan pundak ibu Ima agar tenang.
"Regis, Terima kasih... Kau telah membantu keluarga ini, padahal ini tidak berhak menjadi urusan mu sendiri, karena kami, kau jadi terlibat dalam masalah keluarga Ima,"
"Aku datang untuk melihat masalah, aku suka pada Ima untuk mengetahui masalah yang terjadi dan pastinya akan membantu, lagipula, aku juga pernah memiliki masalah dengan Sheniok."
"Apa?! Dia membuat masalah dengan mu?! Apa yang terjadi?!" tatap ibu Ima dengan tatapan tak percaya.
"Ketika umurku 10 tahun, aku kehilangan Ayah ku, itu karena Sheniok, dia membunuh ayah ku dan ketika sudah ada 5 hari, kabar kematian ayah ku baru muncul... Dan ketika aku berumur 19 tahun, ibu ku meninggal karena diperkosa oleh nya... Aku memiliki hubungan baik dengan kedua orang tua ku, hingga aku harus melihat kedua orang tua ku mati dalam sayatan tangan nya."
--
"(Aku tidak tahu takdir ku akan seperti ini apalagi masalah ku yang dulu sangat berhubungan erat dengan kekasih ku sekarang. Aku sudah sangat suka pada Ima, aku sudah berjanji padanya... Tapi aku dulu juga bersumpah pada diri ku sendiri bahwa aku akan membunuh Sheniok beserta keluarga nya apalagi keturunan nya.... Aku tak tahu harus apa dan hanya takdir yang akan bicara... Ima, jangan khawatir... Aku akan selalu suka padamu.)"