webnovel

PROTECT

Pagi harinya Zidan, Lisa Zelin dan Brandon sudah bersiap untuk berangkat ke bandara. Dan yang membuat heran duo lelaki ini mata Zelin dan juga Lisa sembab seperti habis menangis, usut punya usut ternyata semalam mereka mengobrol hingga larut dan Lisa yang kesal dengan kakak nya tidak memberitahunya bahwa akan langsung pergi setelah pernikahan

" Udah dong jangan ngambek Mulu, masa mau ditinggal masih ngambek" bujuk Zeline yang duduk di kursi belakang bersama Lisa

Zidan dan Brandon hanya terkekeh melihat dua kakak beradik itu

" Nanti kakak beliin coklat deh di bandara, sepuas Lily ok " lanjut Zelina

" Deal " jawab Lisa sumringah

" Giliran dikasih coklat aja " sindir Zidan

" Biarin suka-suka " jutek Lisa

Mereka akhirnya sampai dibandara dan kebetulan jadwal keberangkatan nya masih ada 20 menitan jadi Zelina  pergi mencari coklat untuk menepati janjinya pada adik kecilnya itu.

" Bay tunggu disini sama Bang Zidan ya, aku sama Lily mau cari coklat dulu udah ngambek aja itu anaknya " ucap Zelina kepada Brandon

" Kita temenin aja ya " Brandon

" Gausah bay, tunggu disini aja. Ga lama kok "

" Ok deh, hati-hati ya "

" Kak ze, udah ini udah banyak banget ya ampun " keluh Lisa mengikuti langkah kakak perempuannya itu

" Udah gapapa , Ayuk toko itu belum kita masukin "

" Nonono, sebentar lagi pesawat kakak berangkat, Ayuk balik "

" Wait, beneran itu udah. Segitu aja?"

" Iya kak beneran deh. Ini udah lebih dari cukup" Lisa tersenyum

" Oke deh "

" Lama banget kalian " Zidan

" Woah dek banyak banget bawaannya " Brandon berucap saat melihat banyaknya totebag yang dibawa Lisa belum lagi yang ada di Zelina

Lisa mempoutkan bibirnya " Kak ze yang buat lama . Iya ini kak gatau ah perasaan Lisa ga minta sebanyak ini "

Brandon mengelus rambut adik iparnya itu " its oke, itung-itungan buat simpenan dek "

Perhatian, para penumpang pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA328 tujuan Surabaya dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A12.

"Bay, Ayuk announcement udah ada tuh " ajak Brandon

" Hati-hati bro, jagain adik gue. Awas aja Lo sampe buat dia nangis " terang Zidan

Brandon mengangguk dan mengacungkan ibu jarinya sedangkan Zelina memelu adik perempuannya itu

" Jaga diri baik-baik ya, kakak pergi dulu, jangan lupa makan, sekolah yang bener . Siapin semuanya yang buat pendaftaran di univ. Jangan lupa obat sama vitaminnya selalu dibawa. Kalo ada apa-apa telpon kak Zelin ok" borong kak Zelina

" Iya, iya kak. Kenapa makin bawel sih kakak satu ini " Lisa mencubit gemas pipi kakaknya

" Bang jagain Lisa " Zelina ke Zidan

Brandon & Zelina sudah masuk ke pesawat, kemudian Zidan dan Lisa pun pulang.  Saat di perjalanan pulang

" Mau langsung pulang ke rumah?"

" Abang ke kantor ya?" Tanya Lisa

" Iya, Abang hari ini bakalan lembur jadi kayaknya bakal pulang malem atau malah ga pulang"

" Heh.... Yahhh, gamau dong Lisa sendirian di rumah, anterin Lisa ke kantor bang Baim aja siapa tau ada kak Ady "

" Euhhh dasarrr ya yang lagi kasmaran "

" Hehehe "

Sampai di depan kantor Baim

" Hati-hati bang, kabarin Lily kalo udah sampe di kantor ya "

Lisa kemudian berjalan menuju lift dan tidak sengaja berpapasan dengan Kak Al

" Loh Lis, disini?"

" Eh kak Al, iya mau ketemu bang Baim "

" Bareng yuk. Kakak juga lagi ada perlu nih "

" Btw kak Al tumben sendirian?"

" Iya, biasa mau nanya tentang musik ke bang Baim, soalnya kak Al bentar lagi ada ujian nih "

Ting.... Lift terbuka dan nampaklah seorang lelaki yang ternyata adalah ayahnya Lisa

"A-ayah..... " Ucap terbata Lisa,kepalanya berdenyut sedangkan sekujur tubuhnya begitu lemas, tak bertenaga hingga Lisa respon dengan memegang lengan Al. Ingatan tentang

Tamparan

Cacian

Apartement

Tangannya mengepal kuat yang otomatis bisa dirasakan oleh Al yang lengannya diremas oleh Lisa itu. Ingin menangis saat semua ingatan itu muncul di kepalanya, ayahnya itu memakai airpod dan tidak memperdulikan keadaan sekitar sedangkan Al kebingungan bukankah ini ayahnya Lisa? atau memang perkiraan dokter waktu itu benar

" hey, Lis you okey ?" Al yang belum mengerti situasi saat ini pun hanya memindahkan cengkraman tangan adik kecilnya itu menjadi ia mengenggamnya erat, menyembunyikan tubuh Lisa dibalik tubuh besarnya. Tidak lama lift terbuka dan sampai lah mereka pada lantai ruangan kantor Baim

"k-kak bisakah temani lisa dulu ke to-toilet ?" ucapnya terbata

" ayooo, sepertinya kamu kurang ok" akhirnya mereka sampai di toilet, 

" kakak tunggu disini "

" jangan tinggalin Lisa ya kak, janji tunggu disini " cicit Lisa

" iya, tenang aja kakak tunggu disini kok "

Lisa masuk kedalam toilet dan kemudian membasuh wajahnya mengambil beberapa pil obat penenang yang selalu ia bawa kemana-mana tanpa sepengetahuan yang lainnya dan memasukannya kedalam mulut tanpa air.

" ok lisa, lu harus tenang. Bagaimanapun juga dia ayahnya, jadi dia gabakal tega nyakitin lo" lisa berucap untuk menenangkan dirinya sendiri

Di depan toilet Al kebingungan sebab beberapa berkas penting yang akan di tanyakan oleh Baim tertinggal di dalam mobil, ia bingung haruskah ia ambil dan meninggalkan Lisa sebentar 

tok... tok.... tok... " lis, masih lama? kak Al balik ke mobil sebentar gapapa?"

" oh iya kak, gapapa. Lisa masih agak lama "

" beneran? gapapa?"

" iya kak, gapapa "

" ok deh, hubungi kakak kalo ada apa-apa ya dan tunggu aja disini sebentar ok." setelah itu Al pergi, berusaha secepatnya agar tidak terlalu lama meninggalkan lisa sendirian

Tak lama Lisa keluar dari dalam toilet " Kak Al belum balik?, yaudah deh gue tunggu di deket lobi aja "

" Lisaaa " saat sedang bermain hp untuk menunggu kak Al seseorang memanggilnya, saat Lisa mendongak dia terkejut lagi-lagi seluruh tubuhnya dibuat bergetar dengan presepsi seseorang di depannya yang juga memanggil namanya tadi

Ayahnya, ia orang itu adalah ayahnya. mendekat yang otomatis membuat Lisa memundurkan langkahnya tetapi tatapannya matanyatetap beradu dengan mata ayahnya itu

" mengapa a-ayah disini ?" Lisa berusaha menutupi ketakutannya terhadap sosok di depannya itu yang menatap lisa dengan tajam

" memangnya kenapa nak? apakah salah kalau ayah disini? ini perusahaan kakak ayah " ucapnya angkuh " ternyata kau hidup tenang setelah kakak brengsekmu itu menghajar ayahnya sendiri " lanjutnya semakin mendekati anak bungsunya itu

Lisa semakin memundurkan langkahnya " why?? kenapa a-ayah selalu mempersulitku? ke-kenapa a-ayah tid-tidak membiarkan lisa mati saja jika ayah tidak suka dengan Lisa " ayahnya hanya terkekeh ringan

" eyy, kenapa harus cepat mati? Lalisa Kirana Richards seharusnya kamu harus berterimakasih kepada ayahmu ini sebab aku yang menanggung semua kebutuhanmu "

Lisa yang sudah terbawa membuang tasnya yang berisi beberapa card credit dan juga handphonenya " itu? i-itu yang ayah minta kan? Lisa kembalikan "

Ayah Lisa mengambil tas itu " apakah ini didikan dari  belinda? woah ayah sangat terkejut nak "

" s-stop yah, j-jangan men-mendekati L-lisa " suaranya bergetar, namun tatapannya masih menyiratkan kebencian terhadap pria di depannya yang sialnya merupakan ayah kandungnya sendiri

" aku tidak mungkin membuat mesin pencetak uangku mati dengan cepat dan membuatku rugi nak "Faktanya memang ayah 3 anak itu sudah benar-benar tergila-gila dengan uang, fikirannya hanya uang, uang dan uang. 

" pergi" ucap lisa membalas perkataan ayahnya, Lisa tidak bisa menerima perubahan besar ayahnya ini

" ayah sudah menyiapkan sekolah lanjutan untukmu nak, jadi ikutlah bersama ayah kamu akan tercukupi " ayahnya dengan keras kepala masih berusaha membujuk lisa mengikuti intruksinya

" ku bilang pergi" ucap Lisa penuh penekanan, ia sudah tidak memikirkan sopan santunnya. Sedangkan ayahnya sama sekali tidak beranjak sedikitpun dari sana setelah ucapan lisa

"PERGI AYAH PERGIIIIII" ucap lisa sekali lagi, setelah ia berusaha memaksakan dirinya dan mengumpulkan seluruh tenaganya untuk berteriak keras

" Baik, ayah pergi. Cepatlah temui ayah jika sudah menentukan keputusanmu ok, pintu rumah ayah selalu terbuka untuk anak bungsu ayah ini" dengan langkah ringan ayahnya pergi meninggalkan Lisa itu sendirian yang masih dalam emosi dan fisik yang tidak stabil. 

Lisa jatuh terduduk di lobi sepi itu, menangis menjambak rambutnya

" hey, hey, hey stop " cegah Al memegang tangan Lisa yang masih terus berusaha menjambak rambutnya

" k-kak Al ay..."  " stut sudah sudah kita keruangan bang baim aja ya"

" Bang" lirih Lisa saat sampai di ruangan kakak sepupunya itu

" hey, kenapa??" tanya baim mendekati adik kesayangannya itu yang terlihat sangat berantakan. matanya menatap ke arah Al menanyakan perihal apa tapi hanya dijawab gelengan oleh Al yang memang tidak tahu apa-apa

" Sudah tenang? Sudah mau bercerita?" Tanya Baim saat merasakan bahwa Lisa sudah lebih tenang daripada sebelumnya

" A-ayah, Lisa bertemu ayah tadi di lobi "

" Apa!? Kamu diapain sama tua Bangka itu? Dia melukai Lily? Mananya? Bilang sama Abang. Biar Abang balas "

Lisa menggeleng " enggak bang, Lisa ga di apa-apain. Tapi kenapa ayah Lisa jadi gitu hiks... Ayah Lisa jadi gila uang. Dia bilang Lisa itu mesin pencetak uangnya, Lisa harus ikut ayah. "

" What!!!!? Brengsek banget om Alion. Udah ya gausah dipikirin omongan dia, Lily bakalan aman sama Abang sama kakak Bangtan lainnya ada bang Zidan juga. Jadi gausah khawatir, ayah gabakal bisa ngusik Lily lagi. "

" Ta-tapiii, ayaah bilang Lisa harus ikut ayahhh "

" No, gada yang namanya ikut-ikutan

Lisa mengangguk

" Yaudah sekarang lily sama kak Selly dulu ya. Bang Baim mau ada urusan sebentar sama kak Al. Nanti kalo udah selesai semua bang Baim ajak Lisa jalan-jalan" ucapnya lembut kemudian menelpon Selly, tak lama Selly datang dan mengajak Lisa keluar dari ruangan

" Lisa gamau cerita sama kak Selly?"

" Memang apa yang harus diceritakan kak? Hidupnya Lisa udah berantakan semenjak ayah berubah ditambah bunda pergi ninggalin Lisa"

" Hey, Lisa ga boleh bilang kayak gitu. Kalo ayah Lisa berubah, bunda Lisa pergi. Tapi masih banyak kok orang yang sayang sama Lisa "

" Tapi kak, Lisa capek "

Selly mendekatkan duduknya ke arah Lisa, menangkup wajah adik sepupu dari atasannya itu " capek boleh sayang, tapi egak dengan nyerah "

Mata Lisa berkaca-kaca " Lisa bener- bener capek kak, sakit Lisa yang ga sembuh-sembuh. Lisa cuma jadi beban buat orang-orang disekitar Lisa"

" Coba kak Selly nanya, siapa yang pernah bilang Lisa jadi beban? Baim? Zidan? Kak Selly atau yang lain? " Tanya Selly lembut

"A-ayahh" lirih Lisa

Selly terkejut dengan jawaban Lisa dia tidak menyangka anak sedini Lisa dihadapkan dengan persoalan kehidupan yang sangat rumit , Selly memeluk Lisa dan menepuk sayang punggung gadis itu " mungkin ayah Lisa hanya sedang lelah makanya dia ngelantur saat berucap". Lisa mengangguk menanggapi nya

" Ingat ya Li, seburuk apapun orangtua kita mereka tetap orang tua yang harus dihormati. Lisa boleh kesal dengan sifat ayah Lisa, tapi tidak boleh benci apalagi dendam. "

" Terimakasih kak Selly selalu jadi pendengar yang baik buat Lisa "

" Its okey sayang. Lisa juga adik kakak, jadi jangan sungkan buat cerita sama kakak. Kalau kakak bisa bantu pasti bakalan kakak bantuin "

Call on Baim Zidan

" Hallo dan, secepetnya Lo bawa Lily ke Jepang deh. Udah ga aman kalo dia terus-terusan di sini "

" Kenapa im? Ada masalah "

" Ayah Lo, selalu ngusik Lily kita. Tadi di om Alion Dateng ke kantor gue dan yang ga gue tau ternyata dia ketemu Lisa dan ngomong aneh-aneh sama Lily"

"What!? Terus Lily gimana? Dia gapapa? Atau ada yang luka?"

" Its oke. Dia baik-baik aja secara fisik tapi gue gatau psikis dia"

" Oke deh nanti gue omongin lagi sama Lily "

Call off

Lisa akhirnya pulang di antar oleh Baim

" Bang Baim gamau mampir dulu?" Tawar Lisa

" Egak dulu ly, Abang masih banyak kejaran deadline "

" Okz deh hati-hati dijalan. Semangat kerjanya"

Lisa masuk kedalam rumah. Dan Ternyata Zidan sudah berada di rumah

" Lo abang, katanya lembur? "

" Gajadi dek. Abang pengen istirahat sebentar, lagian tadi Abang udah nyicil kerjaan juga jadi ga terlalu banyak deadline-nya " " sini duduk dulu "

" Kenapa?"

" Besok berangkat ke Jepang ya "

" Kenapa ini lagi sih topiknya "

" Dengerin Abang sini. Lisa bakalan aman disana, katanya mau sembuh juga. Jadi nurut ya, ga lama kok 2 atau 3 tahun. Sekalian kuliah disana. " Bujuk pelan Zidan

" Lily ke kamar dulu bang, good night "

Zidan hanya menghela nafas " huftt, night . Jangan lupa obatnya diminum"

Memang sangat susah membujuk adiknya itu untuk pergi ke Jepang . Alasannya pun berbagai macam, mungkin cara terakhir dengan bujukan dari kekasihnya. Siapa tau dia mau dengan bujukan dan wejangan dari Ady.