Suasana dikampus pagi ini cukup padat, Intan sudah sampai kekampusnya waktu akan melangkah ke kelasnya tiba-tiba tangan Intan ada yang menariknya, lalu Intan dibawa ke halaman belakang kampus.
"Kenapa kamu bawa aku kesini?" tanya Intan yang tak mengerti apa tujuan temannya.
"Kenapa lo dingin banget sama gue Tan? padahal gue cinta banget sama o Tan..." ucap Andi sambil menghempaskan tangan Intan, sedangkan Intan hanya menghela nafasnya.
" Kamu kan sudah punya Meli, kenapa masih deketin aku, padahal Meli juga sangat mencintaimu, sedangkan aku tak cinta kamu, sudahlah jangan ganggu aku...." jawab Intan sambil berjalan meninggalkan Adi yang masih diam dengan raut wajah yang tampak lesu.
Intan memasuki kelasnya dan mengikuti pelajaran sampai usai, Intan tergolong mahasiswi yang cerdas, tapi sayangnya Intan selalu dibully sama temen -temennya dikarenakan kehidupan keluarganya dari golongan ekonomi menengah kebawah, tapi semuanya tak menghalangi niatnya untuk terus melanjutkan kuliah sampai lulus, Intan ingin membahagiakan kedua orang tuanya.
Seusai kuliah Intan bergegas menuju ke cafe untuk bekerja supaya bisa membantu Ayahnya untuk melunasi hutang nya, semangat nya tak pudar walaupun capek menghampiri tubuhnya, tapi tetap semangat, tak terasakan Intan bekerja di cafe sudah hampir lima bulan, uang gajinya sebagian untuk melunasi hutang Ayahnya dan sebagian untuk keperluan kuliah, kalau ada sisa biasanya langsung ditabung, sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit itulah pepatah, yang selalu menjadi motivasi bagi Intan.
" Alhamdulillah akhirnya hutang ayahku sudah lunas, mulai sekarang uang gajianku sebagian akan aku berikan kepada Ibuku untuk membantu kebutuhan keluarga...." gumam Intan yang mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT.
Setahun kemudian Jaka kembali membuka toko pakaian yang tak jauh dari cafe es geprok miliknya, sedangkan toko pakaian akan dikelola oleh Ibu dan Ayahnya, kekayaan yang sekarang dimiliki oleh Jaka, tak membuat Jaka menjadi sombong, justru sekarang Jaka sering menyumbangkan hartanya untuk panti asuhan maupun panti jompo, Jaka selalu peduli dengan masyarakat sekitar yang kekurangan.
*******
Jaka dan Intan sedang sibuk mengantar pesanan kemeja pelanggan, Jaka berjalan mendekat meja no 4, dimana ada sepasang kekasih yang sedang mengobrol, tak disangka ternyata orang tersebut adalah temannya waktu masih sekolah SMA, dan wanita yang bersama temannya adalah wanita yang dulu pernah Jaka cintai.
"Jaka...!!! kehidupan lo belum meningkat, sejak dulu lo masih aja miskin..." ucapan temannya yang suka menghina Jaka semenjak SMA, dengan senyum meremehkan.
"Jadi pelayan cocok kok untuk orang miskin, ya gak sayang" sahutan dari mantan pacarnya waktu SMA, Jaka hanya menghela nafasnya.
" Mau aku jadi orang kaya atau miskin yang penting aku tidak minta makan sama kalian...." balas Jaka sambil tersenyum kearah teman dan mantan pacarnya, membuat wajah temannya tampak emosi, dan wajah siwanita cemberut tak karuan.
"Jangan sombong lo Jak ! pelayan aja sombong amat, nih gue sekarang kerja kantoran dan cewek lo langsung nempel ke gue, lo masih miskin mana ada yang mau sama ko..." cerocos temannya.
" Jodoh, rezeki itu udah ada yang ngatur kok, kamu tenang aja gak usah ngurusin kehidupan aku, urus aja kehidupan kamu..." balasan Jaka yang langsung menusuk ke hati mereka, lalu Jaka meninggalkan mereka berdua, Intan yang sedari tadi melihat debat anatara Jaka dan temannya merasa kasihan dan iba, seperti dirinya yang selalu dibully sama temen -temennya, lalu Intan menghampiri Jaka.
"Yang sabar ya mas...." iba Intan kepada Jaka sambil menepuk pundak Jaka dengan lembut
"Gak papa Tan, aku gak peduli sama ocehan mereka yang gak penting itu..." jawaban Jaka sambil tersenyum, membuat hati Intan merasa lega karena Jaka tak terprovokasi oleh mereka, lalu Jaka dan Intanpun melanjutkan pekerjaannya sebagai pelayan cafe, walaupun cafe tersebut miliknya tapi Jaka tak mau mengungkapkan kepada Intan, karena menurut Jaka belum waktunya.
*Bersambung*