webnovel

Cinta dan Luka

Luna membuka pintu ruangan sample, ruangan yang seperti aula besar berisi sample perabot produksi Furniture K dari yang bergaya classic hingga modern.

Semua benda ditata rapih, membentuk seperti ruang tamu, ruang makan, bahkan tempat tidur ada juga ruang keluarga semua sudah tertata sesuai ciri khas masing-masing.

Setiap sudut terasa berbeda, ada yang bernuansa claasic ada juga yang bernuansa tradisional dan adapula yang minimalis semua berada ditempatnya masing-masing dengan aksesoris yang mempercantik suasana.

"Aku tidak menyangka, Furniture K memiliki produk sebanyak ini. Kalian menyediakan ruangan sebesar ini untuk sample benar-benar luar biasa." Puji Varell kagum, sebaai seorang desainer interior berada diruang seperti ini benar-benar hal yang sangat membahagikan karena dirinya dapat mengembangkan banyak ide baru.

"Lobinya bernuansa tradisional bukan? biarku tunjukan treasure kami." Ucap Luna disambut anggukan menurut Varell.

"Ayah Kevin sangat Luar biasa." Puji Varell saat melihat satu ruangan penuh berisi perabot dengan gaya indonesia yang kental dari banyak daerah.

"Sebenarnya, Kevin yang membuat ini semua terwujud. Pak Wijaya memang pendiri perusahaan ini, beliau membangun perusahaan ini dengan pondasi yang kokoh tapi Kevinlah yang mengembangkan dan memajukan perusahaan ini hingga seperti sekarang." Jelas Luna, entah mengapa Varell merasa Luna sangat bersemangat saat menceritakan kehebatan Kevin membuat dirinya menjadi sedikit kesal karena cemburu tapi bagaimanapun Kevin adalah atasannya mungkin itulah sebabnya dia memuji Kevin seperti itu.

"Lemari ini besar sekali." Puji Varell saat melihat sebuah lemari besar hampir terlihat sebesar rak diperpustakan tapi ini adalah lemari kaca dengan ukiran kuat yang tidak hanya besar tapi juga tinggi dan lebar indah serta wangi kayu yang khas.

"Ini adalah lemari yang sudah tidak diproduksi lagi. saat itu kami hanya membuat 3 lemari seperti ini. Satu dimiliki pak Wijaya dirumahnya, satu lagi diistana negara dan satu lagi adalah ini." Jelas Luna lugas.

"Luar biasa.. ini bisa menjadi treasure

di loby hotel Kings, kita bisa menaruh ratusan benda ciri khas indonesia didalamnya seperti patung dan wayang golek akan mengisi bagian terbesarnya. Kalian harus membuatnya satu untuk kami agar kami dapat menjadikannya treasure Hotel Kings Jakarta yang tidak ada ditempat lainnya." Ucap Varell dia masih merasa kagum dengan keindahan lemari dihadapannya ini.

"Baiklah, kami akan berusaha semaksimal mungkin." Jawab Luna tersenyum. Luna dapat melihat kesuksesan Furniture K didepan mata saat ini tapi Varell menganggapnya lain ia mengira Luna tersenyum karena senang bersama dengannya.

"Ada sesuatu dirambutmu." Varell mengusap pelan rambut Luna yang tadi dihinggapi debu.

"Terima kasih." ucap Luna tersenyum. Mereka kemudian melanjutkan perjalanannya berkeliling mencari benda lain yang cocok untuk sudut lainnya yang akan menghiasi Hotel Kings.

.....

Kevin tidak tahan mengapa mereka belum juga selesai padahal ini sudah waktunya makan siang, iapun memutuskan untuk pergi mencari Luna dan Varell tapi saat Kevin baru saja keluar dari ruangannya dia dapat melihat sosok Monic yang berjalan menuju tempatnya.

"Sialan..." Gumam Kevin Kesal.

"Kevin... apa kamu sudah merasakan kehadiranku hingga harus menjemputku seperti ini." Monic dengan cepat berjalan menghampiri Kevin dan lantas memeluknya tanpa basa basi.

"Aku dapat merasakan kehadiranmu bahkan dengan jarak 1 kilo meter apa kamu juga merasakan yang sama?" tanya Monic, Kevin merasa jengah dengan kata-kata beracun yang terlontar dari mulut Monic.

"Monic, jaga sikapmu." Kevin mencoba melepaskan pelukan Monic tapi Monic memeluknya erat.

"Memangnya mengapa sebentar lagi juga kita akan menikah." Tolak Monic.

"Luna..."

Monic melepaskan pelukannya pada Kevin saat mendengar Kevin mengucapkan nama Luna ia tersenyum senang, tanpa perlu repot dia bisa membuat mereka berdua diposisi seperti saat ini.

Luna memang berada dihadapan Kevin kini, dia baru saja kembali untuk mengambil tasnya karena Varell mengajaknya makan siang bersama.

"Maaf, saya tidak bermaksud mengganggu." Ucap Luna, ia lantas melewati Kevin dan Monic begitu saja. Hatinya hancur kini ia meragukan kesungguhan Kevin setelah apa yang dilihatnya barusan begitupun dengan Kevin, ia menjadi gelisah dan merasa bersalah karena Luna melihatnya berpelukan dengan Monic.

"Permisi.." Luna berpamitan dan berjalan cepat kearah Varell yang menunggunya, Luna tidak ingin berlama-lama menyaksikan keromantisan mereka yang akan perlahan membunuhhnya.

....

Luna diam-diam menyeka air matanya saat Varell tiba membawa makanan untuk mereka.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Varell, Luna tersenyum dan menjawab "Tentu saja." dengan ringan.

Hatinya tersayat perih kini, apa Kevin benar-benar mencintainya atau memang dia hanya mempermainkannya saja selama ini membuat perasaan Luna menjadi kacau.

"Sepertinya kamu sangat menyukai pasta." ucap Varell, mereka sedang berada direstoran dekat perusahaan dimana Luna bekerja yang menyediakan makanan western tapi Luna memesan pasta seperti waktu terakhir mereka makan bersama.

"Pasta sangat lezat, ini satu dari dua hidangan yang aku bisa buat." Jawab Luna sambil menyantap pastanya ia mencoba menghilangkan kesedihanya dengan menyantap makanan kesukaannya meskipun itu sama sekali tidak membantu tapi itu lebih baik dari pada dia hanya diam memikirkan Kevin dan menjadi semakin terluka.

"Apa aku boleh mencicipi pasta buatanmu nanti?" Tanya Varell dia sangat berharap dan Luna mengiyakannya dan dengan santai Luna menganggukan kepalanya membuat hatinya berbung-bunga.

Tapi berbeda dengan Varell, bunga dihati luna telah layu berguguran saat belum benar-benar mekar sempurna. ia mungkin tertawa tapi dalam hatinya ia menangis.

....

Akhirnya sorepun tiba, Kevin duduk dikursinya sambil menatap layar laptopnya yang tengah memutar cctv dimana Luna dan Varell berada.

Dia berpikir keras, Monic selalu datang menghampirinya membuat jarak diantara dirinya dan Luna semakin jauh, dan bahkan dia tidak dapat berpikir jernih untuk bekerja karena ia terlalu sibuk memikirkan Luna karena takut akan kehilangannya.

Jika terus selerti ini, dia tidak akan menang melawan ayahnya dan kemungkinan dia harus menikah dengan Monic adalah hal yang paling tidak dinginkannya.

Jika dia tidak dapat menyelamatkan perusahaan setidaknya dia dapat memiliki Luna. Dia bisa hidup tanpa perusahaannya, bahkan dia bisa membuka usaha baru mulai dari awal tapi dia tidak bisa jika harus meninggalkan Luna, tidak ada seorangpun yang dapat mengantikan posisi Luna.

Kevin tersenyum dia telah memantapkan hatinya, jika dirinya tidak dapat mendapatkan keduanya maka hanya Luna yang akan digenggamnya.

Kevin kembali menjadi bersemangat, wajah kusutnya berubah menjadi senyuman menawan seperti dulu.

Ia berjalan cepat, dan melewati banyak sapaan yang ditujukan kepadanya, dipikirannya hanya ada Luna saat ini semuanya ditutupi oleh Luna.

Langkahnya yang pelan menjadi langkah yang cepat hingga akhirnya dia memilih untuk berlari dia tidak mau menyia-nyiakan waktunya bahkan hanya satu detik. Hanya Luna, dia hanya ingin cepat bertemu dengannya dan mengatakan semuanya dan pergi bersamanya kemanapun itu asal bersama dengan Luna.

Nafas Kevin terengah-engah, ia baru saja melewati beberapa lantai dengan cara berlari di tangga karena lift terasa lama baginya hingga akhirnya dia sampai di depan aula, ia melihat Luna tertawa renyah, di depan pintu keluar bersama Varell.

Mata Kevin memerah, hatinya terasa sangat sakit menyaksikan Luna tersenyum dengan pria lain bahkan ia tertawa.

Langkahnya menjadi pelan dan lemah apa dia berhak marah? Mungkin ini yang dirasakan Luna saat tadi melihatnya berpelukan dengan Monic, bahkan lebih jika dia begitu terluka hanya karena melihat Luna tertawa tidak dengannya lalu bagaimana perasaan Luna tadi.

Dia tau Luna mencintainya sama sepertinya hanya saja hubungannya dengan Monic membuat Luna ragu..

Lalu apa aku pantas untuknya?

Kevin melihat Varell berjan memasuki lift tapi tidak dengan Luna. Ia menyandarkan dirinya ketembok dan menundukan kepalanya. Luna terlihat menangis...

Kevin menangis melihat Luna menangis dalam diam seperti itu. Dia telah melakukan kebodohan selama ini jika saja dia lebih berani mengambil keputusan sejak awal,

maka Luna tidak akan terluka.

Kevin telah berada dihadapan Luna saat ini, tapi Luna tidak menyadarinya.

Kevin mendongakan kepalanya agar airmatanya tidak menetes, melihat Luna seperti ini membuatnya benar-benar hancur.

Kevin sungguh tidak tahan, ia lantas menarik tangan Luna yang membuatnya dapat melihat mata Luna yang memerah dan air mata yang masih menggantung serta pipinya yang basah.

seperti sebuah penyiksaan Kevin tidak berkata apapun, ia hanya meruntuki dirinya dalam hati betapa bodohnya dia membiarkan wanita yang dicintainya menjadi seperti ini.

Luna mencoba menarik tangannya, ia terkejut sekaligus menambah pedih dihatinya, Kevin melihatnya seperti ini.

"Lepaskan aku..." Pinta Luna dengan suara serak, Kevin tidak menjawab ia hanya menarik Luna kedalam pelukannya.

"Maafkan aku... maafkan aku..." Kevin menangis memeluk Luna erat mendengar permintaan maaf Kevin membuat hati Luna bertambah hancur sebenarnya siapa yang salah disini...

Mengapa mereka harus berada diposisi seperti ini?

Apa mencintai itu sesulit ini? Apa sesakit inikah rasanya?

Luna menagis terisak, kini dia balas memeluk Kevin meluapkan perasaannya.

"Aku merindukanmu.." Ucap Luna pelan.

Kevin semakin mengeratkan pekukannya, dia merasa sangat bersalah pada Luna dan hanya dapat meminta maaf.

"Aku mencintaimu, Kevin.."

"Aku juga mencintaimu, Lunaku.."

Mereka menangis seperti dua orang bodoh sambil berpelukan tidak mau melepaskan satu sama lain.

rasa cinta ini sangat dalam, perasaan rindu ini begitu menyelimuti bahakan diposisi seperti inipun rindu mereka tidak terbayarkan.

Apa yang harus mereka lakukan mengapa cinta mereka begitu sulit untuk dimulai?

Rasa rindu mereka seperti membunuh mereka, jelas-jelas mereka saling mencintai mengapa masih terasa seperti ada sebuah tembok besar yang memisahkan mereka saat ini.

Haruskah kita menyerah...

Cinta kita haruskah berakhir seperti ini?

tapi bahkan kita belum memulainya, mengapa rasa sakit ini datang bersama cinta yang baru bersemi..

***

Next chapter