Morn, 5.30
"Cho Aera!" seperti biasa, Nakamoto Yuta lah yang memanggil namanya, ia memasuki kamar Aera, lalu melihat gadis itu belum mengganti pakaiannya dan masih tertidur lelap, nyaris terbangun karena teriakannya.
"Hmmm." gumam Aera malas.
"Masak."
"Iya." Aera yang malas mendengarkan menjawab asal asalan.
"Bangun atau ku hukum sekarang juga."
"Iya, turun saja." balas Aera seraya terduduk, namun masih menutup matanya.
Yuta memilih turun ke lantai dasar.
Aera membuka matanya, melihat sekitar dengan raut wajah kebingungan, lalu akhirnya menemukan beberapa kertas. Ia membacanya satu persatu, tertera foto beserta nama 23 orang itu, lalu sedikit note kecil.
Aera lalu meletakkan note itu, memilih menyikat gigi dan membasuh wajahnya, lalu akhirnya turun ke bawah. Hening, seperti tidak ada orang.
Aera berdiri tepat di depan kompor, ia kebingungan.
"Aduh.." gumamnya kesal, "Tidak bisa.."
Ia menoleh kesana kemari, lalu akhirnya kembali menatap deretan panci dan kompor di depannya.
"Baiklah, Aera pasti bisa!" ia menyemangati dirinya
5 menit berjalan.
Brak!
Prang!
Klang!
Jatuh semua, sendok, panci, dan piring. Sendok dan pancinya aman, tapi piringnya pecah, Aera membelalakkan matanya, khawatir, ia takut dimarahi oleh seseorang yang mirip singa itu.
"Aera."
Aera dengan takut menoleh ke belakang, ia berusaha mengingat nama pria di depannya
"L-lee Taeyong..A-aera tidak sengaja, sungguh-!"
Lee Taeyong menatap ke lantai, memeprhatikan kekacauan yang dibuat Aera, "Kalau Yuta melihatnya, mungkin kau sudah di cambuk menggunakan gespernya." gumam Taeyong yang terdengar jelas
Aera yang mendengarnya langsung berjongkok, membersihkan kekacauan yang ia buat tanpa berkata apa pun.
Seorang yang lain tiba tiba datang, lalu membantu Aera.
Aera menatap pria itu, "T-terimakasih.." serunya.
"Tak masalah."
Beberapa menit, dapur itu kembali bersih, serpihan serpihan kaca sudah tiada.
"Cho Aera, kau kami tinggal di rumah, tetap berada di kamar, jangan keluar kecuali dengan pelayan atau penjaga di rumah ini." seru Moon Taeil, entah kapan ia ada disana.
Aera mengangguk, menurut.
"Ada pertanyaan?" tanya Lee Taeyong.
"Apa kalian pulang malam?"
"Ya."
"Jam berapa?"
"Tidak tau, tidak menentu." seru Kim Doyoung.
"Ruangan apa saja yang tidak boleh Aera masuki?"
"Semuanya boleh, asal kau tidak mengacaukan ruangan itu." balas Lee Taeyong, ia dan 22 orang yang lain sudah membicarakan ini tadi pagi.
"Baiklah, berhati hati saat bekerja." seru Aera seraya tersenyum manis.
"Terimakasih, pakaian mu belum kau ganti, mandilah dulu, lalu cari pakaian yang pas di walking closet dalam kamarmu." ujar Kim Dpyoung seraya berbalik, berjalan menjauhi Aera
"Ya."
Mereka meninggalkan Aera, sementara Aera naik ke atas setelah semuanya pergi, para pelayan dan penjaga bermunculan di sekitar rumah.
Aera memasuki kamarnya, lalu mandi di kamar mandi, 10 menit kemudian ia keluar dengan handuk yang melilit di tubuhnya.
Ia memasuki walking closet, lalu mengambil sebuah kaos berwarna lilac dan celana pendek berwarna hitam.
Aera keluar dari walking closetnya, duduk di depan meja rias, lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk, setelah setengah kering, ia menyisirnya.
Aera diam sejenak, berusaha mengingat dia ada dimana, ia lalu menemukan beberapa note di samping ranjang nya, membacanya, lalu mengangguk ngangguk kecil.
"Sepertinya pernah lihat.." gumamnya setelah menaruh kembali note itu.
Aera memilih keluar karena bosan, lagipula dia belum sarapan.
"Nona."
Aera menoleh, salah satu pelayan memanggilnya.
"Saya salah satu pelayan di kediaman ini, panggil saya bibi Yoon."
"Aku Aera, ada apa bi?" tanya Aera yang terlihat kebingungan, ia menuruni beberapa anak tangga lagi.
"Anda ingin sarapan?"
Aera mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Bibi sudah menyiapkannya, ayo dimakan"
Aera hanya menurut, di meja makan ada beberapa makanan, Aera mengambil salah satu lauknya, sementara bibi Yoon berdiri di sebelah Aera.
"Ayo duduk, bi, kenapa berdiri? Aera terlihat sangat tidak sopan."
"Tidak, nona, bibi berdiri saja."
"Kenapa bibi memanggil Aera dengan sebutan nona?"
"Tuan Taeyong yang menyuruh kami memanggil nona Aera dengan sebutan nona."
Aera mengangguk saja.
"Aera mau keluar nanti."
"Dengan beberapa pengawal?"
Aera mengangguk, ia membaca nya pada note yang tadi. Jika ia ingin pergi, ia diharuskan pergi bersama beberapa pengawal.
Hening, Aera makan dengan lahap, 15 menit kemudian piringnya kosong, ia bangkit berdiri setelah meminum minumannya.
"Nona ingin kemana?" tanya bibi Yoon.
"Sepertinya keluar sebentar, di sekitar taman" balas Aera seraya menuju pintu utama, meninggalkan bibi Yoon di sana.
Aera keluar, ia menokeh ke kanan dan ke kiri, lalu menemukan beberapa penjaga, ia memilih berjalan lurus, pergi ke taman yang berada di depan rumah itu, sebenarnya lebih cocok di sebut mansion, atau lebih tepatnya memang mansion..
Para penjaga hanya melihat dari jauh, Aera tidak terlalu jauh dari penglihatan mereka.
Aera berjongkok di tengah tengah rerumputan hijau itu, lalu seekor kelinci mendekat padanya, Aera mengelus lembut kepala hingga badan kelinci itu.
"Cantik." gumamnya.
Ia menghabiskan sekitar 1 jam untuk bermain bersama beberapa kelinci, lalu akhirnya kembali ke dalam, memasuki kamarnya.
Hening, ia terlihat melamun.
"Aera dimana?" serunya dengan raut wajah cengo, ia lalu mengangkat bahunya, seolah tak peduli.
"Cho Aera."
Aera menoleh ke samping, ia menemukan 3 pria berpakaian serba merah.
"Kalian siapa?" tanya nya tanpa perasaan takut, ia malah ingin tahu.
Salah satu dari mereka menggeleng, "Dengar, Aera, kau tinggal bersama 23 monster"
"M-monster?" Aera mengernyitkan dahinya
"Ya, mereka monster yang jahat, berpura pura menjadi baik."
"Lantas siapa kalian?"
"Jawabannya ada pada dirimu, kau mau keluar dari kediaman ini atau tidak?"
Aera diam, lalu mengangguk ragu, "Aera takut monster.." gumamnya.
"Bagus, kalau begitu bantu kami untuk menghabisi monster monster itu."
Aera mengangguk setuju, salah satu dari mereka memberikan beberapa benda kecil berbentuk lingkaran, Aera menerimanya.
"Kau bisa melumpuhkan mereka dengan itu, cukup tempelkan pada benda yang kau kira bisa melumpuhkan mereka."
"Baiklah." balas Aera.
3 orang itu tiba tiba menghilang, sementara Aera menyeringai kecil.
×××
"Hyung!" Lee Dong-hyuck mendobrak pintu sebuah ruangan, ruangan tempat biasa mereka bersantai sejenak.
"Ada apa?" tanya Moon Taeil.
"CCTV di mansion mati semua." jelas Lee Jeno yang berada di belakang Lee Dong-hyuck.
Mark Lee yang tadinya memakan buah semangka seketika diam, mereka menatap 2 insan yang melapor itu.
"Mati?"
Mereka berdua mengangguk.
Lee Taeyong menghela napas kasar, "Jung Jaehyun."
"Ya?" balas Jaehyun.
"Pergi ke mansion bersama Lucas, temui Aera dan bawa dia kemari."
"Kenapa aku?"
"Jung Jaehyun." tekan Lee Taeyong, ia kesal, padahal bukan waktunya untuk berdebat.
"Ya, aku pergi."
Jung Jaehyun meninggalkan ruangan itu, berlari kecil ke arah kanan gedung, tempat WayV.
Beberapa menit berlalu, ia dan Lucas sampai di mansion, lalu menuju ke kamar Aera, terlihat Aera sedang menonton tv sambil memakan popcorn yang entah darimana datangnya.
Aera menoleh, menatap 2 insan itu.
"Apa ada yang datang kemari selain kami?" tanya Jung Jaehyun datar.
Aera menggeleng, "Ada apa?"
"Tidak ada, ganti pakaian mu, ikut kami ke gedung NEO."
"Aera di rumah saja."
"Ini perintah." tekan Jung Jaehyun.
"Baiklah, keluar sebentar, Aera akan mengganti pakaian."
"Gunakan pakaian formal."
"Ya."
2 insan tadi berjalan keluar.
Aera mengganti pakaian nya, ia berpakaian formal, rok sepan, kemeja, dan jas, lalu keluar setelah mematikan pendingin ruangan, lampu, serta tv.
Hening di sepanjang perjalanan, tidak ada yang berniat membuka obrolan.
Mereka sampai kembali di gedung itu, Jung Jaehyun dan Aera memasuki ruangan istirahat mereka, sementara Lucas kembali ke ruangan WayV.
"Aera."
"Ya, Taeyong?"
"Apa ada yang aneh di mansion tadi?"
Aera menggeleng.
"Apa saja yang kau lakukan?" tanya Moon Taeil.
"Aera bermain di taman selama 1 jam lebih, lalu ke kamar untuk menonton tv."
"Hanya itu?"
"Ya."
"Kau yakin tidak ada yang aneh?" tanya Nakamoto Yuta penuh selidik.
Aera mengangguk yakin.
"Aera, dengar, akan ada beberapa hukuman untuk seorang pengkhianat, ia akan disiksa terlebih dahulu, lalu akhirnya dibunuh secara perlahan." seru Kim Doyoung.
"Kau tahu arti kata pengkhianat kan?" tanya Jung Jaehyun.
Aera diam sejenak, lalu menghela napasnya, "Kenapa tidak memperketat keamanan saja?"
Jawaban Aera menimbulkan kecurigaan pada diri mereka masing masing.
"Kenapa menuduh Aera berkhianat?" tanya Aera kemudian.
"Kami tidak menuduh, hanya jaga jaga." balas Nakamoto Yuta.
"Kalau begitu tingkatkan keamanannya."
"Kau seharusnya yang menjaga keamanan, Aera." seru Lee Taeyong.
"Tapi karena kesalahan, jadi Aera berganti posisi menjadi sampah? Kenapa tidak kalian ajari saja?" ujar Aera.
Brak!
Nakamoto Yuta menggebrak meja, ia merasa kesal, ia merasa Aera menantang mereka.
Aera mulai ketakutan.
"Kami tak ada waktu untuk itu." balas Kim Jungwoo.
"Kalau begitu jangan salahkan Aera jika Aera berkhianat."
Hening.
"Aera, kami tidak sebaik yang kau kira."
Saat ini Aera merasa sangat takut, tapi ia tidak boleh menunjukkannya.
"Kau harus berbicara jujur, jika seperti ini, beberapa tendangan akan dengan senang hati dilayangkan ke tubuhmu." sambung Lee Taeyong.
"Aera tidak merasa ada yang aneh, cukup tingkatkan saja keamanannya, Aera pergi." serunya seraya berbalik, hendak keluar dari ruangan itu.
"Kami belum memperbolehkanmu pergi, Aera." ujar Kim Doyoung, namun Aera tak mendengarkan.
Lee Taeyong memejamkan matanya, "Satu lagi, lalu selesai."
Mereka yang di dalam mengangguk, satu kelompok teknologi lagi, lalu keamanan mereka akan lebih kuat dari sebelumnya.
×××
"Bagaimana?"
"Kami sudah menghasutnya, tuan, ia cukup mudah dihasut."
"Bagus."
————— TBC •