webnovel

Pekerjaan Sang Adik

"Gomen Tamami!"

CKLEK! Pintunya terbuka begitu saja, benar-benar tidak terkunci dan dia membukanya secara tergesa-gesa namun, begitu dia fokus melihat adiknya yang memasang ekspresi kaget ini tak sengaja kakinya tergelincir oleh sebuah benda dan membuatnya jatuh ke atas paha adiknya.

Muka keduanya memerah tapi, dia sedang memfokuskan pandangannya ke benda yang membuatnya terpeleset itu yang sempat terpental ke dekat adiknya.

"Akh—!!" itu ....

Pandangannya masih buram begitu dirinya jatuh ke lantai dengan sangat dahsyat dan sempat tidak sengaja kepalanya kini berada di atas paha adiknya, terasa lembut, hangat dan wangi ....

Inilah sensasi anak perempuan tapi, dia masih memfokuskan pandangannya ke sebuah benda yang terpental ke dekat adiknya itu, benda itu adalah sebuah buku yang tampak asing namun sepertinya pernah dia lihat.

Dia segera membangunkan tubuhnya dari paha adiknya ini, dia tidak mau dianggap keenakan karena terjadi ketidaksengajaan padahal niatnya tadi hanya untuk memberitahu adiknya tentang makan malam.

"Nee Tamami ...." Dia memanggil adiknya dengan nada santai dan wajah tidak bersalahnya sementara adiknya masih melihatnya dengan muka semakin merah padam.

Tampaknya adiknya sedang berimajinasi.

Sang kakak justru tergugup malah takut adiknya yang imut itu marah besar.

"Maaf, aku ke sini cuma ingin mengajakmu makan malam." Katanya dengan santai dan wajah datar.

"Makan malam?" celetuknya Tamami aneh seketika dia menyentuh bibirnya itu, apa yang ada di pikiran Tamami? Apa dia membayangkan kakak laki-lakinya ini menyuapinya?

"...." Sang kakak segera berdiri dan mengulurkan tangannya pada Tamami yang masih termenung memikirkan sesuatu. Tapi, begitu Tamami mengerutkan dagunya dia menepis tangan kakak dengan sinis. Dia kembali fokus ke depan laptop begitu dia merasa menemukan hal baru.

Sang kakak kembali bertanya-tanya, 'Apa yang dia kerjakan?' dia tampak tidak peduli dengan yang ada di sekitarnya. Lalu, begitu sang kakak menoleh ke arah lain yang tadinya fokus ke sebuah benda yang terjatuh dekat Tamamin.

"Itu ...!" ya, kini dia mengingatnya! Dia segera memungutnya!

Itu adalah light novel yang pernah dia baca spoilernya di internet, cover novelnya sangat mencolok penggambarannya mendetail dan tulisannya sangat rapi, dengan sangat jelasnya novel itu adalah novel yang baru rilis yang ingin dia beli.

Walau sampul novelnya memang biasa-biasa saja tapi, alasan kenapa dia ingin membeli novel ringan yang saat ini dipegangnya adalah ... 'Isinya!'

"Eh-? tunggu!!" dia berpikir dengan serius, "Kenapa adikku memiliki novel ini?" dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri yang tidak berani bertanya langsung pada adiknya yang tampak sibuk mengetik dengan cepat secepat shinkansen itu.

"Tunggulah, aku akan segera menyelesaikannya." Kata adiknya dengan nada pelannya yang tampaknya dia bersedia keluar kamar untuk makan malam bersama.

*Makan malam bersama keluarga maksudnya.

Sang kakak sangat curiga.

'Bukankah novel ini masih belum ada di toko buku terdekat? Lantas bagaimana dia memilikinya? Apa dia pesan di sebuah toko online? Tapi, aku belum sama sekali melihatnya.'

'Ah~ mungkin saja isinya bukan—"

Tapi, saking penasarannya dan tidak begitu percayanya dia membukanya dan mencoba melihat sekilas novel itu. Jujur saja novel erotis ini tidak boleh dibaca oleh anak dibawah umur.

'Andaikan ayah dan ibu tahu kalau adikku menyimpan buku semacam ini, bagaimana reaksi mereka?'

"Baiklah, aku tunggu." Dia merespons perkataan adiknya.

Sesaat adiknya menoleh padanya, tentu saja segera dia sembunyikan novel itu di hadapan adiknya. Adiknya tersenyum lembut pada sang kakak dan membuat hatinya begitu bergetar melihat senyuman itu. Lalu, dia fokus kembali pada laptopnya.

Kecurigaan sempat hilang begitu sang kakak membaca bab pertama dari novel itu.

"Ini kan?" matanya terbelalak tajam dan dia berusaha membacanya satu halaman saja.

"Ini kan!!" kata-kata dalam hatinya itu merasa ingin berteriak keras bahwa novel ini adalah novel asli. Sungguh, apakah ini cetakan pertama? Kenapa dari sekian banyak buku yang tertata di rak kamarnya hanya buku ini yang kebetulan ada di sini?

Saking penasarannya, akhirnya sang kakak memberanikan diri untuk bertanya pada adiknya.

"Nee ...," namun sebelum bertanya, dia memfokuskan pandangannya pada layar laptopnya.

Secara otomatis kata-kata yang keluar dari laptop itu dibacanya ....

GLEEEK!!

Seketika, imajinasinya tentang novel erotis yang baru rilis itu pecah ...!!

Begitu sang adik dirasa sudah mengerjakan pekerjaannya itu, dia segera menutup laptopnya dengan hati-hati. Sang kakak kini tertegun kesal, "Tamami ...."

"Um?" adiknya meresponsnya dengan wajah polosnya.

"Apa, onii-chan?" jujur saja wajahnya begitu polos saat dia melihat sang kakak yang tingginya berbeda darinya, kurang lebih selisih 15 centimeter.

Tapi, walaupun dia adalah adik yang polos ... dia tidak pernah tahu isi otaknya.

"Tamami, jawablah pertanyaan kakak dengan jujur." Kata sang laki-laki yang sudah membaca selembar halaman novel ini dengan muka tertunduk dan tertegun kesal.

Sang adik justru menutup mulutnya dengan kedua tangannya dengan pipi yang agak kemerahan menatap sang kakak lagi, "A-ada apa?" tanyanya dengan sedikit terbata-bata.

Sang kakak tidak bisa menyembunyikan novel ero itu lagi, dia segera mengangkatnya di hadapan adiknya, "Ini!" dengan salah satu tangannya menujukkan.

"Apakah kau yang selama ini menulis novel ini?" dia membutuhkan jawaban yang pasti.

Sesaat adiknya itu memasang muka malasnya, dan menjawabnya dengan ogah-ogahan, "Ya ... aku yang menulisnya." Jawabnya dengan rasa malas juga.

Kakaknya langsung merasa agak merinding, imajinasinya tentang adik perempuan yang imut, polos, dan membutuhkan dekapan seorang pria itu hancur, ternyata isi otaknya sekotor sampah.

"Cih!!"

"Ah~ sudahlah onii-chan." Adiknya kini menjadi malas untuk menjawab pertanyaan kakaknya lagi, dia hendak keluar tangannya. Tapi, begitu sebelum terlambat mengatakan soal perasaannya ... dia menghentikan langkah adiknya dengan menggenggam lengan tangannya.

"Ke-kereeeeeeen! Aku penggemarmu!"

"Eh!?" sang adik tersipu malu begitu sang kakak terlihat memujinya terang-terangan.

Tampaknya sang kakak bangga kalau adiknya menjadi penulis novel sekalipun itu erotis. Tapi, apa yang adiknya pikirkan pada kakaknya kali ini adalah ....

"Dasar mesum!!"

Sesaat mendengar komentar yang dilontarkan dari penulis aslinya sendiri, dia merasa sangat terpukul dengan wajah kakunya.

"Ayo makan malam onii-chan." Tentu saja selain berwajah polos, sikapnya itu sedingin es.

Tapi, bagaimana bisa perempuan itu menulis novel se-erotis ini? Menggugah gairah laki-laki.

Lalu, seminggu kemudian, novel ini mulai dirilis dengan 1000 eksplemar cetakan pertama tentu saja Tamami yang merupakan penulis mendapatkan novel itu duluan.

Tapi, dia tidak pernah meminjami kakaknya novelnya dia menyuruhnya untuk membelinya sendiri di toko buku. Baginya, jika sang kakak merupakan penggemar juga dia harus meluangkan sepeser koinnya untuk membeli novel ini yah~ itung-itung menambah daftar penjualannya.

Sungguh adik yang pelit namun menggemaskan, sang kakak gembira setelah mengetahui adiknya adalah penulis novel. Namun, hal yang membuat sang kakak tidak bisa memberitahu orang tuanya dan orang lain tentang adiknya yang menjadi penulis itu adalah ..., adiknya seorang penulis novel erotis :"(

Next chapter