Mendengar perkataan Naya, Ana langsung cemberut, karena dia berharap Violin juga datang di hari bahagianya, bukankah dia teman baiknya.
Tepat saat Ana lagi asyik ngobrol dengan rekan nya. Tiba-tiba Mila datang dengan tergesa-gesa, dan ngos-ngosan. Ana dan yang lain pun menjadi kebingungan.
"Sayang kamu kenapa?". tanya Ana pada Mila dengan panik.
Mila mencoba mengatur nafasnya, setelah itu dia memegang tangan Ana seraya berkata, "Tadi aku tidak sengaja lewat ruangan khusus pengantin laki-laki, aku dengar dari sejak pagi Aldi belum kelihatan, dan pas di telpon dia tidak mengangkat".
Ekspresi Ana menjadi gelap, tubuhnya pun mulai gemetaran.
"Ms. Ana tolong tenang! mungkin dia lagi kena macet jadi berpikir baik aja!". seru Naya mencoba menenangkan Ana.
Ana segera mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Aldi, tapi nomernya terus tidak aktif.
"Astagfirullah ada apa dengan Aldi, aku harus tau itu". Batin Ana sambil bangun dari duduknya sembari menyincing gaun pengantin nya.
Mila pun langsung mencegah Ana. "Sayang tolong tenang, kalau kamu keluar itu akan membuat para tamu memandang aneh padamu!".
"Iya Ms, itu benar. Sebaiknya kita tunggu beberapa menit lagi ya!". kata Naya menambahkan.
Untuk sesaat Ana langsung tenang mendengar nasehat teman-teman nya.
Sementara itu di Aula, para tamu mulai pada berbisik, karena acara belum juga dimulai, pak penghulu yang sudah 30 menitan menunggu merasa geram karena dia juga ada jadwal untuk menikahkan pengantin yang lain.
"Tuan Hadi dan Tuan Rasyid, bagaimana ini? apakah pernikahanya jadi atau tidak? karena waktu saya tidak banyak". tanya penghulu itu dengan gusar.
Tuan Rasyid benar-benar merasa malu melihat ulah anaknya yang belum juga datang.
"Maaf pak, tapi saya mohon tunggulah sebentar lagi, karena anak saya masih kena macet!". ucapnya seraya memohon kemurahan hati pak penghulu untuk menunggu beberapa saat lagi.
"Iya itu benar, tolonglah 15 menit lagi ya pak, kalau dia tidak datang juga maka bapak boleh pergi!". ucap Tuan Hadi menambahkan.
Pak penghulu pun luluh dan kembali duduk.
Segera setelah itu, Tuan Rasyid memerintahkan anak buahnya mencari Aldi. Sedang Ny Rasyid semakin panik karena Aldi tidak juga mengangkat teleponnya. Sementara itu Ibu Aida sama keluarganya tampak khawatir dan cemas kalau pernikahan ini gagal maka akan berdampak pada psikis Ana dan membuat malu keluarga.
Shasa tersenyum licik sambil menyeringai ke arah ibu tirinya itu sambil berkata, "Kenapa si Aldi belum datang juga? apakah dia kabur? Kayaknya si Ana bakal buat keluarga kita malu nih".
"Awas aja kalau pernikahan ini batal, aku tidak akan mengakui dia lagi jadi bagian dari keluarga Hadi". sahut Nenek Shasa dengan geram.
Mendengar perkataan mertua dan anak tirinya itu. Ibu Aida semakin khawatir. Meski begitu dia hanya mampu menarik nafas, karena dia tau kalau Shasa dan neneknya tidak pernah menerima kehadiran Ana, apalagi ketika mereka tahu kalau Ana akan dinikahi oleh pengusaha yang cukup kaya, mereka pun semakin kesal.
"Ya Allah apa rencanamu pada anak hamba, akankah dia kecewa lagi?". Batin Ibu Aida dengan perasaan yang benar-benar gelisah dan khawatir terhadap Ana.
»15 menit Kemudian«.
Sudah 15 menit berlalu, tampak nya mulai hilang kesabaran. Dia pun bangkit dari duduknya, dan berjalan menuju Tuan Rasyid yang sedang panik sambil berkata, "Maaf Tuan, saya harus segera pergi, kalau begitu saya pamit Assalamualaikum"
"Iya, terimkasih atas kesabaran bapak, waalaikumsalam". Tuan Rasyid sudah tidak bisa lagi menahan pak penghulu, dengan segera dia meminta MC mengumumkan kalau pernikahan hari ini batal.
Ekspresi Tuan Rasyid tampak gelap, wajahnya benar-benar tercoreng oleh kelakuan anaknya sendiri.
"Aldi ... Awas kamu kalau ketemu, kamu sudah membuat ayah kehilangan muka di depan tuan Hadi dan semua tamu". Batin Tuan Rasyid seraya mengatupkan gigi nya.
Semua tamu tercengang mendengar pengumuman dan mulai riuh mempertanyakan kenapa pernikahan menjadi batal.
Sedangkan Ana merasa sesak mendengar pengumuman itu, dia malu sekaligus kesal kenapa Aldi harus seperti ini di hari pernikahannya, Mila dan yang lain nya juga sedih dan ikut sakit hati.
"Ana yang sabar ya sayang, aku yakin semua pasti ada hikmahnya!". ucap Mila sambil memeluk Ana.
Ana hanya terdiam berusaha mencerna apa yang sedang terjadi. Beberapa rekannya sesama dosen satu persatu meninggalkan ruangan Ana setelah mereka memberikan kekuatan pada Ana untuk tetap sabar.
Setelah kepergian rekan nya yang lain, kini hanya tinggal Mila yang menemani nya.
Tidak lama setelah dia puas diam, Ana pun mendongak ke arah Mila sambil meneteskan air mata.
"Kenapa ini terjadi padaku? setauku Aldi bukan orang yang pengecut, pasti dia ada halangan sehingga dia tidak bisa datang, aku yakin itu?". ucap Ana seraya membela Aldi.
Mila benar-benar patah hati melihat Ana menangis, make upnya yang cantik pun menjadi luntur seketika
"Iya nanti kita akan mencari tahu kebenarannya". sahut Mila untuk menenangkan hati Ana.
Mendengar perkataan Mila, Ana pun memeluk Mila sambil menangis, dia tidak habis pikir kenapa ini terjadi lagi.
Delapan tahun lalu, dia ditinggalkan tanpa kata, dan diceraikan hanya lewat selembar surat, setelah itu dia juga ditinggalkan karena orang tua Firas tidak setuju, sekarang sebelum akad calon suaminya tidak datang.
Sebenarnya apa rencana tuhan untuknya, Ana teringat Fida yang selalu mensuportnya di kala jatuh, tapi udah lama dia hilang kontak dengan Fida semenjak dia pindah ke Jakarta.