webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teen
Not enough ratings
134 Chs

Bab 97

"Wah rumah kamu rapi banget. Pasti rajin bersihin ya?" Tanya Tiara sambil menatap kagum ke sekeliling rumah Reihan.

"Ya nggak lah kan ada pembantu Ayo duduk di sini dulu," kata Reihan lalu menarik kursi agar Tiara dapat duduk.

"Aku mau masak nasi goreng spesial buat kamu," kata Reihan lalu mulai memasak.

Tiara memandang Reihan kagum, rasanya Ia bertemu dengan pangeran tampannya. Tak henti-henti Reihan ditatap oleh Tiara, hingga Reihan selesai memasak.

"Nih cobain," kata Reihan lalu menyerahkan garpu dan sendok untuk Tiara.

"Suapin," rengek Tiara.

"Manja banget kamu, yaudah sini."

Reihan tersenyum ke arah Tiara yang makan dengan lahap. Sesekali dirinya juga mengelap bibir Tiara yang belepotan.

"Sayang kamu tahu kan Gilang temen voli aku?"

"H'm, tahu kenapa sama dia?"

"Pacarnya sakit mulu tahu gara-gara gak mau makan."

"Kenapa gak mau makan? Aneh banget astaga," kata Tiara sambil geleng-geleng kepala.

"Dia mau diet katanya, terus insecure sama orang lain yang kalau makan cuma sebiji nasi. Kamu jangan kaya gitu yah, aku gak mau lihat kamu sakit," kata Reihan sambil mengelus kepala Tiara.

"Ngapain juga aku gak makan? Makan tuh another level of happiness tahu gak? Aneh pokoknya pacar temen kamu itu," kata Tiara yang menurut Reihan sangat lucu.

"Apa? Ada yang salah sama muka aku?" Tanya Tiara sambil memegang pipinya.

"Gak ada, kamu lucu. Cup!" Reihan mengecup singkat bibir Tiara dan membuat Tiara salting.

"Ka-kamu apa-apaan sih? Malu kan jadinya," rengek Tiara.

"Gapapa, kamu lucu kalau malu-malu kucing gini. Tunggu yah aku mau beresin ini semua terus habis ini kita jalan-jalan ke supermarket, kita beli jajan yang banyak. Oke?"

"Nanti malem kita ke rumah Nayara kan?"

"Oh astaga iya aku lupa! Terus? Kamu mau kesana atau ngerayain ultah bareng aku?"

"Aku gak bisa malem ini Rei, keluarga aku juga mau ngerayain ultah aku. Gimana kalau siang sampe sore ini kita main bareng? Aku juga nggak dateng kok ke acara Nayara, kamu les juga 'kan?" Kata Tiara.

"Iya sayang iya, aku juga ada acara malem ini. Oke kalau gitu kita bakal date sampe sore. Aku anter kamu ke tempat yang kamu mau," kata Reihan.

"Makasih ya Rei," kata Tiara lalu menghampiri Reihan yang sedang mencuci piring dan memeluknya dari arah belakang.

****

"Nay, temen-temen Lo siapa aja yang bisa dateng malem ini?" Tanya Egi.

"Gak ada yang bisa, Wulan sama Rendi udah punya acara. Tiara hari ini ulang tahun dia, dan katanya mau dirayain bareng keluarga. Reihan ada les, Gisel sama Bastian gak tahu mereka bilang sibuk aja. Temen kalian siapa aja yang dateng?"

"Kita sebenernya gak ada ngundang temen sih, soalnya ya Lo tahu lah mereka gak bakal dateng. Berarti, anak kompleks sini doang dong? Wah asik nih," kata Andrew.

"Dita gak dateng emang?" Tanya Karin.

"Dateng, William, Justin, Jesse, Sandrina juga dateng. Itu doang sih," jawab Andrew.

"Berarti kita gak perlu beli makanan banyak-banyak 'kan? Atau gimana kalau kita bawa makanan dari rumah masing-masing, terus kita bisa share gitu," saran Christ.

"Astaga Christ, cakep amat ide Lo. Gini aja deh mending biar gak banyak ngabisin uang. Atau kalian boleh masak bareng pacar kalian," kata Andrew setuju.

"Terus Gue?" Tanya Saka yang tak memiliki kekasih.

"Bareng Astrid aja, dia jomblo kan? Terus kalau Egi, kita percayain dekorasinya aja yah," kata Karin.

"Bener juga ada Astrid," kata Saka dalam hati.

****

"Kalian udah bilang tentang ini ke Nayara?" Tanya Renata kepada Gisel dan Bastian.

"Belum Bun, kita kan baru aja baikan," jawab Bastian.

"Kalian bakalan pindah semester ini, Bunda gak ada pilihan lain. Kalian yakin bakal betah di sana? Atau Bunda bisa minta Om Devian buat tunda keberangkatan kalian," kata Renata.

"Nggak usah Tante, Ayah pasti udah yakin sama keputusannya. Dan Gisel juga gak keberatan di pindahin lebih awal," kata Gisel.

"Tiba-tiba tadi Om Devian nelpon, terus ngasih tahu kabar kaya gini. Harusnya dia omongin dulu sama Bunda," kata Renata dengan wajah yang sedih.

"Apa lagi yang perlu di omongin? Mereka udah diterima di salah satu SMA disana, kita gak bisa lepas kesempatan kaya gini. Lagian Lo juga bisa kan jenguk mereka kalau Lo mau. Lo kan banyak uang," ujar Devian yang baru saja sampai.

"Uang emang Gue punya banyak, tapi waktunya singkat," kesal Renata.

"Nayara nanti mau kuliah di Indonesia, Gue udah tanya emaknya. Kalau kalian masih yakin bakal ngikutin keputusan kita?" Tanya Devian memastikan.

"Iya Yah, Gisel ikut keputusan Ayah sama Tante Rena."

"Bastian mau kalau ada Gisel."

"Bucin banget anak Lo Ren," kata Devian sambil geleng-geleng kepala.

"Sama aja sih."

"Gimana cara ngasih tahu Nayaranya Bas? Aku takut loh dia bakal marah lagi kaya dulu," kata Gisel. Kini Bastian dan Gisel sedang ada di dalam mobil hendak pergi ke rumah Nayara.

"Emang Nayara pernah marah karena itu? Nayara kan marah sama kamu karena dulu tuh kamu seenaknya aja nuduh-nuduh dan ngejauhin dia. Paling parah sih, kayanya Nayara bakalan nangis karena kamu tinggal."

"Iya tapi aku takut aja gitu kalau sewaktu-waktu Nayara bakalan marah lagi sama aku," kata Gisel sambil menunduk.

"Nggak, percaya sama aku, kalau Nayara marah sama kamu kan masih ada aku yang selalu ada di sisi kamu," kata Bastian sambil mengelus kepala Gisel.

"Kata Andrew kita disuruh bawa makanan sendiri," kata Gisel sambil memperlihatkan handphonenya.

"Yah mana rumah kita udah jauh lagi. Yaudah ntaran kita beli pizza aja buat mereka."

"Nay, Lo bikin apa sama William?" Tanya Karin.

"Bikin ayam crispy aja biar simple," jawab Nayara sambil menata makanan diatas meja.

Setelah melewati perundingan panjang, remaja itu memutuskan mengadakan piyama party. Dan tentu saja masing-masing pasangan memakai piyama couple mereka.

Andrew dan Dita memakai piyama bermotif polkadot. Christ dan Karin memakai piyama bermotif pisang. Jesse dan Sandrina memakai piyama dengan warna yang berbeda. William dan Nayara sama-sama memakai piyama bermotif kotak-kotak. Bastian dan Gisel memakai pakaian biasa karena lupa.

"Katanya Lo berdua sibuk?" Tanya Dita kepada Bastian dan Gisel yang beru saja sampai.

"Urusannya udah selesai lebih awal," jawab Bastian.

"Berlagak macem presiden Lu! Pake segala nunggu urusan kelar dulu baru dateng," kata Christ.

"Iya kita kan sibuk gitu, gak kaya Lo rebahan mulu," kata Gisel.

"Saka sama Astrid belum dateng juga? Lama banget nungguin mereka," gumam Egi.

"Nayara, William, sama Justin juga belum dateng."

"Emang mereka kemana?" Tanya Gisel.

"Lagi ke supermarket beli minum. Lo semua bawa makanan doang kaga bawa minum," kesal Egi.

"Kan disini ada air, tinggal ambil di dapurnya Nayara," kata Karin.

"Hambar tahu gak sih minum air? Gak seru," omel Egi.

"Gi, Lo ngomel-ngomel cepet tua nanti. Males banget Gue temenan sama kakek-kakek peot," jawab Karin lagi.

"Sambil nunggu mending Lu siapin kain putih," ucap Andrew.

"Buat apa? Lo mau ngeprank orang jadi pocong?" Tanya Bastian.

"Buat nonton film anjir, layar putih itu pake LCD. Yang ditempel di dinding. Di sekolah kita kan ada," teriak Andrew.

"Kita gak pake itu, langsung nyambung ke TV. TV Nayara lumayan gede juga," jawab Egi.

Semua remaja itu akhirnya setuju dengan keputusan Egi dan melanjutkan acara mendekor. Sementara itu di supermarket...

"Sayang, kamu gak bisa minum soda ngapain banyak banget ngambil sodanya?" Tanya William yang menatap heran ke arah Nayara.

"Ini kan buat temen-temen. Aku minum air aja nanti," jawab Nayara sambil melihat-lihat snack.

"Kak Nay, Gue mau ini bayarin yah?" Tanya Justin yang muncul dari balik rak snack.

"Iya, tapi Kakak Lo yang bayar bukan Gue."

"Lo tuh kerjaannya ngabisin duit Gue mulu! Lo dikasih uang sama Mama Lo pake buat apa sih? Heran banget," omel William.

Setelah membayar, mereka bertiga langsung menuju ke rumah Nayara. Setelah sampai, mereka bertiga heran menatap teman-temannya yang melihat Astrid dan Saka dengan tatapan membunuh. William yang menaruh minuman pun dihiraukan oleh semua temannya.

"Hmm, guys ada apa nih?" Tanya William pelan.

"Diem Will, kita lagi gak bercanda," kata Egi dengan wajah serius.

"HAHAHAHAHA," William mengabaikan perkataan Egi dan tertawa.

"Maaf," ucapnya saat tak ada satu orang pun yang menanggapi leluconnya.

"Jadi maksud video ini apa, Astrid?" Tanya Karin sambil menunjuk laptop.

"Gu-Gue," Astrid sangat gugup saat ini.

"Gak mungkin Kak Astrid!" Teriak Justin.

"Dari mana Lo yakin? Karena dia penggemar Lo makanya Lo gitu?" Tanya Saka.

"Kak Astrid gak mungkin ngelakuin hal kaya gini lah. Kalian pasti salah!" Teriakan Justin kali ini lebih keras.

"Justin jangan ikut campur," kata William sambil menarik adiknya.

"Bener itu Lo?" Tanya Egi.

Astrid tak menjawab dan malah menundukkan kepalanya.

"Kalau Lo gak jawab berarti bener, huh," Egi menghela napasnya.

"Kenapa Lo pura-pura lugu? Harusnya dari awal Lo gak pernah dateng ke kompleks kita! Lo juga harusnya gak ngedeketin kita semua!" Teriak Egi.

"Egi ini ada apa sih sebenernya? Astrid kenapa?" Tanya Nayara sambil berusaha menenangkan Egi yang emosi.

"Astrid, jujur kalau ini tuh…. Prank!" Teriak semuanya ke arah Nayara dan menertawakan kepanikan Nayara dan Willam.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Nayara sambil menatap aneh satu-persatu temannya.

"Jadi…."

Sebelum Nayara, William, dan Justin sampai…..

"Lama bat dah mereka bertiga. Tinggal aja yuk," kata Egi sambil memainkan remot TV.

"Lama ya nunggu? Maaf yah tadi ada masalah sedikit," kata Astrid.

"Masih lamaan nungguin Nayara sama William. Ampe lumutan Gue duduk," omel Egi lagi.

"Gi, udah Gue bilang kan jangan ngomel-ngomel! Gue gak mau temenan sama aki-aki," kata Christ dan mendapatkan pukulan renyah dari Egi.

"Gimana kalau kita prank Nayara? Dia kan orang yang paling gampang kena prank," saran Saka.

"Prank apa?"

"Gini…" Saka lalu membisikkan rencana prank nya.

"Sip, tapi kalau dia ngambek?" Tanya Gisel.

"Yaudah tinggal biarin aja sampe mendingan dikit, terus kita bujuk," kata Karin.

"Njir Gue juga ikutan kena prank. Maaf ya kakak-kakak semua," kata Justin sambil menyengir.

"Dari awal Gue juga tahu kali kalau ini tuh cuma prank," kata William lalu berjalan santai ke samping Bastian.

"Dari mana Lo tahu?" Tanya Andrew.

"Lo ketawa," William menunjuk ke arah Sandrina yang masih cekikikan.

"Ahh Sandrina Lo gimana sih? Harusya Lo juga ikut marah-marah tadi," keluh Gisel.

"Ma-maaf," kata Sandrina tulus.

"Gapapa, Lo lebih kelihatan cantik kalau gak ngomel-ngomel," kata Karin.

"Makasih," ucap Sandrina malu-malu.

"Lo beli minuman apa aja Nay?" Tanya Saka sambil merenggut keresek dari tangan Nayara.

"Wih asik bat Lo juga beli snack," kata Christ.

"Yok mulai partynya!"

Para laki-laki sudah asik dengan dunia game mereka. Sedangkan yang perempuan masih membahas soal hal random.

"Lo bawa apa?" Tanya Karin kepada Astrid.

"Ini Gue tadi bikin kepiting asam manis," jawab Astrid.

"Ini pizza siapa yang bawa?" Tanya Dita.

"Gue," jawab Gisel sambil mengangkat tangannya.

"Ayamnya enak siapa nih yang masak?" Teriak Christ.

"Gue," jawab Nayara dan William bersamaan lalu tersenyum ke arah satu sama lain.

"Kita juga tadi bikin itu apa sih itu namanya sayang? Bulet-bulet gitu," tanya Christ sambil berusaha mengingat.

"Cimol," jawab Karin.

"Iya itu, enak banget tahu cobain deh."

"Jesse Lo bawa apa?" Tanya Saka.

"Gue tadi bikin nasi goreng, lebih tepatnya Sandrina yang masak Gue yang lihatin," kata Jesse.

"Kalau Dita sama Andrew bawa apa?" Tanya Egi.

"Gue buat kue," jawab Dita.

"Beda sendiri yah," kata Gisel lalu tertawa.

"Gimana perasaan Lo pas jadian bareng Andrew?" Tanya Karin.

"Hah?" Dita kaget dengan pertanyaan mendadak dari Karin.

"Nggak, Gue penasaran soalnya kalian kan awalnya tuh pura-pura terus tiba-tiba jadian beneran."

"Ya gimana yah? Andrew tuh cowok yang deket sama Gue selain pacar Gue waktu itu. Jadi ya biasa aja karena kita udah deket," jawab Dita.

"Kalau Lo? Lo sama Christ temenan dari kecil 'kan?"

"Ya itu sebenernya Gue sama Christ udah ada rasa dari kecil tapi malu buat ngungkapin. Kita tuh gengsian orangnya. Kalau Gue deket sama cowok Christ bakal cemburu, sama juga kaya Gue padahal kita Cuma temenan," jawab Karin.

"Ayo dong kalian juga ceritain kisah kalian kenapa bisa jadian sama mereka," bujuk Dita.

"Gak mau! Itu privasi," kata Gisel.

"Ihh kok gitu sih? Kan harusnya kalian juga ceritain ke kita," kata Dita.

"Ihh gak penting juga. Udah ah!" Elak Gisel.

Di villa...

"Kanaya hai," sapa Alexa.

"Hai Kak hehe," balas Kanaya sambil tertawa.

"Kanaya sini Kak Reiga pangku," kata Reiga sambil memangku Kanaya di pangkuannya.

"Kak, ini namanya apa?" Tanya Kanaya kepada Hao.

"Ini namanya panggangan buat manggang daging sama sosis. Kanaya suka sosis apa daging?" Jawab Hao.

"Suka susu," jawab Kanaya.

"Kanaya mau susu? Ayo beli ke supermarket," kata Putra dan diangguki Kanaya.

"Put nitip anak Gue yah. Sekalian juga Lo beli apa kek gitu buat kita ngemil," kata Bang Jay.

"Sip Bang," jawab Putra sambil mengacungkan jempol.

"Kanaya mau susu rasa apa?" Tanya Putra sambil menggendong Kanaya di depan kulkas.

"Hmm," Kanaya terlihat berpikir sambil menaruh tangan di dagunya.

"Emang kalau di sini itu tempat paling susah untuk milih," ucap Putra.

"Kenapa?" Tanya Kanaya sambil menatap Putra.

"Kanaya aja bingung, yakan?"

"Iya hehe. Mau yang rasa itu," kata Kanaya sambil menunjuk susu rasa stroberi.

"Mau apa lagi Kanaya? Mau jajan gak?"

"Hmm, keliling sebentar boleh gak?" Tanya Kanaya.

"Boleh, puasin yah hari ini Kanaya belanja jajan," kata Putra lalu mengusap kepala Kanaya.

Putra dengan senyuman yang tak luput dari wajahnya mengikuti Kanaya yang berjalan di antara rak-rak jajan. Putra juga sesekali memasukan jajan random ke keranjangnya.

"Ini aja Kak," kata Kanaya kepada Putra.

"Okey, sekarang waktunya bayar," kata Putra lalu mengajak Kanaya ke kasir.

"Sebentar ya sayang," kata Putra lalu menurunkan Kanaya untuk mengambil dompetnya.

"Adiknya mirip masnya hihi," kata karyawati yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Lucu banget sih, pingin unyel-unyel deh," kata yang lainnya.

"Halo tante," sapa Kanaya.

"Halo, namanya siapa?"

"Kanaya," jawab Kanaya dengan tawa yang bahagia.

Putra menatap Kanaya dengan kagum. Kanaya anak yang pintar, pikirnya.

"Ayo Kanaya kita pulang," kata Putra sambil menggandeng tangan Kanaya.

"Dada tante," kata Kanaya kepada karyawati.

"Kanaya mau minum susu sekarang atau nanti di villa?" Tanya Putra yang sedang berjongkok, menyetarakan tingginya dengan Kanaya.

"Kata Mama, gak boleh makan atau minum sambil jalan Kak," kata Kanaya.

"Kan Kakak gendong, kalau Kanaya sama Kakak Kanaya bebas mau lakuin apapun yang Kanaya mau. Kanaya bebas makan apapun. Kalau Mama atau Papa Kanaya marah, Kakak yang maju."

"Iyadeh minum sekarang, makasih ya Kak," kata Kanaya saat sudah mendapatkan susunya dan sudah berada di gendongan Putra.

"Iya sama-sama anak pinter dan cantik," kata Putra gemas.

"Kakak capek gak?" Tanya Kanaya sambil menatap keringat Putra.

"Iya nih Kakak capek, kita harua gimana?" Canda Putra.

"Kanaya bisa jalan kok Kak," kata Kanaya.

"Gimana kalau gini aja. Kanaya kasih Kakak ciuman?"

"Muach!" Kanaya langsung mencium Putra di pipi laki-laki itu.

"Wah, terimakasih tuan putri. Tenaga saya kembali terisi," kata Putra dan membuat Kanaya tertawa terbahak-bahak.

"Zayn tenang sayang yah. Sshhh," dari tadi Mbak Andra sibuk mendiamkan Zayn yang sedang menangis kencang.

"Kenapa Mbak?" Tanya Alexa.

"Tumben banget Zayn nangis kaya gini. Maaf ya," kata Mbak Andra.

"Mbak, kalau saya boleh gak nenangin Zayn?"

"Yakin gapapa?" Tanya Mbak Andra dan Alexa menganggukan kepalanya.

"Iya udah hati-hati yah," Mbak Andra memberikan Zayn kepada Alexa.

Tak berselang lama, Zayn langsung diam di gendongan Alexa.

"Wah, dia diem. Makasih ya Alexa," kata Mbak Andra.

"Mbak bantuin masak di sini," kata Reiga dan Hao yang rusuh di dapur.

"Kelar satu masalah, dateng masalah lain. Nasib emang," guman Mbak Andra dan membuat Alexa terkekeh kecil.

"Lo berdua ngapain sih? Cuma gini doang ribet!" Mbak Andra lalu mengambil alih selang gas yang dipegang Hao.

"Anjir, kok Mbak Andra gampang beut masangnya? Kita sampe jungkir balik kagak bisa-bisa," kata Reiga kagum.

"Mak Mak dia Rei," kata Bang Jay.

"Udah, kalian kesana aja! Biar Gue sendiri yang urus ini. Lo berdua urus aja yang diluar! Bisa-bisa hangus nih dapur," omel Mbak Andra. Reiga dan Hao pun menurut.

"Sayang, Zayn kok mau sama kamu?" Tanya Hao yang memilih untuk menghampiri kekasihnya itu dari pada membantu yang lain.

"Gak tahu juga, tadi aku coba gendong eh dia diem," kata Alexa.

"Berarti aura kamu positif bisa disukain sama bayi."

"Nathan sama Freya, gak kesini?"

"Kesini, masih dijalan katanya. Biarin lah mereka."

"Terus anak-anak SMA?"

"Gak kesini, mereka buat party sendiri."

"Owh."

"Capek gak? Mau aku bantu gantiin?" Tanya Hao yang melihat pacarnya.

"Nggak, nanti Zayn bangun. Kasihan Mbak Andra sama Bang Jay," jawab Alexa sambil menatap wajah Zayn yang tenang.

"Seneng ya sama Zayn?" Tanya Hao sambil mengelus kepala Alexa.

"Lucu," jawab Alexa.

"Mau aku buatin bayi gak?" Tanya Hao yang membuat Alexa melotot.

"Maksudnya?"

"Bercanda," kata Hao dengan tampang watadosnya.

"Kesel banget aku sama kamu!"

"Hai permirsa, maaf telat," teriak Nathan sambil menurunkan beberapa kerat minuman keras. Diikuti Freya yang mendorong kereta bayi si kembar.

"Lama banget anjir Lo! Ngapain aja sih dirumah? Pasti bikinin adik buat Nia Twins yah?" Tanya Reiga.

"Cukup sudah Rei, dua anak lebih baik," jawab Freya.

"Anak Lo titipin di Hao aja noh, Zayn aja di gendong sama Alexa," kata Mbak Andra yang sibuk memotong sayur-sayuran.

"Nitip anak Gue ya Ho," kata Freya.

"Iya serahin ke kita," kata Hao sambil merangkul Alexa.

Plak!

"Aduh Fey, ngapain Lo mukul Gue sih?" Tanya Hao sambil merintih kesakitan.

"Siapa yang ngizinin Lo ngerangkul Alexa?!" Teriak Freya.

"Mereka pacaran sayang," ucap Nathan dari jauh.

"Ha?" Freya menatap Hao tak percaya.

"Makanya Lo jangan asal mukul. Gue sama dia official tadi pagi," kata Hao.

"Astaga maaf ya Ho. Selamat ya Alexa," ucap Freya.

"Iya makasih ya," kata Alexa.

"Kalau gitu titip anak-anak Gue yah," kata Freya lalu berlari menuju Mbak Andra.

"Kanaya mana Bang?" Tanya Nathan.

"Lagi keluar beli susu sama Putra."

"Owh."

"Papa!" Teriak Kanaya sambil berlari ke arah Bang Jay.

"Kanaya jangan lari-la, tuh kan Papa bilang juga apa," Bang Jay segera menghampiri Kanaya yang terjatuh akibat tersandung kakinya sendiri.

"Papa gak sakit kok," kata Kanaya sambil menahan sakit.

"Oh ya? Berarti putri Papa kuat dong? Makasih ya udah jadi kuat," kata Bang Jay lalu menggendong Kanaya.

"Gue dulu udah nangis kejer, insecure sama Kanaya," ucap Putra.

"Udah bilang makasih belum ke Kak Putra?"

"Udah tadi, Kanaya juga nyium Kak Putra karena Kak Putra kecapean," kata Kanaya dan membuat Bang Jay menatap tajam kearah Putra.

"Maaf Bang," ucap Putra dengan cepat sambil menyatukan kedua tangannya.

"Modus!" Pekik Bang Jay.