webnovel

Kebohongan

Kevin memasuki lift dengan tenang, saat Luna telah memasuki Lift, dengan cepat Kevin menekan tombol dan membuat pintu lift tertutup meski ada beberapa petinggi perusahaan yang juga ingin memasuki lift.

Kevin telah hilang akal kini, ia takut akan gagal memenuhi persyaratan yang ayahnya berikan, tapi Luna... dia begitu berarti..

"Setidaknya sekali saja katakan kamu juga menyukaiku. Aku akan buat rasa suka itu menjadi cinta dan aku akan berusaha lebih keras lagi untuk mempertahankanmu, aku tidak ingin menyerah.. bahkan jika aku gagal aku akan tetap disisimu meski harus meninggalkan apa yang selama ini aku miliki.." Kevin meyakinkan Luna, dia tau Luna hanya ragu karena perbedaan mereka meski samar Kevin dapat merasakan rasa cinta Luna untuknya.

"Jangan memaksaku Kevin." ucap Luna pelan dia sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud Kevin tapi itu terdengar menyedihkan baginya.

Kini Kevin telah membelakanginya kembali, untuk sejenak mereka diam tanpa kata.

dengan mata memerah Kevin menarik nafas dalam berjanji pada dirinya sendiri jika ini yang terakhir.

"Luna,," panggil Kevin pelan, ia kembali menghadap kearah Luna dan memegang dagu Luna dengan tangannya agar dia dapat melihat mata Luna yang jernih dengan jelas.

"apa kamu sungguh tidak mencintaiku?"Tanya Kevin lagi, ia menatap mata Luna dengan lembut agar Luna tidak merasa takut dengannya.

"aku bahkan tidak tau cinta itu seperti apa Kevin,,?" jawab Luna, ia tidak berani membalas tatapan Kevin, Kevin lantas diam dan berfikir sejenak.

"jika aku menikahi orang lain bagaimana perasaanmu?" Kevin mendekatkan langkahnya dan mengangkat dagu Luna kembali agar Luna menatap matanya, ia harus memastikan perasaan Luna padanya.

seiring dengan terbukannya pintu lift, posisi mereka kini seperti sedang berciuman jika dilihat dari luar lift, beberapa karyawan yang menunggu didepan lift tidak dapat berkomentar hanya memalingkan wajah tanda tidak nyaman.

Kevin lantas berbalik dan akhirnya berjalan keluar membelah kerumunan karyawannya dengan rasa kecewa.

setelah Kevin berada cukup jauh, barulah Luna melangkah keluar dengan percaya diri seperti biasa tapi sebenarnya didalam hatinya merasa tidak nyaman terlebih dengan tatapan sinis dan gunjingan yang dilontarkan kepadanya.

....

"Apa maksudnya? menikahi orang lain? apa dia akan benar-benar menikah?"

"Menikahi orang lain?" Luna berbicara sendiri dalam hatinya, hatinya merasa sesak hingga ia harus memukul-mukul dadanya pelan.

"Apa ini namanya cinta? apa aku jatuh cinta padanya?" Luna berpikir kembali, Kevin membuatnya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.

Mata Luna terus menatap menerawang kedalam ruangan Kevin, kerainya telah sedikit terbuka kini dan dia dapat melihat apa yang sedang Kevin lakukan sampai Kevin mengangkat kepalanya yang sedari tadi tertunduk memeriksa dokumen dan membuat mata mereka bertemu, Kevin tersenyum tipis sedangkan Luna menunduk malu.

sedetik kemudian notifikasi ponsel Luna berdering. "merindukanku?" pesan itu berasal dari Kevin, apa dia sedang menggodanya lagi?

itu membuat Luna jengkel sekaligus merasa lebih baik, ketegangan dihatinya terasa berkurang.

"Astaga!" Luna terkejut saat tiba-tiba saja Kevin berada dihadapannya dengan tubuh condong kearahnya dan menatap matanya lekat.

"Pak, ada sesuatu yang anda butuhkan?" Tanya Luna ia berusaha bersikap tenang dengan senyumnya.

"Jika aku katakan aku membutuhkan hatimu, apa kamu bersedia memberikan hatimu padaku?" Bisik Kevin, akhirnya ia kembali seperti sedia kala. Menggodanya dengan semua omong kosongnya yang tidak masuk akal itu lebih baik dari pada menyatakan cintanya dengan serius.

"maaf pak, kita tidak punya ruang bedah disini." Jawab Luna, membuat Kevin terkekeh geli, ia lantas duduk diatas meja Luna.

Kevin lantas memandang Luna dengan sedih lagi.

"Sudah mendapatkan jawaban?" tanya Kevin pelan, kali ini ia tidak mau menatap wajah Luna.

"Jawaban?"

"Bagaimana jika aku menikahi gadis lain?"

Luna menunduk sedih, apa pria ini akan benar-benar menikahi orang lain?

"Apa kamu sungguh jatuh cinta padaku?" Luna balik bertanya kini. Kevin tidak menjawab, ia hanya mengangguk.

Apa ini waktunya membuka hati untuk Kevin?jujur saja, rasanya Luna tidak rela jika Kevin menikahi gadis lain. hatinya merasa sesak hingga tercekik.

"Kalau begitu, ayo kita mulai pelan-pelan sampai aku mendapatkan jawaban atas perasaanku." ucap Luna malu-malu tapi itu sungguh membuat Kevin senang bukan main.

"Ok!" ucap Kevin singkat tapi dengan antusias, ia lantas menuju ruangannya untuk merayakan kesenagannya dengan berguling-guling disofa melihat itu, Lunapun merasa senang.

Sampai suara ketukan pintu membuat hening suasana, seorang wanita cantik dengan midi dressnya memasuki ruangan.

"ada yang bisa saya bantu?" Tanya Luna dengan sopannya tapi wanita itu terlihat angkuh, ia lantas memasukan kacamatanya kedalam tas mewahnya dan memperhatikan Luna dari ujung kaki hingga kepala.

"Aku mencari Kevin." Jawab wanita itu setelah puas memperhatikan penampilan Luna yang baginya terlalu cantik untuk menjadi seorang sekertaris.

"Apa anda telah membuat janji?" Tanya Luna lagi dengan senyumnya.

"Apa aku harus membuat janji lebih dulu untuk menemui calon suamiku?" Jawab wanita itu ketus. Luna diam terpaku, calon suami? apa maksudnya itu?

Kevin yang melihat Luna dari dalam ruangnya penasaran dengan siapa dia berbincang, karena tirainya yang terbuka sedikit hanya dapat terlihat Luna, iapun penasaran dan akhirnya keluar dari ruangannya.

"aAda apa Luna..." Tanya Kevin sampai ia menemukan monic tengah berdiri dihadapan Luna.

"Kevin sayang..." Wanita itu segera memeluk Kevin tanpa aba-aba saat melihat Kevin berdiri diambang pintu.

Kevin tidak berkutik, ia hanya diam dipeluk oleh wanita itu dengan mata yang menatap Luna yang tengah menatap mereka nanar.

"Apa yang kamu lakukan disini monic?" Tanya Kevin setelah dengan susah payah melepaskan pelukan yang monic berikan.

"Tentu saja untuk bertemu denganmu.. bagaimana jika aku menginap malam ini dirumahmu?" Monic terus menggelayut manja kepada Kevin dan Kevin hanya terdiam membuat Luna muak.

Monic adalah wanita yang dijodohkan ayahnya, gadis manja ini membuat Kevin muak tapi Monic memang sengaja memamerkan kedekatannya kepada Luna.

"Maaf menggangu, saya permisi." Luna mencoba tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan ruangan, karena jam kerja telah usai kini dan tidak ada lagi alasan untuk berasa lebih lama ditempat itu.

"Dia mempermainkanku lagi?" gerutu Luna kesal, ia menutupi rasa sedih dihatinya dengan rasa kekesalan karena telah dipermainkan oleh Kevin.

Next chapter