webnovel

kejatuhan sang pahlawan

Bab 1: Kejatuhan Sang Pahlawan

Di suatu tempat yang jauh di masa lalu, berdiri sebuah kerajaan megah bernama Ardoria. Ardoria dikenal luas di seluruh benua karena kekuatan militer dan keberanian ksatria-ksatrianya. Di antara mereka semua, tidak ada yang lebih terkenal daripada Seraphin, seorang ksatria legendaris yang telah mengabdikan hidupnya untuk melindungi kerajaan ini dari ancaman musuh. Seraphin memiliki pedang bernama Elysium, yang dikatakan dibuat dari logam bintang yang jatuh dari langit, dan hanya dia yang dapat menggunakannya.

Pada suatu hari, ketika perang besar berkecamuk antara Ardoria dan kerajaan tetangganya, Malakar, sang penyihir jahat, menyusun rencana jahat untuk menjebak Seraphin. Malakar menyadari bahwa selama Seraphin hidup, Ardoria tidak akan pernah bisa dikalahkan. Maka, dia memutuskan untuk menggunakan segala macam tipu daya dan sihir untuk menjebak sang pahlawan.

Di tengah malam, saat peperangan mencapai puncaknya, Seraphin dan pasukannya bertempur dengan gagah berani. Seraphin, dengan Elysium di tangannya, menebas setiap musuh yang menghadang, dan pasukannya mengikutinya dengan semangat yang tak terbendung. Namun, di suatu tempat di medan perang, Malakar telah menyiapkan jebakannya. Dengan menggunakan sihir gelap, Malakar menciptakan ilusi besar yang membuat Seraphin dan pasukannya tersesat di dalam hutan lebat.

Seraphin memandang sekeliling dengan cemas. "Pasukan, tetap dekat! Ini pasti sihir Malakar. Kita harus mencari jalan keluar!"

Salah satu prajuritnya menjawab, "Ksatria Seraphin, ilusi ini terlalu kuat. Kita tidak bisa menemukan jalan!"

Saat Seraphin menyadari jebakan ini, sudah terlambat. Pasukannya terpecah dan hilang arah, sementara Malakar mengeluarkan kekuatan sihirnya untuk menyerang Seraphin langsung. Dalam pertempuran sengit itu, Seraphin berhasil melukai Malakar, namun dirinya juga terluka parah. Dengan napas tersengal-sengal, Seraphin menyadari bahwa ini mungkin adalah akhir dari perjalanan hidupnya.

"Ardoria... harus tetap hidup," gumam Seraphin sambil memandang langit malam yang dipenuhi bintang. Di detik-detik terakhirnya, dia berdoa agar semangatnya dapat kembali di masa depan untuk melindungi kerajaan tercintanya. Dan dengan itu, Seraphin menghembuskan napas terakhirnya, sementara Elysium, pedang legendarisnya, bersinar terang untuk terakhir kalinya sebelum tenggelam dalam keheningan.

Rasa putus asa menyelimuti medan perang saat para prajurit Ardoria menyadari bahwa pemimpin mereka telah gugur. Di kejauhan, Malakar tertawa puas meskipun dirinya terluka. "Akhirnya, sang pahlawan besar telah jatuh. Ardoria kini berada dalam genggamanku," ujarnya dengan senyum licik.