Sepertinya Rafi memahami maksudku. Dia pun tidak mendekatiku saat di kantin.
Di hari Sabtu biasanya kami bekerja dengan santai. Karena hari Sabtu juga perusahaan ini hanya bekerja setengah hari saja.
Dan saat sedang santai sambil sedikit mengerjakan pekerjaanku. Rafi datang menghampiri meja kerjaku dan segera menarik kerusi lain untuk duduk tepat di sebelahku. Membuatku sedikit terkejut.
"Apa yang mau kamu omongin?" tanya Rafi to the point.
"Tapi ini rahasia." jawabku tegas.
"Oke. Aku janji nggak akan ngomong ke siapapun." jawabnya meyakinkanku.
"Temenku ada yang suka sama kamu." kataku langsung tanpa basa basi.
"Siapa? Apa dia satu divisi dengan kita?" tanya Rafi penasaran.
"Sorry aku nggak bisa kasih tau ke kamu siapa dia." jawabku.
"Kok gitu? Terus apa gunanya kamu kasih tau aku?" ucap Rafi sedikit kesal.
"Dia nggak mau kamu tau siapa dia." jawabku.
"Aneh!" ucapnya kesal. "Kalau gitu, dia divisi mana?" sambungnya lagi.
"Dia dari divisi Keuangan." jawabku.
"Ya udah deh, titip salam aja buat dia." ucap Rafi sembari tersenyum lebar dan meninggalkanku.
Saat di kantin aku segera menceritakan pada Listi tentang perbincanganku dengan Rafi tadi pagi.
Dan, sudah bisa dipastikan betapa bahagianya Listi.
Dia terus tersenyum sambil mengkhayalkan sesuatu.
Sebetulnya aku kasihan melihat Listi karena menyukai lelaki yang salah.
Sebagai teman yang baik, aku sudah memperingatkannya untuk berhenti menyukai Rafi.
Tapi dia tetap tidak peduli, dia masih saja menyukai Rafi.
Dan karena semua ini, Rafi menjadi sering datang ke meja kerjaku. Walaupun terkadang dia datang bukan untuk membahas tentang Listi.
Eh! Kenapa aku jadi semakin dekat dan akrab dengan Rafi..?! Bukankah aku membencinya!
Jujur, aku sangat kesal dengan diriku sendiri akhir-akhir ini karena menjadi semakin dekat dengan Rafi. Tapi aku juga suka saat Rafi menghampiriku dan mengajakku berbincang-bincang tentang apa saja. Dia memiliki pribadi yang hangat dan ramah.
Oops!