webnovel

OH MY BOSS!

Jelita tidak akan pernah menyadari, jikalau hidupnya dipenuhi hal-hal penuh teka-teki. Seumur hidupnya lahir di negara Indonesia, kali pertama dia harus berjumpa seorang pria yang bercukupan. Jelita tidak menyangka bahwa dia harus berurusan dengan CEO menyebalkan, apalagi meminta dirinya menjadi kekasih pura-pura demi menghindari perjodohan dari orangtuanya. Lalu, bagaimana nasib Jelita? Apakah dia bersedia menerima permintaan dari CEO nya? **** Cerita baru tak bermutu Buat cerita 19 Juli 2019. Imajinasi konyol yang tak berharga!

Lsaywong · Urban
Not enough ratings
7 Chs

OMB - 06.

ѕєℓαмαт мємвα¢α ....

Ting ... Tong ... (2x)

Bel apartemen Ardian berbunyi dengan cepat dia membuka pintu untuk Jelita. Pada saat  pintu itu terbuka sebuah  tangan memajukan ke arahnya, tentu Ardian bingung.

"Ngapain kau lihat tanganku? Aku minta ongkos gojek!" seru Jelita bersuara.

Ardian mengerut, "Apa? Ongkos gojek? Memang kau tidak punya sepersen pun?" Ardian malah bertanya kepada Jelita.

Jelita mendengus kesal, "Yang suruh datang ke sini siapa? Bapak 'kan? Sudah mana ongkosnya, tidak enak di tunggu?!"

Ardian mau tak mau mengeluarkan dompet dan Jelita sudah tidak bisa di ambil dompetnya sembari mengomel lagi, "Ah?! Kelamaan?!" Jelita pun kembali ke lobi apartemen berikan pada tukang gojek.

"Ini bang, makasih ya! Maaf lama tunggunya," ucap Jelita berikan yang selembar lima puluh ribu kepada tukang gojek yang telah keluar dari gedung apartemen itu.

Jelita kembali, Ardian baru saja selesai mandi dan bel pun kembali bersuara nyanyian merdu. Dia pun melangkah ke pintu dengan santainya berjalan memamerkan beberapa tembok kotak batu bata itu.

Jelita masih asyik menekan bel itu tak kunjung buka pintunya. Pegel sudah kedua kaki berdiri itu, sebentar lagi penghuni apartemen ini bakal keluar memaki dirinya karena berisik di malam hari.

"Mana sih! Lama banget pun bukanya!" Omel Jelita setia menekan bel itu.

Gagang pintu itu terdengar tanda seseorang sudah membuka pintu itu. Jelita pun langsung menerobos masuk tanpa izin lagi sama pria gila itu.

Ardian mundur beberapa langkah sehingga tertutup dibalik daun pintu itu menyipit. Gadis itu pun lega dan bisa menghirup udara panjang.

Pintu itu pun tertutup sendiri dan Ardian masih memperhatikan Jelita dari atas hingga bawah kakinya. Jelita pun memutar badannya dan kedua matanya terbelalak sesuatu yang tidak pernah dia bayangi.

"Ya ampun, Pak?! Kalau mau mesum tak harus ajak aku 'kan?!" seru Jelita asal.

"Kenapa? Kau baru pertama kali lihat postur tubuh seperti ini?" Ardian meraih tangan Jelita untuk menyentuh kulitnya.

Jelita berdesir kejut dan mundur beberapa langkah menjauh darinya. Ardian tercekikihan melihat Jelita terperanjat takut.

"Bapak jangan gila, ya! Jan-gan macam-macam?! Sebenarnya bapak memanggil aku ke sini, ngapain?" Jelita terbata.

"Aku cuma mau kau merasakan postur kulit badan seperti ini, tidak salah bukan?" ucap Ardian santai dan malah tidak ada masalah yang besar.

"Ta-tapi ... Ah sudahlah, langsung saja. Bapak memanggil aku, ada perlu apa? Aku tidak ada waktu untuk berbasa-basi dengan bapak?!" tutur Jelita mundur beberapa langkah. Dia sangat grogi apalagi Ardian masih keadaan memakai setelan handuk.

Ardian semakin gila ingin mengerjai Jelita. Tetapi ponselnya berbunyi, Ardian pun terpaksa meraih ponselnya ternyata dari mama tercintanya. Dari larut wajahnya sangat malas mengangkat panggilan video call dari mamanya.

Beberapa detik Ardian senyum kecil, dia mendapat ide yang bisa menyakinkan kepada mamanya. Dengan santai dia pun mengangkat panggilan video call. Terdengar suara dari seberang. Wajah cantik walau usia tak muda masih terpampang jelas di layar ponsel.

"Hai, sayang?! Sedang apa dirimu?"  sapa mama Winda.

"Baru selesai mandi, mam!" jawab Ardian

"Ya ampun?! Kenapa kau telanjang?! Jangan buat mama malu atas kelakuan mu?! Mama tak ingin ada wanita yang melihat postur tubuh mu itu?!"

Jelita yang mendengar percakapan telepon dari Ardian pada seseorang. Jelita seperti pajangan patung di apartemennya.

****

Jelita sudah tidak sabar menunggu lagi, ketukan kakinya sudah membuat dirinya memilih sabar. Dia pun menghampiri Ardian masih berbicara dengan seseorang di ponsel miliknya.

"Maaf, pak?! Jika tidak ada hal penting, aku permisi pulang ..." ucap Jelita, kemudian suara seberang mendengar. "Siapa itu?" mamanya Ardian bertanya.

Ardian pun tanpa ragu mendekati Jelita, dan mengarahkan ponsel menampakkan wajahnya kepada seseorang di layar ponsel tersebut. Jelita pun terdiam atas perilaku dari Ardian.

Wanita paruh baya namun masih terlihat cantik mengerit seakan-akan dia kaget tidak pernah melihat bahwa putranya membawa seorang wanita ke apartemen.

"Ya Tuhan, sayang?! Siapa wanita yang kau bawa? Jangan buat mama shock akan hal ini?!" ucapnya.

"Perkenalkan, ma! Dia adalah Jelita Angelika Putri, kekasih Ardian. Jadi mama tidak perlu repot-repot perkenalkan wanita pilihan mama. Ardian sudah bilang ke mama, Ardian akan perkenalkan ke mama, kalau Ardian sudah punya kekasih," jawabnya merangkul Jelita dari belakang. Jelita tak dapat berkutik. Dia hanya bisa menatap lurus layar ponsel dipegang oleh Ardian.

"Maksud, bapak apa?" bisik Jelita bertanya pada Ardian. Ardian pun senyum membalas bisikan pertanyaan dari Jelita, "Sudah diam saja, dan berikan senyuman pada mamaku. Biar dia yakin bahwa kau adalah kekasih ku?!"

"Apa? Kau gila?!" Tentu Jelita tidak terima, seenak jidat mengakui kekasihnya. Ardian yang terlepas dari rangkulannya membuat wajah mamanya di sana terheran-heran.

"Ada apa, Ardian?"

"Tidak ada apa-apa, ma?! Biasa, dia suka marah-marah tak jelas!"

"Baiklah, jika itu pilihan kamu, sayang. Mama tidak melarang lagi. Pilihan kamu boleh juga. Kapan-kapan bawa dia ke rumah. Mama tidak sabar berbincang-bincang dengannya."

"Siap, ma?!"

Ardian mematikan videocall setelah usai berbincang-bincang dengan  mama tercinta. "Auw!" Ardian meringis tiba-tiba Jelita menendang betisnya.

"Maksud bapak, apa? Kekasih?" Jelita bertanya secara menyelidiki Ardian. Ardian meluruskan kakinya yang nyeri ulah Jelita tadi.

"Ehem! Mungkin kamu shock akan ucapan ku dengan mamaku yang ada di layar ponsel tadi. Ini kebetulan tidak ada maksud apa-apa. Karena sudah terlanjur aku mengenalkan dirimu dengan mamaku .... Mulai besok ..."

Ardian menatupkan kedua tangan di bahu Jelita. Ardian menelan ludah, sorot mata Jelita sangat menakutkan, tapi bagi Ardian sudah biasa ekspresi seperti itu.

"..., mulai besok kamu menjadi kekasih pura-pura dihadapan mamaku," lanjutnya pelan dan secara hati-hati.

"APA?!!!" Jelita menjerit seakan di dalam apartemen mengguncang lengkingannya. Ardian memejam matanya, dia tau. Pasti Jelita semakin shock. Tidak ada cara lain lagi Ardian terlanjur memperkenalkan Jelita kepada mamanya. Pasti mamanya sudah tak sabar berjumpa dengan Jelita.

Ardian mati-matian menghindar dari perjodohan mamanya. Bukan karena dia tidak suka, semua wanita Ardian kenal melalui mamanya. Tidak ada yang sesuai dengan kriterianya.

Setelah bertemu dengan Jelita, Ardian merasa bahwa Jelita lebih unik dan beda wanita dia kencan. Cukup merencanakan sedikit permainan darinya agar Jelita mau menyetujui permintaannya. Jelita sendiri, seperti mimpi buruk. Dia tidak menyangkah setelah impas dari ciuman pertama menerima pekerjaan sebagai sekretaris, sekarang dia harus menjadi kekasih pura-pura.

"Oh Tuhan, aku ingin memecahkan  kepada pria gila ini?!"  batinnya dalam hati geram, dan buku kukunya pun memutih.

"Kamu kapan saja boleh perlakukan sesukamu, ingin memecahkan kepalaku silakan. Tetapi, kamu harus menuruti apa yang kubilang tadi? Mulai besok kamu menjadi kekasih pura-pura." Ardian menyakinkan lagi pada Jelita. Ardian tau dari sorot mata Jelita bahwa dia benar-benar kesal padanya.

****