webnovel

Chapter 1

"Tolong hitung ini," Ima, seorang gadis yang sedang memberikan barang makanannya nya yang ia pilih tadi ke meja kasir supermarket sambil melihat ke ponselnya sendiri.

"Bibi yang baik... Tolong angkat ponselmu," kata kasir yang meminta pembayaran memakai ponsel, seketika Ima terkejut dengan panggilan itu.

"Bi-bibi katamu... Aku baru 19 tahun!!" Ima menatap kesal.

Seketika lelaki itu terkejut dan langsung menundukan tubuhnya. "Maafkan aku, maaf."

Lalu Ima baru sadar bahwa lelaki itu buta. "(Dia buta? Tapi, wajahnya benar-benar tampan, apa ini alasan kenapa dia diterima bekerja di sini? Benar-benar tampan tapi terlihat aneh sepertinya,)" ia terdiam lalu membayar dengan ponselnya dan berjalan pergi.

"Terima kasih silahkan datang lagi," kata lelaki itu.

"(Bagaimana bisa mereka memperkerjakan nya cih...)" kesal Ima. Tapi ia baru sadar barang yang baru saja dia beli tertinggal.

"Barang ku!" ia kembali kedalam dan akan mengambil di meja kasir tapi lelaki tadi menahan tangan nya.

"Hah.... Apaan ini!!" Ima terkejut.

"Kau pencuri!!" lelaki itu menatap dengan mata kosong buta nya. Dia berpikir bahwa ima yang datang merupakan pencuri yang akan mengambil barang di meja kasirnya.

"Apa....Tidak!... Kau salah paham!!" Ima terkejut.

"Pencuri! mengaku saja!!" lelaki itu mengeluarkan tongkat pembantu orang buta nya terpukul kan ke Ima.

"Aahhhh," Ima menjadi berteriak di sana.

Tak lama kemudian masalah bisa terselesaikan.

"Aku benar-benar minta maaf," lelaki tadi terus menundukan badan pada Ima yang kesakitan akan kepalanya. Ima masih memasang wajah kesal nya itu.

"Um, sebagai permintaan maafku, Maukah kau aku traktir makan mulai malam ini?" tambah lelaki itu.

"Cih... Tak perlu," Ima dengan kesal akan pergi.

"Eh tunggu dulu," lelaki itu akan mencegah tapi tak disangka ia tersandung dan jatuh.

"Ouch…"

Ima menoleh dan merasa iba. "(Haiz... Apa yang kupikirkan sih, dia ganteng tapi buta, payah juga pula) Kau butuh bantuan?" dia mendekat dan berubah baik.

"Ah maafkan aku... Terima kasih aku baik-baik saja, aku benar-benar minta maaf soal tadi," kata Lelaki itu.

"Gezz... Terserah," Ima menghela napas dan berjalan pergi meninggalkannya. Lelaki itu hanya diam menatap kosong.

Ima berjalan sambil meminum kotak susu yang ia beli tadi dan duduk di halte bus.

"(Gezz.... Dia tadi tampan, apa dia tidak pernah melihat dirinya yang tampan.... Ya tentu saja tidak lah bodoh... Dia kan buta, kenapa aku jadi tertarik sama dia, tapi pastikan dulu dia umur berapa dan sekolah dimana, karena dia kelihatan masih muda,)" Ima mengalamun di halte bus.

Tak lama kemudian ada seorang perempuan. "Eh... Ima.... Kau ada disini?" dia mendekat.

Lalu Ima menoleh dan wajahnya langsung senang. "Oh halo... Naya, lama tak bertemu.... Kita terakhir berpisah di SMA kan," tatap Ima.

"Ya.... benar-benar sudah lama, bagaimana kabarmu?" teman nya yang ia sebut Naya itu duduk di sampingnya. Dia adalah perempuan teman Ima, mereka terlihat sangat dekat dan di sini, penampilan yang paling terbuka adalah Naya. Mulai dari rok pendek dan baju terbuka nya, sementara Ima masih dipastikan tertutup.

"Aku baik terima kasih, apa kau sudah menemukan sekolah lanjutan?"

"Ya... Aku akan menetap di kampus Nora."

"Hah... Kampus Nora katamu!!" Ima menjadi terkejut.

"Iya, ada apa?"

"A-aku juga disana."

"Eh beneran, haha akhirnya kita bisa satu sekolah."

"Haha iya... (Naya adalah teman SMA ku, dia lah teman pertama kali untukku, maksud ku... Dia menghampiri di bangku ku dan berkenalan padaku dengan wajah ramah. Kami mulai dekat dan menjadi teman dekat, bercanda bersama dan akhirnya menjadi dekat seperti ini.)"

"Oh Ima... Apa kau mau menerima tawaran bekerja sambilan?" tawar Naya.

"Eh... Kerja sambilan?"

"Iya... Kerja sambilan di kafe dekat sini, manajer ku bilang di sana butuh pekerja tambahan, dia juga minta aku menawarkan seseorang."

"Apa Naya juga bekerja di sana?"

"Iyap.... Kau mau kan?"

"Entahlah Naya, aku masih belum yakin."

"Tak apa jika belum yakin, waktunya masih ada satu minggu lagi."

"Terima kasih sudah menawarkan, ngomong-ngomong kau mau pulang?" tatap Ima.

"Tidak... Sebenarnya sih, aku mencari pacarku, dia bilang akan menjemput ku disini."

"Apa!!! Kau punya pacar!!!?" Ima menjadi terkejut sendiri.

"Iya... Dia ganteng banget, dia nembak aku kemarin."

"K-kau bukan kah... Di SMA kau punya crush?"

"Itu sudah lama.... Ada yang bilang dia sudah dapat cewek baru."

"L-lalu, bagaimana kau bisa kenal pacarmu yang baru itu?"

"Kami bertemu di kafe, dia terlihat menyenangkan dan humornya juga bagus."

"Hmp.... Terlihat sempurna sekali.... Aku benar-benar ingin sama sepertimu, memiliki pacar," Ima menjadi kecewa sendiri.

"Jangan khawatir, pasti ada kok yang naksir sama kamu," kata Naya.

"Pastinya tidak akan, lihat saja penampilan ku, sangat ke ibu ibuan banget…"

"Hei, siapa yang bilang begitu, kau itu seorang Ima, bukan nya terlihat seperti ke ibuan, tapi kau terlihat seperti gadis yang baik dan sangat terjaga, mungkin banyak lelaki yang akan menjadikan mu ratu," Naya yang merupakan teman dekatnya tentu saja menghibur Ima yang kemudian menjadi tersenyum kecil. "Terima kasih…"

Lalu Ima teringat pada lelaki buta tadi. "Kalau begitu, ajari aku.... Bagaimana cara mendekati lelaki?" tatap Ima dengan serius.

"Hm... Ada apa? Apa kau ingin mendekati laki laki? Cara ini cukup murahan lo," lirik Naya.

"Ya jangan beritahu yang murahan..."

"Hm... Yang kudengar, kau harus mendekati lelaki itu dulu," kata Naya.

"Ok... Selanjutnya," Ima menyiapkan buku kecil akan mencatat.

"Jika menurutmu lelaki itu susah bergaul atau jarang dekat dengan cewek kamu harus semaksimal mungkin mendekatinya apapun yang terjadi. Seperti selalu memberinya sesuatu di tempat yang selalu dia tempati.

Lalu selalu mencoba mengobrol denganya. Tapi ingat Ima... Jika kau ingin dekat dengan lelaki kau harus langsung menembaknya."

"Menembak? Maksudmu langsung katakan aku jatuh cinta padamu maukah jadi pacar-

"Sust.... Jangan katakan itu sekarang, ingat... Katakan itu di depan lelaki itu ketika kalian sudah mulai dekat," Naya langsung menutup mulut Ima. Lalu Ima mengangguk cepat.

"Yang selanjutnya, selalu bantu dia jika dia kesusahan," kata Naya.

Lalu Ima terdiam kembali mengingat lelaki buta itu. "(Dia, sendirian.... Berjalan tanpa melihat apapun dan sepertinya memang butuh bantuan) Jadi... Aku tidak boleh langsung menembaknya nih?"

"Jangan.... Ingat itu," Naya menatap, lalu ponselnya berbunyi.

"Oh... ini dari baby, sepertinya dia sudah sampai... Aku pergi dulu, pacarku menjemput ku di tempat berbeda," Naya menatap lalu Ima mengangguk dan melambai dengan senyuman ramah.

"(Jika di pikir-pikir… Dia sepertinya memang susah di dekati, bagaimana ya caranya aku mendekatinya?)" pikir Ima dengan wajah kecewa dan khawatir.

Tak lama kemudian bus datang. Ima duduk di dekat jendela. "(Sepertinya sudah malam, sepertinya berkeliling kota secara sendirian sudah cukup sampai sini, aku benar-benar lelah... Setelah ini aku bisa pulang,)" dia menghela napas panjang dan membuka ponselnya.

Kemudian secara kebetulan di ponselnya ada berita tentang sesuatu yang membuatnya tertarik untuk membuka dan membacanya.

Dimana ada kasus pembunuhan di jalan Kor yang akan dilewati bus ini. Pembunuhnya sedang melarikan diri dan bisa jadi di sekitar jalanan.

Ima terdiam sebentar. "(Apa ini benar... Jika benar hebat dong.... Siapa ya pembunuh itu,)" dia malah kagum.

Sambil menunggu, ia juga mendengar kan musik dari headset kabel putihnya.

Saat di dalam bus ada seorang pria berbaju hitam, masker hitam dan kaca mata hitam naik bus itu dan perlahan duduk di seberang kursi Ima.

Ima menatap diam padanya. "(Kenapa dia terlihat misterius?)" Pikir Ima.

Lalu bus berjalan melambat di iringi dengan lampu sirene yang menyorot. Sudah jelas didepan ada polisi melakukan pemeriksaan mencari buronan pria kriminal tadi. Itu membuat Ima menoleh ke pria misterius tadi yang juga menoleh padanya. Pria itu lalu beranjak dan berpindah tempat duduk di sampingnya membuat Ima terkejut diam. Karena Ima tadi duduk sendirian di samping jendela.

"(Astaga apa yang harus kulakukan, Apa yang pria ini lakukan, aku takut!!!!)" Ima panik di dalam hatinya. Keringat dingin bahkan mulai muncul, tapi ia terdiam merasakan aroma parfum pria itu.

"(Bau ini.... Seperti bau yang ku kenal,)" Ima terdiam mengingat lelaki buta yang ada di toko supermarket tadi. Seketika matanya terbuka lebar.

"(Tidak mungkin kan, tidak mungkin parfum seperti ini di jual di waktu yang sama, lagi pun lelaki yang di supermarket itu tidak memakai kaca mata apapun, tubuhnya juga berbeda, pria ini lebih besar,)" Ima kembali berpikir dan ia menjadi yakin bahwa itu hanya orang lain.

Tapi tiba tiba saja, dengan perlahan pria itu merangkul Ima dan mengambil satu headset yang di pakai Ima dipakaikan di telinganya.

"(Apa yang dia lakukan... Dia menyentuhku! Aku harus minta tolong di sini.... Tapi aku takut dia akan menjadikan ku sandra,)" Ima mulai panik dalam hati nya karena pria itu benar-benar sangat dekat dengan nya.

Mereka berdua sama-sama mendengarkan headset itu dan pria itu melepas kaca matanya yang di berikan pada Ima yang masih diam tak percaya. Saat polisi satu masuk untuk mengecek. Tangan pria itu yang merangkul Ima menjadi mendorong bahu Ima untuk lebih dekat padanya.

"(Ini, bahaya, dia bertingkah seperti ini saat polisi itu datang, apa dia mencoba menjadikan ku tameng?! Aku harus pergi, tapi, aku juga melihat pistol itu, aku takut,)" Ima yang sudah tahu dia adalah pria kriminal yang di cari hanya bisa diam karena ia melihat ada pistol yang ada selipan sabuk si pria. Ima terdiam pasrah dan tanpa sadar, tangan pria itu membuat Ima meletakan kepalanya di sandaran pundak pria tersebut.

"(Ya Tuhan.... Jika aku berteriak dan mengadu pada polisi itu maka aku akan di anggap membantunya juga,)" Ima semakin panik.

Salah satu polisi yang melihat mereka menjadi mengganggap mereka adalah pasangan kekasih jadi dia hanya pergi saja. Hingga pemeriksaan benar-benar telah selesai dan berlalu, mereka bisa lolos.