webnovel

Ia Terbiasa Memberikan Banyak Ketulusan Padanya

Editor: Wave Literature

Luo Nanchu tersenyum dengan sangat menawan namun terlihat tidak begitu tulus.

Fu Tingyuan melihat senyumannya, dan sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. Tetapi melihat ekspresi yang pucat dan lelah di wajahnya, pada akhirnya ia tidak mengatakan apapun, dan membiarkan Luo Nanchu memasuki kamar tidur.

Setelah lama bersama dengan Luo Nanchu, secara bertahap ia mengerti bahwa Luo Nanchu memiliki banyak rahasia yang tersembunyi di dalam dirinya. Atau mungkin ia menganggap bahwa itu bukan sebuah rahasia.

Hanya saja, dulu Fu Tingyuan tidak mau repot-repot mengenalnya. Tapi sekarang, Luo Nanchu lah yang sangat tidak ingin Fu Tingyuan mengetahui rahasia-rahasianya. Kepribadian, sikap, dan bahkan cara berbicaranya sangat berbeda seperti pada saat mereka pertama kali bertemu dulu.

Setelah diingat-ingat lagi, Fu Tingyuan bahkan kenal dengan Luo Nanchu sejak ia masih sekolah. Gadis itu juga sudah memberikan banyak ketulusan dan melakukan banyak hal bodoh untuknya. Ia hanya tidak tahu, apa yang ada di hati Luo Nanchu saat ini dan bagaimana posisi dirinya di hati gadis itu.

  *

Luo Nanchu tidur di kamarnya sambil menutupi kepala. Ketika ia bangun, jamuan makan itu masih berlangsung.

Ia keluar dari kamar, bersandar di pagar dan memandangi para tamu yang ramai di lantai bawah. Ia tidak melihat Fu Tingyuan dan yang lainnya. Setelah berpikir sejenak, ia turun ke lantai bawah dengan menggunakan lift. Kemudian pergi ke luar taman hotel.

Di luar hotel yang bernama Island itu ada sebuah pantai. Malam semakin larut, saat itu ada beberapa orang yang duduk di atas terumbu karang sambil merokok. Luo Nanchu berjalan mendekat dan duduk di sebelah seorang pria.

"Mau rokok?" Tanya pria itu.

Luo Nanchu menggelengkan kepalanya, "Tidak."

Pria itu hanya tertawa pelan, suaranya yang serak terdengar merdu, seiring dengan angin laut yang terus berhembus.

Luo Nanchu menoleh dan menatap pria yang ada di sampingnya itu. Angin yang terus bertiup membuat rambut pria itu berterbangan, membuat sosoknya yang ramah dan lembut semakin terlihat dengan jelas.

Ada sebatang rokok yang diapit oleh bibir tipisnya, serta asap rokok yang menggulung ke udara, membuat penampilannya terlihat sangat mempesona.

"Chuchu, apa kamu menyesal putus denganku?" Qin Lie menoleh dan bertanya pada Luo Nanchu.

Luo Nanchu mengangguk dan tersenyum, "Aku menyesal."

Qin Lie tertawa dan berkata, "Baguslah kalau kamu menyesalinya."

Ketika Qin Lie tersenyum, ia masih terlihat sama seperti saat ia masih muda dulu. Sementara ekspresi wajah Luo Nanchu sedikit tidak jelas. Kenangan masa lalu terlintas dalam pikiran, wajah Luo Nanchu tampak sedikit linglung.

Qin Lie melihat ekspresinya, dan senyum di wajahnya perlahan memudar.

"Chuchu." Ia memanggil nama Luo Nanchu dengan suara rendah.

Dalam Hati Luo Nanchu seolah bergetar, suaranya yang berat dan khas itu seolah terngiang di dalam telinganya dan membuat kisah-kisah masa lalu bermunculan. Kemudian ia pun menoleh dan menekan bibirnya dengan ringan. Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang bisa mengabaikan suaranya yang merdu.

Tiba-tiba matanya terasa panas dan lembab, dan sepertinya hampir menangis. Ia sudah bertahan begitu lama, dan tiba-tiba, saat ini ia ingin menangis hanya karena mendengar suara Qin Lie yang memanggilnya dengan sangat lembut dan membuatnya merasa tersiksa. 

Masih banyak kesedihan yang tersimpan di dalam hatinya. Ia tahu, pria yang ada di sampingnya ini juga bisa membuatnya sakit hati suatu hari nanti. Ia tahu bahwa tidak akan ada pria lain di dunia ini yang bisa menerimanya seperti yang Qin Lie lakukan padanya.

Sebuah hembusan napas terasa mendekat di telinga Luo Nanchu, lengan Qin Lie merangkul bahunya. Luo Nanchu menyandarkan kepalanya, bibir Qin Lie jatuh di sudut mata Luo Nanchu.

Butiran air mata mulai menetes dari mata Luo Nanchu dan Qin Lie menciumnya.

Masih ada banyak hal yang mungkin akan terjadi di dalam hidup ini, jadi kita tidak seharusnya melihat lagi ke belakang. Tidak ada gunanya menyesali yang sudah berlalu!

Ia menyesal sudah bertemu Fu Tingyuan, namun semua itu sudah terlambat. Saat ini mereka semua juga sudah tidak seperti ketika mereka masih muda dulu. Waktu telah berlalu, mendorong mereka untuk terus maju, dan segalanya telah lama berubah.

  *

Di loteng hotel, Xiao Fengting bersandar di pagar dan melihat ke bawah, lalu tersenyum sedikit sombong.

Fu Tingyuan melihat ke pantai yang ada di bawahnya, dan ia melihat bayangan yang tidak asing, seketika tatapan matanya berubah menjadi dingin.

Ketika bibir Qin Lie jatuh ke wajah Luo Nanchu, ia mematahkan rokoknya, menekan bibir tipisnya dengan ringan, dan ekspresinya tampak sangat marah.