webnovel

Pair of Wings - Land of caged ukorian

Mika memang berbeda dari Ukorian, tapi Arrah berjanji bahwa dia akan bisa membaur. Perjalanannya bersama Arrah membawanya terpisah di negeri Ukora, Di Ukora para pemuda harus mengikuti seleksi untuk menentukan apakah mereka akan masuk ke Klan Aviator, Trainer, Magis atau yang paling menakutkan... klan Mentalis? Apakah Mika akan memilih untuk pulang saja ke dunia asalnya? karena tidak seharusnya dia terlibat terlalu jauh... tapi ada perasaan kuat yang menahannya untuk terus mencoba agar bisa terbang... Ya, terbang!!! anak manusia harus bisa terbang... di Ukora. ------------------------------------------------------------------------------------------- Sebuah cerita yang akan membawa kamu masuk ke petualangan fantasi, dengan alur cerita yang diluar dugaan. Ikuti terus kisah Mika di negeri yang terkurung, dan bagikan komentar serta dukungan kamu untuk penulis :)

Hendrawans · Fantasy
Not enough ratings
11 Chs

Selamat tinggal Lessa

Beberapa burung kecil hinggap di jendela kamar Mika, yang sengaja dibiarkan terbuka. Cuitan burung-burung kecil itu membangunkan Mika, bersamaan dengan masuknya cahaya pagi yang memenuhi seisi kamar.

Diluar terdengar suara seperti kepakan sayap memenuhi suasana pagi itu, diiringi oleh suara Milo yang terdengar sangat riang. Mika membuka kedua matanya yang berhasil dipejamkannya semalam, kemudian dia membuka pintu dan melangkahkan kakinya keluar, sesosok makhluk besar terbang melintas tepat diatas kepalanya seolah ingin mengucapkan selamat pagi untuk Mika.

"Hai Mika, kemari!" Milo memanggil, sementara disampingnya ada Arrah yang melihatnya dengan sedikit tersenyum.

"Mika, Kau tahu Mika? Vorus sudah terbang lagi!" ujar Milo kepada anak lelaki yang melongok dari balik jendela itu sambil menunjuk riang ke arah Vorus yang terbang berputar.

"Ya Milo, aku juga bisa melihat betapa bahagianya kamu pagi ini" Jawab Mika setibanya dia di bawah.

Vorus mendarat tepat menghampiri Mika, langkah kakinya yang berat dan berdentum mendekatinya, makhluk itu menundukkan kepala seolah ingin menyambut Mika. Arrah tampak heran, dan Milo tampak terlihat senang.

"Dia menyukaimu Mika!" Senyum Milo melebar saat mengucapkannnya.

Mika tidak tampak terkejut, karena sepertinya dia tahu apa yang membuat Vorus menyukainya.

"Bagaimana keadaanmu pagi ini?" Disela keceriaan pagi itu Leor datang memecah keriangan mereka.

"Leor, kita harus segera memulangkan Mika kembali ke dunianya" Arrah terdengar cemas sambil meletakkan kepala Mika diatas pangkuannya.

"Biar kutemani kau ke Danau Eok" Leor membantu Mika untuk berdiri kembali.

Pagi itu dengan ditemani Leor, Mika dan Arrah kembali menuju perjalanan mereka untuk kembali ke Danau Eok, entah Mika merasa senang atau tidak, perasaannya kini malah semakin bercampur aduk.

"Hai Arrah, bagaimana caraku bisa kembali pulang melalui danau itu?" Tanya Mika. "Bukankah itu mustahil dilakukan?" lanjutnya.

"Tidak, akan lebih mudah untuk pergi ke duniamu daripada sebaliknya. Aku akan membuka ruang dimensi di Danau Eok" Leor lah yang menjawab pertanyaan Mika.

"...dan itu hanya bisa dilakukan sekali sepanjang hidupku" lanjutnya

Keputusan sudah dibuat dan Mika harus segera pulang, namun ada perasaan di dalam hatinya yang merasa terikat dengan dunia ini. Sepertinya dia mulai ragu untuk kembali. "entahlah" Mika berbicara dalam hatinya

-------------------------------

Leor berjalan di depan, sementara Mika mengikutinya dari belakang yang sesekali memandangi Arrah yang berjalan disampingnya, dari raut wajahnya menggambarkan betapa bercampurnya perasaan Arrah saat itu, masih ada keyakinan dalam benaknya bahwa tidak seharusnya Mika kembali secepat ini.

Setibanya mereka keluar dari gua di bukit danau Eok, sekumpulan awan kelabu menyelimuti suasana pagi itu, seolah memberikan pesan bahwa tidak lama lagi akan turun hujan lebat. Sesekali gemuruh terdengar yang membuat ketiga orang itu mempercepat langkah kakinya.

Perjalanan menuju Ukora lebih cepat dari sebelumnya, Mika tidak harus bersusah payah karena Leor membawanya terbang menuruni air terjun tempatnya dahulu memulai perjalanan ini untuk kemudian menyeberangi kembali danau itu hingga ke seberang.

Sesampainya ketiga orang itu di tepi danau Eok, Leor memulai ritualnya untuk membuka jalan bagi Mika. Sebuah cahaya putih keluar dari dasar danau membentuk sebuah pusaran air di permukaan danau.

Mereka melakukannya tepat pada sisi dimana Mika pertama kali ditemukan oleh Arrah.

Mika paham bahwa ini terakhir kalinya dia bisa melihat Arrah, dia kemudian berusaha melempar senyum ke arah Arrah, sebagai ucapan selamat berpisah, dan Arrah... Arrah membalas dengan selipat senyum yang terlihat dipaksakan. Tidak, bukan karena tidak suka dengan Mika tapi lebih karena Arrah merasa ada sesuatu yang salah dengan keputusan ini.

"Srek...." Langkah-langkah kaki terdengar dari kejauhan mendekati tempat itu, tanpa berpikir panjang Leor pun menghentikan ritualnya dan pusaran air pun ikut tertutup.

Leor dan Arrah saling menatap menyadari akan adanya bahaya yang menghampiri mereka, sesaat kemudian satu pasukan lengkap dengan beberapa ekor Hellhound keluar dari persembunyiannya,

"lari!!" Sontak Leor berteriak kepada Arrah yang berada di balik Mika, untuk segera meninggalkan tempat tersebut.

"tapi kau dan Mika?" Arrah menolak sementara pasukan tersebut semakin mendekat.

"pergilah cepat!" Leor meninggikan suaranya "akan kujaga Mika" ditengah kegentingan tersebut Arrah tidak dapat berpikir panjang, dengan terpaksa dia pun mengambil langkah untuk segera terbang meninggalkan Leor dan Mika di tepi danau.

Kepakan kedua sayap wanita itu membentuk dua buah garis putih yang dari kedua sayapnya yang membawanya terbang memecah udara, dengan susah payah Arrah mencoba menahan ketinggiannya di atas danau sambal terus melaju. Pasukan Kerajaan sepertinya tak berniat mengejarnya, mereka membiarkan Arrah pergi karena untuk mengejarnya mereka harus memutar jauh untuk mencapai sisi seberang danau.

Ditengah pelariannya Arrah menyempatkan diri menoleh kebelakang, dilihatnya Leor bersiap membelakangi Mika untuk melindunginya, beberapa orang dari pasukan tersebut segera melepas Hellhound untuk memulai serangan pertamanya.

"Tetap dibelakangku" Perintahnya, Leor menghindari Hellhound yang melompat menyerangnya, sembari melakukan serangan balasan yang membuat hewan-hewan ganas itu terjerembab ke permukaan tanah.

Leor sebenarnya dapat dengan mudah mengalahkan sesisi pasukan Kerajaan yang menyerangnya saat itu, namun dia juga harus memecah fokusnya untuk menyelamatkan Mika dari serangan Hellhound.

Leor kini mengincar pasukan Ukora dan merekapun saling berbalas serangan, beberapa dari mereka tumbang oleh tendangan dari kedua kakinya yang sangat kuat, namun dua ekor Hellhound yang terjerembap tadi mulai berdiri dan lolos dari penjagaannya, mereka kini berada tepat di tengah-tengah antara dirinya dan Mika.

Pasukan Ukora mengepung Leor dari sisi depan, sementara beberapa ekor Hellhound memisahkannya dengan Mika yang bersiap untuk mempertahankan diri. Perhatian Leor terpecah antara menghadapi pasukan Ukora atau menyelamatkan Mika terlebih dahulu dari dimangsa oleh Hellhound.

Leor memilih Mika! Dan dia pun memalingkan badannya ke arah anak itu untuk menyerang Hellhound, dan disaat itulah sebuah pukulan telak di kepala membawanya ikut terjerembab jatuh tidak jauh dari Mika, Leor pun tumbang tak sadarkan diri.

Arrah yang mendarat diseberang danau segera mencari pepohonan untuk bersembunyi, dia mengadahkan kepalanya kearah seberang danau, dan dari kejauhan dia melihat Mika dikepung oleh pasukan tersebut, sementara tubuh Leor yang tak sadarkan diri iktu dibawa pergi oleh pasukan tersebut, Arrah yakin bahwa mereka akan membawanya ke Lensa untuk menghadap Raja Gorian, dan dia mengkhawatirkan keselamatan anak itu.

Meskipun ingin menyelamatkan mereka namun Arrah menyadari bahwa langkah terbaik adalah segera menjauh dari Ukora untuk memikirkan dengan matang langkah selanjutnya untuk menyelamatkan Leor dan Mika.

Langkah kakinya dipercepat untuk segera meninggalkan tepian danau Eok, dia tak ingin terbang karena bisa saja beberapa dari pasukan tersebut masih mencarinya, meskipun Arrah memiliki kecepatan dan sayap yang kuat namun sangatlah mudah untuk memburu sasaran yang sedang terbang. Bersamaan dengan perginya pasukan tersebut, Arrah pun mulai menghilang dibalik pepohonan meninggalkan Danau Eok yang kembali sunyi disinari cahaya bulan.