webnovel

kelahiran kembali

Bab 2: Kelahiran Kembali

Beratus-ratus tahun kemudian, di sebuah desa kecil yang damai di pinggiran Ardoria, lahirlah seorang anak laki-laki bernama Arion. Arion tumbuh dengan kehidupan sederhana di desa yang indah, dikelilingi oleh hutan dan sungai. Sejak kecil, Arion selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Mimpi-mimpi aneh tentang pertempuran, istana, dan pedang kuno sering mengganggu tidurnya. Mimpi-mimpi ini begitu nyata dan jelas, seolah-olah dia telah mengalaminya sendiri.

Orang tua Arion, seorang petani dan seorang perawat desa, selalu mengatakan bahwa Arion adalah anak istimewa. Mereka tidak pernah tahu betapa benarnya pernyataan itu. Pada ulang tahunnya yang ke-18, saat sedang menjelajahi hutan dekat desanya, Arion menemukan sebuah pedang yang terkubur setengah di dalam tanah. Pedang itu memancarkan cahaya lembut dan tampak sangat kuno. Ketika Arion menyentuh pedang tersebut, sebuah kekuatan aneh mengalir ke dalam tubuhnya, dan kenangan hidup sebelumnya sebagai Seraphin kembali dengan kekuatan penuh.

Arion tersentak mundur, terengah-engah dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, dia merasa seperti telah menemukan bagian dari dirinya yang hilang, namun di sisi lain, beban dari kenangan masa lalu itu begitu berat. Arion menyadari bahwa pedang itu adalah Elysium, pedang legendaris dari cerita rakyat yang sering diceritakan oleh para tetua desa.

Malam itu, Arion duduk di tepi sungai, memegang Elysium dan memandang pantulan dirinya. "Apa yang harus kulakukan sekarang?" tanyanya pada dirinya sendiri. "Aku bukan lagi hanya seorang petani. Aku memiliki tanggung jawab yang besar."

Ibu Arion, yang mendengar tentang penemuan pedang itu, mendekatinya. "Arion, apa yang terjadi? Mengapa kau terlihat begitu terganggu?"

Arion menghela napas panjang. "Bu, aku menemukan sesuatu yang luar biasa. Pedang ini... membawa kenangan yang bukan milikku. Aku merasa seperti aku adalah seseorang dari masa lalu, seorang ksatria yang pernah hidup di Ardoria."

Ibunya mengangguk, memahami beban yang kini ditanggung putranya. "Nak, mungkin ini adalah takdirmu. Jika kau merasa harus melakukan sesuatu yang lebih besar, maka ikutilah hatimu. Kami selalu mendukungmu."

Dengan pemahaman baru tentang dirinya, Arion menyadari bahwa takdirnya lebih besar dari sekadar menjadi petani di desa kecil. Dia tahu bahwa Ardoria sedang berada dalam bahaya dan dia harus melakukan sesuatu. Maka, dengan keberanian yang baru ditemukan, Arion memutuskan untuk meninggalkan desanya dan pergi ke ibu kota Ardoria. Dia tahu bahwa perjalanannya akan sulit dan penuh tantangan, tetapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa mengabaikan panggilan takdirnya.