Kevin dan Luna pergi menuju rumahnya untuk pulang untuk mengganti pakaian karena semalam mereka menginap di perusahaan, jika Luna tidak mengganti pakaiannya maka para karyawan di perusahaan akan semakin curiga dengan hubungan khususnya dengan Kevin.
Wajah Luna terlihat sangat tegang saat ini, terlihat jika dirinya sangat cemas karena kejadian tadi. Bagaimana jika wanita itu bercerita dengan temannya maka semua akan sangat buruk.
Rencana mereka mungkin akan berantakan jika hubungan mereka terbongkar begitu saja.
"Ada apa? Kamu cemas?" Tanya Kevin, dijawab dengan anggukan dari Luna.
Kevin sendiri merasa cemas tapi ia tidak ingin ambil pusing. Saat ia melangkahkan kaki untuk menemui Luna diruang sample ia telah bersiap untuk semua kemungkinan terburuk asalkan ia berasama dengan Luna semuanya akan terasa membahagiakan baginya.
"Kamu ingin aku memecat wanita itu?" Tanya Kevin, ia mengngenggam tangan Luna erat.
"Jangan, dia tidak salah apapun. Hubungan kita yang salah." Jawab Luna, Kevin menghentikan mobilnya tiba-tiba saat mendengar ucapan Luna.
Ia menarik nafas dalam, entah ia harus marah atau sedih mendengar perkataan Luna.
"Yang salah itu adalah situasi kita saat ini, hubungan kita itu tidak salah, cinta yang menyelimuti kita itu tulus. Sayang... percayalah padaku bahkan jika semua orang menyalahkanmu aku akan berdiri dihadapanmu dan melawan mereka semua."
Luna tersenyum, perkataan Kevin membuat hatinya tenang terlebih saat Kevin memanggilnya sayang.
"Kamu adalah kekasihku... hubungan kita adalah sepasang kekasih jangan memikirkan hal yang lain." Kevin membelai pipi Luna lembut menyalurkan kasih sayangnya.
"Aku mencintaimu, Kevin..." ucap Luna ia tersenyum terharu. Kevin membuatnya seperti wanita yang paling dicintai didunia ini.
"Aku juga mencintaimu dek..."
"dek..?"
"Panggil aku mas.. jika kita tidak sedang bekerja..." pinta Kevin malu-malu.
"Itu terdengar sedikit menggelikan bagiku..."
"Mengapa begitu? aku mendengar banyak sepasang kekasih memanggil seperti itu bahkan yang sudah menikah juga." tanya Kevin tidak terima.
"Panggil aku mas saat kita sedang tidak bekerja ya dek..." Pinta Kevin separuh memohon.
Luna merasakan perutnya seperti dikelitiki saat Kevin menyuruhnya memanggilnya dengan sebutan mas.
"Itu terdengar menggelikan..." ucap Luna tersenyum malu.
"Ayolah sayang, panggil aku mas ya.. ya..ya" pinta Kevin merengek.
"Mmm astaga mulutku terasa kaku... Aku tidak bisa memanggilmu dengan sebutan mas." Jawab Luna mengelak.
"Baru saja kamu bilang mas, dek. Aku tidak akan melanjutkan perjalanan kita jika kamu tidak memanggilku mas." ancam Kevin merajuk.
"Mmm..maa... s sulit sekali memanggilmu mas Kevin." ucap Luna, lidahnya rasanya kelu. memanggil Kevin dengan sebutan mas.
"Kamu mau, aku cium agar mulutmu tidak kaku saat memanggillku mas?" Goda Kevin mendekatkan wajahnya.
"Ba..baiklah ma..s" akhirnya Luna menyerah agar Kevin tidak melakukan aksi nekadnya.
"Aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas..." Kevin mendekatkan wajahnya lagi membuat Luna menarik tubuhnya kesamping agar Kevin tidak dapat menjangkaunya.
"Baiklah mas Kevin." ucap Luna pelan.
Kevin tersenyum penuh kemenangan, saat Luna memanggilnya dengan sebutan mas.
"Manis sekali... Baiklah, ayo kita pulang dek Luna sayang. Kita akan melawan dunia mulai hari ini." ucap Kevin bersemangat.
"Apa ini yang dinamakan gaya grafitasi yang tidak berlaku bagi orang jatuh cinta? Aku rasanya melayang diudara saat ini." Ucap Kevin senang sambil memulai laju mobilnya.
"Dek Luna... Mas Kevin... manis sekali." Kevin berbicara sendiri karena sangat senang. Sedangkan Luna memalingkan wajahnya ia tidak ingin melihat ekspresi bodoh Kevin yang tengah kasmaran.
"Hey aku juga kasmaran disini tapi tidak berlebihan. Ayolah air mineral tidak terasa manis bahkan disaat aku jatuh cinta seperti ini."Gerutu Luna ia sengaja menyindir Kevin tapi Kevin tidak memperdulikannya membuat Luna bertambah kesal.
"Kamu semakin manis kalau sedang merajuk dek. Masmu ini jadi ingin minum air mineral yang rasanya manis." Kevin balas menyindir Luna dengan menggodanya.
.....
Ini adalah hari pertama Luna dan kevin setelah resmi menjadi sepasang kekasih, mata mereka tidak bisa berhenti saling memandang meski dengan sembunyi-sembunyi mereka masih dapat merasakan kebahagiaan saat tatapan mata mereka bertemu.
Saat ini rapat tengah berlangsung membahas proyek dengan Hotel Kings dan rencana peluncuran produk baru yang tengah dikaji ulang karena Kevin tiba-tiba memajukan waktu perlirisan, bukan karena tanpa alasan Kevin telah merancanankannya dengan matang, jika proyek kerjasamanya dengan Hotel Kings berjalan lancar maka peluncuran produk baru akan membuat posisi Furniture K berada dipuncak.
"Kita akan menciptakan tren baru dengan peluncuran produk ini, setelah tren minimalis diterima dengan baik maka tren futuristik akan menjadi sejarah baru." Kevin memperhatikan dengan seksama dengan apa yang dijelaskan oleh karyawannya. Gambar kemudian muncul dilayar proyektor.
"Ini adalah lemari ajaib. Kita menyebutnya dengan kotak harta, bentuknya memang sederhana tapi juga elegant dengan tidak memakan banyak ruang, lemari ini memiliki fungsi yang beragam, seperti ini.."
Gambar dilayar mulai menunjukan kegunaannya. Kevin merasa terkesan dengan produk yang akan dilirisnya. kesuksesannya telah diambang mata, dengan begini Monic akan bisa dikalahkan.
...
Luna sedang memeriksa berkas-berkas yang tadi dibahas dalam rapat di dalam ruangan Kevin. Kevin sendiri disibukan dengan pekerjaannya sendiri. Mereka hanyut dalam pekerjaan masing-masing sampai Monic tiba-tiba datang mengusik.
"Sayang... Ayo kita pergi makan malam bersama." Luna memejamkan matanya saat mendengar suara cemprengnya itu. Perasaan kesal tiba-tiba mengusiknya terlebih saat Monic menerobos masuk dan langsung menggelayut manja pada Kevin seakan mempertontonkan kemersaannya didepan Luna.
Hatinya terbakar cemburu ingin sekali rasanya ia menjambak rambut pirang Monic sampai rontok, tapi dia harus pura-pura seakan tidak perduli dan tetap bekerja dengan serius.
Kevin sendiri merasa sangat tidak nyaman dengan kehadiran Monic yang datang setiap hari menemuinya terlebih saat ini ia sedang bersama Luna, ia tahu betul bagaimana tidak nyamannya merasa cemburu.
"Aku masih banyak kerjaan yang mesti diselesaikan." Jawab Kevin dingin, membuat Monic menjadi cemberut.
"Ayolah, besok aku akan keluar negri untuk mengurus berkas-berkasku agar lebih mudah mendaftarkan pernikan kita disini." rengek Monic.
Tunggu dulu, pergi keluar negri katanya? Luna dan Kevin menyembunyikan senyum kebahagiaan mereka, itu artinya untuk sementara mereka tidak akan diganggu oleh Monic?
"Kalau begitu, tunggu sampai aku selesai dengan pekerjaanku." Ucap Kevin, ia tentu saja tidak berniat makan malam bersama Monic, ia hanya ingin mengulur waktu dan membuat Monic menyerah dengan sendirinya.
"Baiklah..." Jawab Monic menurut, ia lantas duduk disofa. Matanya menyipit memperhatikan Luna yang seakan tidak bergeming, Luna bahkan tersenyum padanya saat menyadari dirinya tengah menatapnya.
Apa selama ini ia telah salah faham? tidak ada apapun diantara Kevin dan sekertarisnya? tidak menyenangkan sekali... tapi setidaknya itu membuat Monic tenang, Monic sendiri baru menyadari jika dirinya telah jatuh cinta pada Kevin jadi dia melupakan dendamnya dan hanya ingin memiliki Kevin seutuhnya.
Waktu berjalan sangat lambat, Monic sudah tidak sabar menunggu Kevin yang masih bergelut dengan pekerjaannya.
"Kevin, apa masih lama?" Tanya Monic menghampiri.
Kevin tidak menjawab hanya menganggukan kepalanya, Monic menarik nafas panjang dan menoleh kearah Luna yang juga tengah fokus dengan pekerjaannya. Apa tidak masalah jika meninggalkan mereka berdua disini.
Monic berpikir, mereka tidak melakukan interaksi yang berlebihan yang dilihatnya hanya seperti seorang bos dan sekertarisnya jadi mungkin tidak masalah jika dirinya meninggalkan Kevin dan Luna.
"Baiklah, aku pulang saja. Besok jangan lupa mengantarku kebandara." Monic berpamitan. Ia sungguh tidak sabar lagi menunggu Kevin lagi pula ini judah lewat jam delapan malam, ia tidak ingin menjadi gendut saat dipernikahan nanti.
"Bye sekretaris... Jangan coba-coba genit dengan tunanganku." Monic menyempatkan menghampiri Luna sebelum akhirnya pergi.
Luna menarik nafas lega saat Monic telah meninggalkan ruangan.
"Mendebarkan sekali..." Ucapnya, ia takut Monic curiga tapi sepertinya semua berjalan lancar.
"Apa yang mendebarkan?" Luna terperanjak saat Kevin tiba-tiba saja berada dibelakangnya dan berbisik seperti itu.
"Pak, Anda membuat saya terkejut." Ucap Luna sambil memengangi dadanya yang rasanya jantungnya baru saja copot.
"Ini sudah lewat waktu lembur dek, kamu mau makan apa? mas lapar." Kevin duduk diatas meja Luna kini. Luna masih belum terbiasa dengan pangilan mas dan dek yang diberikan Kevin jadi setiap Kevin menggunakan bahasa seperti itu rasanya ia ingin tertawa tapi ia menahannya.
Luna baru akan menjawab pertanyaan Kevin tapi kemudian ponselnya berdering.
"Ya Mia? Oh ok, baiklah... jaga dirimu." Luna menutup ponselnya cepat.
"Ada apa?" Tanya Kevin penasaran.
"Mia bilang, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikannya diluar kota jadi dia tidak pulang malam ini." Jelas Luna.
"Jadi, apa aku boleh berkunjung ketempatmu sekarang?" Tanya Kevin malu-malu, seperti pasangan pada umumnya Kevin ingin berkunjung ketempat tinggal Luna, tapi mereka berjanji untuk merahasiakan hubungan mereka sementara ini jadi Kevin tidak dapat berkunjung ketempat Luna tapi karena Mia tidak ada dirumah maka Kevin bisa singgah sebentar.
"Apa?" Luna terkejut, pikirannya berbeda dengan maksud Kevin. Jika Mia tidak ada maka tidak ada siapapun selain mereka berdua bukankah suasana akan menjadi canggung jika seperti itu?
***