webnovel

Only look at you

"Hi, maaf lama menunggu." Suara lembut itu terdengar familiar. Luna tersenyum tidak percaya saat melihat Varell berada dihadapannya begitupun dengan Kevin yang seakan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, apa yang dilakukan pria ini dimejanya dengan senyum menjengkelkan itu?

"Apa yang kamu lakukan disini?" Tanya Luna antusias membuat Kevin melirik sinis. Apa sikapnya selalu semanis itu pada Varell?

Kevin sungguh kesal melihat mereka berbagi senyum seperti itu.

"Kami sedang menunggu seseorang, tolong jangan ganggu kami." Ucap Kevin ketus membuat Luna meliriknya kesal tapi Kevin tidak perduli.

Varell sendiri hanya tersenyum tidak menjawab dan setelah itu duduk dengan nyamannya di hadapan Kevin dan Luna.

"Sepertinya ada yang harus aku luruskan disini. Perkenalkan aku Varell dan aku bekerja untuk hotel Kings, aku desainer interior yang mereka utus untuk menemui pihak dari Furnitur K." Jelas Varell sambil tersenyum.

"Benarkah? Akan lebih mudah jika bekerja dengan seorang teman." Sambut Luna senang.

"Ya, tentu saja. Aku juga tidak menduga. mungkin kita memang berjodoh." Sahut Varell tidak kalah senang. Varell sengaja mengatakan hal seperti itu agar Luna merasa terkesan dan sepertinya Luna memang terkesan.

"Benar, takdir yang menyenangkan." Jawab Luna, ia tidak memikirkan soal jodoh tentang hubungan asmara melainkan jodoh dalam hubungan pekerjaan.

Hey... Ada aku disini? Apa yang mereka bicarakan? Apa mereka menganggapku hanya sebuah kursi disini?

Kevin merengut Kesal, astaga apa Varell tidak melihat setelan serasinya dengan Luna.

Beraninya dia...

Dan Smith apa yang pria bule itu lakukan mengapa ia mengirim seseorang seperti Varell? Apa dia sungguh benar-benar ingin membantuku?

"Cepat mulai rapatnya, kita tidak punya banyak waktu." Ucap Kevin ketus.

"Kita tidak punya jadwal penting lainnya hari ini pak." intrupsi Luna menambah kejengkelan Kevin sedangkan Varell hanya tersenyum.

"Baiklah, mari kita mulai." Ucap Varell sambil memberikan file berisi gambar interior Hotel Kings pada Kevin dan Luna.

"Aku membawa beberapa gambar desainku. pemilihan cat setiap ruangan telah dilakukan begitupula dengan aula, koridor dan lobi yang telah dicat dan pemasangan walpeper sesuai tema masing-masing. Kita mulai dari Loby, seperti yang kita ketahui. Lobi adalah kesan pertama saat kita memasuki sebuah hotel, disini tuan Smith menginginkan kesan seperti nuasa khas indonesia yang kental, karena bagaimanapun Hotel Kings Jakarta adalah hotel kedua di Indonesia setelah di Bali dan yang terbesar di Asia Tenggara oleh sebab itu kesan yang diterima harus kuat dan berkarakter." Jelas Varell, Kevin dan Luna mendengarkan dengan seksama sambil melihat gambar Lobi yang masih polos tanpa perabot, disitulah Furniture K memiliki peran penting untuk menghidupkan suasana dalam setiap ruangan.

"Karena tema disini ingin menunjukan sisi kuat budaya Indonesia maka kita dapat meletakan furniture dengan ukiran khas Jepara. Perusahaan kami memiliki beberapa tipe Furniture yang bekerja sama dengan para pengrajin kayu dari Jepara... Akan sangat cocok dengan tema yang diusung Hotel Kings." Jelas Kevin.

"Menarik, tapi jika semua menggunakan ukiran khas Jepara sedangkan kita berada di Jakarta makan akan disayangkan jika kita tidak melibatkan ciri khas budaya betawi." Saran Varell, Kevin tersenyum pria ini sangat pintar dia tidak memakan bulat-bulat sarannya padahal itu saran yang bagus.

"Kita bisa memadukan ukuriran Jepara tepat dipintu masuk, itu akan terlihat luar biasa dan memiliki kesan yang dalam dan kita akan menempatkan lampu-lampu khas betawi yang sudah dikembangkan dengan sentuhan sedikit modern." Usul Luna, saran Luna sangat bagus membuat Kevin sangat bangga akan sekertarisnya itu.

"Ide bagus.. kita juga bisa menempatkan meja resepsionis dengan ukiran khas Kalimantan. dan sofa khas dari daerah lainnya. kita bisa memadukan setiap budaya indonesia dan menerapkannya di loby hotel hingga dapat membuat kesan kuat akan karakteristrik budaya Indonesia yang beragam." Sahut Kevin menambahkan. Varell berfikir sejenak ide Kevin dan Luna sangat banyak membantunya.

"Kami bisa mengirim beberapa gambar furniture yang cocok dengan tema pada loby." ucap Luna.

"Aku lebih suka melihatnya secara langsung, jika kalian tidak keberatan aku ingin melihatnya dan memilih sendiri tentunya atas rekomendasi dari kalian."

"Baikah.. kami memiliki ruangan yang cukup besar diperuntukan untuk menaruh sample setiap produk kami. Kamu bisa melihat-lihat dengan kepala marketing kami." ucap Kevin tersenyum, dengan begitu dia tidak akan lama-lama bersama dengan Luna. itulah yang ada dipikiran Kevin.

"Tapi, saya lebih suka bekerja dengan orang yang sudah saya kenal. Jika Anda tidak keberatan, saya ingin nona Luna yang mengantarkan saya melihat-lihat besok." Ucap Varell membalas senyuman Kevin.

Sialan... dia mengambil kesempatan disaat seperti ini.

"Saya rasa itu bukan masalah, saya cukup baik mengenal setiap produk kami." Jawab Luna tersenyum.

"Bukan begitu pak?" tanya Luna menekan. Kevin hanya dapat melirik kesal dan meng-iyakan dengan terpaksa.

"Baiklah..." Jawab Kevin terpaksa, wajahnya memerah menahan kekesalan kini.

Ada apa dengan Luna? Bak gayung bersambut apa yang Luna lakukan, apa dia sengaja menerima tawaran Varell?

Hati Kevin terasa panas, mereka belum mulai tapi hatinya telah terbakar cemburu.

Luna sendiri menyembunyikan senyum kemenangannya.

Kamu tidak bisa mengikatku Kevin, gumam Luna dalam hati penuh kemenangan, ia sengaja menerima permintaan Varell agar dia memiliki jarak dengan Kevin dan agar Kevin memerah karena kesal seperti ini.

Sekarang kamu merasakan bukan rasanya berada diposisi seperti itu?

...

Diperjalanan pulang, Kevin mengoceh tidak jelas meluapkan kekesalannya saat rapat tadi. Luna dan Varell terlihat menyebalkan ketika tertawa bersama seperti tadi membuat hatinya panas membara.

"Berjodoh katanya? Apa yang dia tau tentang jodoh?" Gerutu Kevin, membuat Luna hanya diam menyembunyikan senyumnya. Apa Kevin benar-benar cemburu saat ini?

Hati Luna terasa senang melihat ekspresi kesal Kevin saat ini.

"Memangnya apa yang hebat dengan takdir yang dipertemukan seperti itu? Takdir kita jauh lebih hebat, kamu harusnya meraskannya." Celoteh Kevin tidak tahan dengan kata-kata menyebalkan itu yang terngiang jelas ditelingannya saat ini.

"Haruskah aku pergi kesalon besok?" Ucap Luna yang dengan sengaja memanas-manasi Kevin membuat mata Kevin membulat sempurna sambil menatap Luna memberi jawaban penolakan dengan jelas.

"Tidak boleh! Aku akan memotong gajimu jika kamu mempercantik dirimu besok." Ancam Kevin, ia bertingkah bak anak kecil kehilangan lolipop saat ini sangat menggemaskan. Jika saja tidak ada Monic diantara mereka semua kan lebih mudah. Pikir Luna tersenyum sedih.

***

Malam ini cuaca terasa dingin, angin berhembus kencang seiring dengan datangnya awan mendung yang perlahan menutupi langit malam ini yang harusnya cerah.

Luna berdiri depan jendela apartemennya yang ia biarkan terbuka sambil memegang secangkir teh pahit kegemarannya, ia membiarkan wajahnya diterpa angin dan rintik gerimis yang mulai turun. Helaan nafasnya terdengar berat, Luna memikirkan kejadian tadi pagi dikantor saat Monic mengatakan jika dirinyalah yang akan menjadi istri Kevin kelak membuat hatinya bertambah kacau dari sebelumnya.

"Apa aku telah jatuh cinta padanya?" Luna bertanya-tanya dalam hatinya tentang perasaan apa yang melandanya saat ini.

Ia ingin sekali menangis saat ini. Perasaan sedih bercampur kecewa sungguh membuat Luna tidak mengerti mengapa ia harus merasakan itu semua.

"Jika mereka benar-benar menikah..." Luna kembali berpikir dalam hatinya dan kembali mengingat perkataan Kevin belum lama ini "Bagaimana perasaanmu jika aku menikahi orang lain?"

"Bagaimana perasaanku? jika dia menikahi wanita lain...." Luna berpikir dengan keras untuk memunculkan jawaban yang tepat atas pertanyaanya, tapi yang dia dapat hanya rasa sakit yang menusuk dan memaksa air matanya menetes.

Luna menyeka air matanya dengan cepat, dia menyandarkan kepalanya pada jendela dan ingatan tentang kebersamaannya dengan Kevin mulai memutar diatas kepalanya.

saat mereka pertama kali dipertemukan lagi, saat dua tahun mereka bersama dan Kevin selalu menggodanya tanpa memberitahu siapa dia sebenarnya, saat reoni itu, saat dia menggendongnya didepan teman-temannya, Luna tersenyum mengingat semua kejadian itu semua.

Momen saat dia setiap hari memakaikan dasi Kevin, memilihkan pakaian untuknya dan jika seseorang menggantikan tempatnya...

"Aku tidak rela..."

Setiap keributan yang mereka buat, setiap masalah yang dia dapatkan karena ulah Kevin, jika semua itu berakhir..

"Aku tidak bisa..."

Saat beregandengan tangan bersamanya, Saat dia hanya memotretku...

Saat dia memelukku...

Saat bibir kami bersentuhan...

Saat dia mengatakan aku mencintaimu...

Setiap detik yang aku lalui bersamanya, saat mendebarkan dan tersipu...

Saat-saat menyebalkan bersamanya...

Saat kami bersama melewati hari demi hari...

"Jika dia menikahi seseorang..."

Air mata Luna tidak terbendung lagi kini. dia sudah mendapatkan jawaban atas pertanyaannya selama ini jika dia mencintai Kevin tapi apa masih bisa mereka untuk bersama?

Luna hanya dapat menangis, jika kenyataanya mereka tidak ditakdirkan bersama apa mungkin dirinya dapat merubah takdir..

tapi merelakan Kevin menikahi wanita lain...

Membuat hatinya sangat hancur!

***

Keesokan harinya, Kevin sengaja datang lebih awal untuk dapat berjalan bersama dengan Luna, ia sengaja menunggu didalam mobil sampai Luna datang dan diapun mulai berjalan dengan cepat menyusul langkah Luna dan berjalan didepannya memimpin.

"Mengapa tidak pernah datang lagi kerumahku?" Tanya Kevin tapi Luna tidak menjawab sampai mereka memasuki Lift bersama dan untungnya hanya mereka berdua yang berada di dalam lift jadi mereka bisa sedikit bebas.

Kevin tahu Luna tidak mungkin menjawabnya saat ini tapi meskipun begitu dia masih bisa tersenyum senang mereka bisa berduaan seperti ini.

"Bisa pakaikan aku dasi?" Tanya Kevin sambil mengeluarkan dasi dari dalam tasnya.

Luna menarik nafas, sadarlah Kevin jika kita terus seperti ini kita hanya akan terluka pada akhirnya.

"Ayolah..." Pinta Kevin dengan senyum memohon dan mata berbinar membuat Luna tersenyum geli dan tanpa ragu memakaikan dasi Kevin.

"Pastikan liftnya tetap tertutup saat aku memakaikanmu dasi." Perintah Luna, Kevin lantas dengan mudah mengangguk dan memencet tombol lift agar pintu liftnya tidak terbuka.

"Matamu mengapa bengkak?" Tanya Kevin cemas, Luna hanya dapat tersenyum dan terus memakaikan dasi Kevin dengan pelan dan lembut, dia tidak ingin momen ini cepat berakhir.

"Tentu saja karena habis menangis." Jawab Luna pelan bahkan terdengar seperti berbisik.

"Siapa yang berani membuatmu menangis?" tanya Kevin marah, dia merasa tidak terima gadis yang dicintainya menangis hingga matanya ssmbab dan bengkak.

"Dia adalah Kevin Wijaya, dia membuatku menangis.." Jawab Luna, kali ini dia benar-benar berbisik ditelinga Kevin sebelum akhirnya Luna memencet tombol lift dan liftpun terbuka, Lunapun berjalan meninggalkan Kevin yang berdiri tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya.

...

Kevin tidak dapat berkonsentrasi saat bekerja, ia sangat penasaran dengan apa yang membuat Luna menangis. Apa dia melakukan kesalahan lagi?

Luna nampak tenang saat ini, lantas apa yang membuatnya menangis?

Kevin rasanya akan mati karena rasa penasarannya yang tidak terbendung.

Ia lantas memutuskan untuk keluar dari ruangannya dan berjalan menuju ruangan Luna.

Dengan ragu-ragu, Kevin mendekati meja Luna.

"Ada yang bisa saya bantu pak?" Tanya Luna tenang dengan senyumanman lembutnya.

"em.. Begini..." Kevin menggaruk tengkuknya kenapa rasanya lidahnya kelu saat ingin mempertanyakan mengapa dia membuat Luna menangis.

"Begini..." Kevin bodoh, apa hanya itu yang bisa kamu katatakn pada Luna sedangkan Luna menunggu dengan sabarnya.

Kevinpun mengepalkan tanganya dan mengumpulkan semua keberaniannya lalu mulai mengatakan apa yang ingin ditanyakannya tapi tiba-tiba saja suara ketukan pintu terdengar membuat Kevin kesal, ia ingin mengomel tap saat dia melihat siapa yang datang diapun hanya bisa diam.

"Apa aku terlambat?" Tanya Varell saat diambang pintu.

"Tentu tidak, masuklah..." Jawab Luna tersenyum senang. Varellpun memasuki ruangan setelah mendapatkan ijin dari Luna.

Mereka lantas saling bertatapan sinis tapi tersenyum bersama saat melihat wajah Luna.

"Ini untukmu.. Aku tidak tau kamu menyukai bunga apa jadi aku membeli setiap jenis bunga untukmu." Varell memberikan sebuket bunga yang dirangkai indah dari berbagai jenis bunga.

Luna terlihat senang dan tidak percaya dengan apa yang diberikan Varell sedangkan Kevin hanya menatap sinis tidak terima.

"Dia benar-benar gerak cepat." Gumam Kevin dalam hati kesal.

"Indah sekali, terima kasih" Senyuman Luna seperti membunuh Varell dengan rasa bahagia sedangkan membunuh Kevin dengan rasa cemburu yang membara.

....

Kevin memelototi Laptopnya dengan gusar, dia bukan sedang bekerja melainkan memantau Varell dan Luna melalui cctv.

"Apa mereka benar-benar bekerja? Mereka tertawa seperti sedang berkencan." Kevin frustasi melihat kedekatan Luna dan Varell, mengapa gadis itu sangat suka tersenyum saat sedang bersama Varell?

Kevin lantas melirik jam, baru lima belas menit Luna dan Varell pergi keruang sample rasanya sudah lama sekali bagi Kevin.

"Apa yang dia lakukan? mengapa dia menyentuh rambut Lunaku?" Pekik Kevin kesal bukan main saat melihat Varell menyentuh rambut Luna tapi Kevin tidak dapat berbuat apa-apa membuatnya semkin frustasi.

"Luna.. bekerjalah dengan benar jangan coba-coba membuka hatimu untuknya." Kevin terlihat seperti orang gila kini, ia berbicara sendiri sambil terus melihat cctv memantau setiap pergerakan Luna dan Varell.

.....

Next chapter