webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teen
Not enough ratings
47 Chs

CHAPTER 35 PERTEMUAN

Hyun Soo menarik bibirnya perlahan lalu membuka matanya, aku pun membuka mataku perlahan menatap Hyun Soo di hadapanku lurus - lurus. Hyun Soo mengalihkan pandangannya menyadari suasana ruangan yang semakin memanas, ia menggandeng tanganku melangkah cepat meninggalkan ruangan, menerobos kerumunan wartawan yang berusaha keras untuk mendapat pernyataan kami. Aku terus diam menggenggam tangan Hyun Soo erat sambil menundukkan kepalaku berusaha menyembunyikan wajahku, sementara teman - teman timku berusaha menghadang para wartawan dan membuka jalan agar kami bisa keluar dengan selamat. Setelah usaha keras yang menghabiskan banyak tenaga itu kami bisa keluar dengan nafas lega, aku menghembuskan nafas panjang sambil mengipas kecil wajahku dengan sebelah tanganku. Tiba - tiba Seo Rin mencengram sebelah lenganku dan menarikku cepat "kita perlu bicara" sahutnya. Aku menoleh cepat mengikuti Seo Rin yang sudah menarik lenganku, namun gerakanku terhenti karena Hyun Soo menahan tanganku dan menarikku kembali ke arahnya. Seo Rin merasakan gerakannya tertahan, menoleh dengan wajah kesal melihat Hyun Soo yang menggengam erat tanganku, ia menghembuskan nafas kesal dari mulutnya sambil bergumam tidak jelas lalu berusaha mengatur ekspresinya "tuan, saya perlu bicara dengan ketua Eun sembentar" sahutnya sopan namun terasa di paksakan. Hyun Soo berdeham canggung "anda bisa mengatakannya disini" jawab Hyun Soo tidak mau mengalah. Seo Rin semakin kesal mendengar jawaban Hyun Soo barusan, ia menghembuskan nafas kesal sekali lagi dan membuka mulutnya hendak melawan Hyun Soo. Aku menggerakkan tanganku cepat menahan lengan Seo Rin, membuatnya terdiam menahan suaranya. Seo Rin menoleh cepat sambil melotot kesal ke arahku, namun aku hanya menggeleng cepat sambil mencengkram tangannya semakin erat. Ia menghembuskan nafas kesal sejenak memutar matanya lalu menarik tangannya kasar dari genggamanku. Hyun Soo berdeham kecil "pertama - tama, sebaiknya kita pergi dulu dari sini" sahutnya canggung. Seo Rin menghembuskan nafas kecil, ia langsung mengangkat tangannya sopan "lewat sini, tuan" tunjuknya lalu melangkahkan kakinya kesal meninggalkan kami di belakang, aku menahan tawaku melihat tingkah Seo Rin sambil melirik Hyun Soo yang menatap punggung Seo Rin bingung. Seo Rin terus berjalan sambil bergumam kesal tidak jelas, aku pun melepaskan tanganku dari genggaman Hyun Soo dan menggandeng manja lengan Seo Rin

"wae? Jangan marah.." bujukku,

Seo Rin membalikkan badannya cepat "oowhh" gumamnya sambil mengangkat tangannya hendak memukulku kesal.

Hyun Soo langsung merangkulku cepat sambil mengangkat satu tangannya melindungiku dari gerakan berbahaya Seo Rin itu, aku melirik Hyun Soo dan Seo Rin bergantian kaku lalu tertawa garing. Sementara Seo Rin menatap kami bergantian sambil menghembuskan nafas tidak percayanya

"aigoo.. aku bisa gila.." keluhnya kesal sambil memukul - mukul dadanya,

aku mencondongkan wajahku ke arah Seo Rin "apa kau marah?" tanyaku hati hati.

Seo Rin menoleh kesal "HEY! APA KAU SUDAH GILA? BAGIAMAN BISA KAU MENICUMNYA DI DEPAN WARTAWAN SEPERTI ITU?" teriaknya melepaskan amarahnya,

Hyun Soo mengedipkan matanya beberapa kali lalu menujuk dirinya sendiri "aku?" tanyanya,

"ani.. aku berbicara tentang dia" jawab Seo Rin cepat dengan banmalnya tanpa sengaja.

Aku mengedipkan mataku dengan wajah tercengang menyadari Seo Rin tidak menggunakan bahasa formal pada Hyun Soo. Seo Rin yang tampak menyadari kesalahannya itu berdeham kecil, melipat tagannya sopan "joesonghabnida" tambahnya sambil menunduk sopan. Senyum puas tersungging jelas di bibir Hyun Soo, ia berdeham kecil mengangkat dagunya angkuh "sebaiknya kita pergi dari sini dulu, Heo Seo Rin -ssi" timpal Hyun Soo santai,

"ne" jawab Seo Rin singkat lalu membalikkan badannya cepat.

Aku mendorong Hyun Soo menjauh lalu memukul lengannya keras "hey, dia temanku" protesku kesal

"dia bodyguard ku" timpalnya cepat sambil mengusap lengannya kesakitan,

"baiklah, kalau begitu ikuti aku TU.AN" jawabku menekan lalu melangkahkan kakiku cepat meninggalkan Hyun Soo,

Hyun Soo tampak mengulurkannya hendak menahanku "hey, Eun Kyung Ji.. bukan begitu, hey.." sahutnya dengan suara kecil canggung.

000

Gyu Na ahjumma berjalan dengan dagu terangkat angkuh melewati lorong Gereja, langkahnya cepat dan ekspresinya terlihat tidak sabar ingin meluapkan kemarahannya. Langkahnya terhenti di depan pintu ujung lorong yang di jalaninya, ia langsung membuka pintu di hadapannya kasar tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Gerakannya terhenti melihat soosk wanita yang sangat ingin di jumpainya itu sedang duduk diam di ujung kasur, dengan mata terpejam dan tangan terlipat di atas pangkuannya, Gyu Na ahjumma menghembuskan nafas tidak percaya sambil memalingkan wajahnya lalu masuk kedalam kamar kecil itu, menutup rapat pintunya. Wanita itu membuat tanda salib singkat lalu menghembuskan nafas kecil dari mulutnya

"lama tak jumpa Gong Gyu Na -ssi" sapa wanita itu lalu membuka matanya perlahan menatap tajam Gyu Na ahjumma yang berdiri di hadapnnya,

"kau masih angkuh seperti dulu, Chae Soo Kyung -ssi" balas Gyu Na ahjumma menyapa sambil melangkahkan kakinya santai dan melipat tangannya di depan dada.

Terdengar suara ketukan hak sepatu mendekat ke arah eomma, suasana kamar itu menjadi tegang seiring tatapan Gyu Na ahjumma yang semakin tajam pada eomma. Gyu Na ahjumma menarik kursi ke hadapan eomma santai lalu duduk sambil melemparkan pandangan sinisnya mengelilingi kamar eomma. Melihat sikap Gyu Na ahjumma itu, eomma tersenyum kecil

"ada baiknya kau mencoba tinggal disini beberapa hari, itu tidak seburuk yang kau bayangkan, mau teh?" sahut eomma santai

"aku tidak datang untuk duduk minum teh bersamamu da-.." timpalnya tegas terhenti,

"aku tahu, dan aku rasa aku tidak ada urusannya dengan maksud kedatanganmu kali ini" sela eomma cepat.

Ekspresi Gyu Na ahjumma semakin memburuk, emosinya semakin tersulut mendengar perkataan eomma barusan, ia mengepalkan tangannya erat "Chae Soo Kyung, aku sudah memperingatkanmu untuk bersembunyi, jangan sampai sehelai rambutmu terlihat olehku" tekannya memperingatkan. Eomma tampak tersenyum ringan menatap Gyu Na ahjumma, kali ini tatapannya terlihat sangat berani dan mengintimidasi "aku sudah bersembunyi tanpa memperlihatkan sehelai pun rambutku padamu, tapi.." kata eomma terhenti membuat Gyu Na ahjumma semakin tertekan. Senyum eomma semakin melebar puas

"aku rasa ini saatnya bagiku untuk membuatmu bersembunyi" tambah eomma yakin.

Tangan Gyu Na ahjumma semakin mengepal erat, tubuhnya tampak bergetar kecil namun ia berusaha tetap angkuh di hadapan eomma "apa putrimu tahu kalau kau bersembunyi di balik benteng suci ini?" ancam Gyu Na ahjumma. Eomma menghembuskan nafas lalu tertawa kecil mendengar nada Gyu Na ahjumma yang mengancamnya persis seperti pertemuan mereka 3 tahun yang lalu, namun kali ini eomma tidak mau kalah untuk kedua kalinya. Eomma kembali menatap Gyu Na ahjumma yakin "apa seluruh dunia sudah tahu bahwa kau hampir membunuh gadis tidak berdosa hanya karena ke egoisanmu 3 tahun yang lalu?" tanya eomma tenang. Tubuh Gyu Na ahjumma semakin bergetar hebat, matanya mulai beralih dari tatapan eomma, ia melepaskan tawa kecil

"apa sekarang kau mengancamku?" tanyanya bergetar,

eomma tertawa kecil mendengar getaran pada suara Gyu Na ahjumma "aku hanya melakukan apa yang kau lakukan padaku" timpal eomma terang - terangan.

Gyu Na ahjumma langsung beranjak dari kursinya, ia melangkahkan kakinya cepat menuju pintu namun gerakannya terhenti mendengar perkataan yang keluar dari mulut eomma "tempat ini memang tidak cocok untuk seseorang yang berdosa, kau akan sangat gelisah di dalamnya" sahut eomma santai. Gyu Na ahjumma hanya menggenggam daun pintu kamar eomma kuat lalu meninggalkan kamar itu, membanting pintunya keras.

Eomma menghembuskan nafas lega yang sejak tadi di tahannya, tubuhnya bergetar hebat dan berbagai kekhawatiran mulai memenuhi kepalanya. Eomma segera mencari ponselnya melihat perkembangan berita tentangku dengan Hyun Soo, matanya langsung melebar melihat rekaman peristiwa yang terjadi pagi tadi di ruang konfrensi pers. Ya, rekman itu berisi adegan saat kami berciuman di depan wartawan yang menyorot kami. rasa cemas pun semakin menguasai hati eomma, ia menggerakkan jarinya mulus mengetuk layar ponsel lalu menempelkan ponselnya ke telinga. Setelah nada sambung terdengar beberapa detik eomma langsung membuka mulutnya cepat

"Yoo Ki -ah" panggil eomma panik

"ne, imo, ada apa?" tanya Yoo Ki oppa santai

"kau bilang Kyung Ji tidak memiliki hubungan apapun lagi dengan Hyun Soo, apa yang terjadi sekarang? Apa maksud video yang tersebar di internet itu?" keluh eomma cemas.

Yoo Ki oppa langsung melebarkan matanya panik mendengar keluhan eomma, ia berdeham kecil "imo, tidak usah khawatir aku akan mengurus semuanya" jawab Yoo Ki oppa cepat lalu menutup sambungan telfonnya.

Sebenarnya Yoo Ki oppa belum mengetahui apa yang terjadi saat ini, setelah mendengar pertanyaan eomma yang sangat khawatir itu, ia segera membuka berita di internet yang membuat matanya semakin melebar kaget. Yoo Ki oppa mengetuk layar ponselnya sejenak sebelum menempelkan ponsel itu ke telinga.

000

Getar ponsel panjang tiba - tiba terasa dari kantong celanaku, aku mengeluarkan ponselku cepat melihat nama yang tertera di layar. Mataku melebar dan aku langsung menyerahkan ponselku begitu saja pada Seo Rin di sebelahku. Seo Rin menerima ponsel yang ku sodorkan padanya begitu saja, dan mengangkat tangannya santai melihat nama yang tertera di layar ponselku, tawa puasnya pecah lalu ia melirik jahil ke arahku

"harus ku apakan panggilan ini? Haruskah aku mengangkatnya?" godanya jahil.

Aku langsung memegang erat kedua tangannya memelas "temanku yang baik, bisa kau bantu aku?"

"entahlah.." jawabnya santai mengembalikan ponsel itu ketanganku lalu melangkahkan kakinya cepat meninggalkan mejanya.

Aku memejamkan mataku memasang ekspresi seperti orang menangis, tak lama getar ponselku pun berhenti menandakan panggilan itu telah terputus. Aku menghembuskan nafas lega lalu melempar kecil ponselku jauh ke atas mejaku, namun Yoo Ki oppa tampak tidak menyerah begitu saja, ia kembali menelfonku beberapa detik kemudian. Aku menundukkan kepalaku pasrah meraih ponsel yang berputar kecil di mejaku dan mengatuk layar ponselku cepat

"hal-" sapaku terputus "HEY EUN KYUNG JI! APA KAU SUDAH GILA?" teriaknya langsung tanpa ampun.

Aku menjauhkan ponselku cepat dari telinga sejenak lalu menghembuskan nafas berat dari mulutku "ya, oppa orang kedua yang mengatakan aku gila hari ini" jawabku santai mengabaikan teriakan Yoo Ki oppa.

Yoo Ki oppa menghembuskan nafas kecil dari seberang telfon mendengar jawaban santaiku barusan, ia mendecakkan lidahnya heran "kau selalu menganggu ketenangan hidupku, kau juga membuat masalah dimana - mana, dan aku menyebutmu adikku" keluhnya. Aku tertawa kecil mendengar hal yang tidak asing itu, Yoo Ki oppa selalu mengatakan hal itu kapan pun aku aku membuat keributan, itu seperti kata mutiara darinya. Aku menghembuskan nafas panjang "kau selalu mengencani temanku, kau juga selalu merahasiakan sesuatu dariku, dan aku menyebutmu kakakku" balasku menirukan nada suaranya. Yoo Ki oppa tertawa kecil mendengar akhirnya aku bisa membalas perkataannya setelah sekian lama, ia menghela nafas pendek "kita bicara di rumah" sahutnya cepat lalu mematikan sambungan telfonnya tanpa menunggu jawabanku. Aku menatap ponselku dengan wajah datar lalu menggeleng kecil setelahnya sambil meletakkan ponselku lesu kembali ke atas meja. Ketukan kecil terdengar dari mejaku, membuatku langsung mendongak kaget. Mataku langsung bertemu wajah Hyun Soo yang sedang tersenyum kecil sambil menatapku ceria, senyum kecil otomatis terulas di bibirku setelah melihat senyum Hyun Soo "oh.. Soo -ya" sapaku manis. Ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana santai

"aku lupa mengatakan padamu" bukanya canggung

"wae?" tanyaku.

Hyun Soo tampak gelisah dan menggaruk kecil belakang kepalanya "besok aku ada pemotretan.." jelasnya semakin canggung

"lalu?"

ia berdeham gugup "lokasinya di Busan, apa kau akan baik - baik saja jika ikut?" lanjutnya cepat dalam satu tarikan nafas.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali mendengar perkataan itu, tawa kecilku pun pecah tak lama setelah aku berhasil menangkap maksudnya dengan baik. Hyun Soo sedikit memiringkan kepalanya bingung melihatku tertawa

"w- waeyo?" tanyanya,

aku menggeleng "tidak, kenapa kau khawatir? Aku harus ikut jika berkaitan dengan pekerjaan bukan?" jelasku tenang.

Aku meraih tangannya pelan "tenanglah, lagi pula kita harus memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan kan?" tambahku. Wajah Hyun Soo perlahan menjadi lebih tenang, senyum manisnya pun kembali tersungging cerah. Ia mengangguk kecil "kalau begitu pulanglah lebih cepat hari ini, besok kita akan berangkat pagi sekali" timpalnya santai. Aku mengangguk cepat menanggapi perkataannya, Hyun Soo melangkankan kakinya kaku lalu melambaikan tangannya "sampai besok" ucapnya sambil melangkah menjauh meninggalkan kantornya. Aku hanya melambai kecil dengan senyum lebar sampai ia tak terlihat lagi dari mejaku, aku menghembuskan nafas lega sambil tersenyum lepas, tubuhku terasa geli dan hatiku berdebar kencang. Seo Rin yang entah sejak kapan sudah memeperhatikan sikapku itu melirikku sinis lalu meraba dahiku

"apa kau masih sehat?" tanyanya kesal,

aku menggeleng cepat "ani.. aku sama sekali tidak sehat hari ini" timpalku berbunga - bunga.

Seo Rin hanya menggeleng heran sambil membereskan barang - barangnya, lalu berjalan santai meninggalkanku "pulanglah, aku tidak yakin ini waktu yang tepat untuk jalan - jalan, sampai besok" pamitnya sambil melambaikan tangan santai. Aku menghembuskan nafas tidak menghiraukan perkataan Seo Rin sama sekali, membereskan barangku dan segera beranjak dari mejaku. Kakiku terus melangkah ringan dan terhenti pada taman bermain depan gang rumahku, aku kembali tersenyum lebar menatap taman itu lalu menghembuskan nafas besar melanjutkan langkahku menuju rumah. Aku menutup pintu rumah ringan "eomma, aku pulang" sapaku ceria. Langkahku terhenti dan mataku melebar kaget melihat sosok pria yang sangat ku kenal, pria paruh baya dengan wajah yang sedikit mirip denganku. Pria itu duduk di ruang makan sambil tersenyum cerah menatapku "lama tak jumpa Kyung Ji -ya" sapanya ringan.

Senyum yang sejak tadi menghiasi bibirku perlahan memudar, aku hanya menatap pria itu dengan ekspresi datar mematung diam di tempatku. Pria itu berdiri mengulurkan tangannya hendak mendekatiku, namun kakiku otomatis mengambil selangkah mundur menajuh darinya begitu saja. Melihatku mengambil langkah menjauh darinya, pria itu tampak murung, ia menyunggingkan senyum pahit dan menundukkan kepalanya dalam "mianhae, ini salahku" ungkapnya bersalah. Aku berdeham kecil sambil memutar mataku mengendalikan perasaanku, aku menunduk sopan padanya "lama tak jumpa juga, kenapa appa datang kemari?" tanyaku sopan. Appa tampak tersenyum lega mendengarku ingin berbicara dengannya, ia mengayunkan tangannya

"duduklah, kita bicara sambil duduk saja" ajaknya.

Aku menuruti perkataannya dan duduk di kursi berhadapan dengannya, senyum appa melebar melihat perubahan sikapku yang melunak sejak terakhir aku bertemu dengannya 3 tahun yang lalu. Aku hanya duduk menundukkan kepala terdiam menunggu appa menyampaikan maksud kedatangannya. Suasana hening yang canggung mulai menyerang ruang tengah saat itu, aku terus diam dengan wajah tanpa ekspresi sementara appa tampak kebingungan untuk memulai pembicaraan denganku. Tak lama eomma keluar dari kamarnya memecah keheningan yang menyelimuti kami

"ohh.. kau sudah pulang? Bagaimana pekerjaanmu hari ini?" sapa eomma seperti biasanya.

Melihat sikap eomma yang tenang itu, aku menyimpulkan bahwa eomma belum tahu keributan yang ku sebabkan pagi tadi. Aku tersenyum tipis menatap eomma "baik - baik saja" jawabku tenang. Eomma melirikku dan adiknya bergantian canggung lalu tertawa garing "tadi dia menelfon menanyakan kabarmu, aku mengatakan kau baik dan pekerjaanmu juga lancar, dia ingin mampir untuk melihat keadaanmu sembentar" jelas eomma gugup.

Aku memaksakan senyumku mendengar penjelasan eomma, perasaan canggung semakin memenuhi hatiku dan aku berharap ada yang datang menyelamatkanku dari situasi ini. Tak lama suara pintu rumah yang terbuka terdengar "Eun Kyung Ji, keluar dari kamarmu, ayo kita bicara!" panggil Yoo Ki oppa santai. Sorak bahagia meledak di dalam hatiku saat aku mendengar panggilan Yoo Ki oppa barusan. Ia melangkah santai sampai ke ruang tengah, namun langkahnya terhenti kaget seketika pandangannya bertemu dengan appa, Yoo Ki oppa langsung menuduk sopan

"samchon lama tak jumpa" sapanya spontan

"Oo.. ooh.. Yoo Ki -yah, waah.. kau semakin tampan" timpal appa menanggapi sapaan Yoo Ki oppa.

Mataku dan mata Yoo Ki oppa bertemu tanpa sengaja, aku mulai memutar mataku memberi kode agar ia menyelamatkanku dari situsi aneh ini. Yoo Ki oppa tampak mengerutkan alisnya memberi kode tidak tahu apa yang harus ia lakukan, aku mengedipkan mataku beberapa kali memelas agar ia membantuku. Eomma yang sejak tadi memperhatikan gelagat kami pun memotong cepat "Yoo Ki -yah, bantu eomma memasak sembentar ya" minta eomma sambil menarik Yoo Ki oppa ke dalam dapur cepat. Yoo Ki oppa tampak kebingungan dan hanya bisa mengikuti tarikan paksa eomma meninggalkan kami berdua begitu saja. Aku yang tak berdaya dalam situasi ini, kembali menundukkan kepalaku dan terdiam membisu ditempatku. Appa tersenyum kecil lalu menyesap sedikit tehnya "kalian sangat akur" bukanya santai,

aku mengangkat sedikit kepalaku dan memaksakan senyum kecil di ujung bibirku "oppa sangat menyenangkan" jawabku singkat.

Appa yang sejak tadi tampak gelisah menahan sesuatu itu akhirnya membuka mulutnya melepaskan maksud kedatangannya, ia sedikit mencondongkan badannya ke arahku "Ky- Kyung Ji -yah.." panggilnya canggung. Aku mengedipkan mataku beberapa kali tetap tertunduk

"ne.." jawabku singkat

"kembalilah, appa ingin memulai hidup baru denganmu, appa akan lakukan yang terbaik, appa janji" mintanya berusaha membujukku.

Sorot mataku tampak kosong saat mendengarkan permintaan appa itu, aku kembali terbayang saat aku membuka mataku hari itu dan mereka telah berpisah, appa telah meninggalkanku ke Amerika sementara eomma meninggalkanku tanpa alasan. Aku sangat tertekan dan sedih saat itu, aku tidak ingin kembali pada masa itu

"silheo.." tolakku cepat.

Sorot mata appa langsung meredup saat itu juga, ekspresinya tampak sangat sedih. Perasaan bersalah mulai menghantuiku seketika itu juga. Aku berdeham kecil "aku.. aku sudah bekerja disini dan kontrak kerja samaku belum habis, aku tidak bisa pergi begitu saja" jelasku berbohong.

Mendengar alasanku itu, ekspresi appa tampak membaik, ia melepaskan tawa kecil sambil menggeleng karena sudah berpikiran buruk. Appa pun mengangguk paham sambil tersenyum lebar setelahnya

"aku akan mengunjungi appa besok atau lusa" tambahku canggung,

"kau akan ke Busan?" tanyanya berharap dengan mata melebar

"ada beberapa pekerjaan" jawabku singkat.

Appa tersenyum puas mendengar perkataanku itu, ia mengangguk yakin "baik, datanglah kapanpun kau mau, appa akan membelikanmu makanan yang enak" katanya bersemangat. Aku mengangkat kepalaku menatap appa dengan senyum kecil, lalu kembali menundukkan kepalaku beberapa detik setelahnya. Kebahagiaan tampak tergambar jelas di wajah appa, aku pun terus berusaha meyakinkan diriku bahwa semuanya akan baik - baik saja sambil terus menyunggingkan senyum kecilku meskipun senyum itu terlihat jelas sangat ku paksakan.

***