Hana dan Kiki sampai di rumah.
"Krincing ... krincing ..." Bunyi koin saling bersentuhan di celengan dengan desain Iron Man yang dibawa Kiki.
Hana memberi satu uang koin senilai 500 won ke Kiki.
"Eomma ... Bap (nasi)" Kiki menolak koin bergambar bangau. Ia meminta koin 50 won yang bergambar padi.
Ki ... Uang 500 won itu sepuluh kali lipat dari yang Kiki mau.
[pic]
Hana memberi Kiki uang koin 50 won. Kiki menaruhnya di celengan dan membunyikannya. Ia lalu menaruh celengannya kembali ke tempatnya.
Kiki kemudian mengambil koran bekas dan memberinya ke Hana. Ia ingin ibunya membuat origami dari kertas koran.
"Topi ..." Kiki ingin dibuatkan topi kertas.
"Bentar, Ki. Eomma taruh sayur di kulkas dulu." Hana menaruh daging di freezer dan sayur di chiller.
Hana mulai membuatkan Kiki topi kertas.
Ingatan Hana kembali lagi ke masa lalu.
Flashback saat Hana dan Nam Joon baru saja mendapatkan rapor di sekolah.
"Oppa ... Aku minta putus." Hana ingin putus dari Nam Joon.
"Kenapa? Kau sudah tidak menyukaiku?" Nam Joon bingung. Ia sangat mencintai Hana.
"Aku hanya membuat malu oppa. Oppa sudah mengajariku dengan susah payah. Sampai-sampai mengorbankan waktu belajar oppa. Tapi lihat hasilnya oppa. Aku hanya rangking 500 dari 600 siswa. Aku hanya mempermalukan oppa saja. Aku nggak pantas untuk oppa." Hana mulai menangis. Nam Joon siswa berperingkat satu di sekolah. Sedangkan Hana itu murid dengan nilai yang pas-pasan.
"Siapa yang bilang kau tidak pantas untukku?"
"Aku."
"Hana ... Kau sudah berusaha keras belajar. Hanya saja hasilnya sekarang belum sesuai harapanmu." Jari-jari Nam Joon mengusap air mata Hana.
"Ada berbagai macam kecerdasan. Ada IQ (Intelligence Question), ada EQ (Emotional Question) juga ada SQ (Spiritual Question)." Nam Joon menjelaskan.
Hana malah jadi bingung ~ Apa itu EQ, apa itu SQ?
"Saat kita dewasa nanti tidak akan ada orang yang bertanya 'Kamu ranking berapa waktu sekolah dulu?' Biasanya orang akan lebih bertanya 'Kau kerja di mana?' 'Berapa gajimu?'" Nam Joon berusaha menenangkan Hana.
"Hana ... Setiap manusia punya kelebihannya masing-masing. Aku mungkin pandai. Nilai-nilaiku bagus. Tapi kau juga pandai. Terutama dalam membuat origami. Bukankah saat kita mengunjungi panti asuhan, anak-anak selalu mengerumunimu sambil membawa kertas untuk dibuatkan bangau, bunga, kapal, boneka yang bisa berbicara, dan masih banyak lagi. Tidak semua orang bisa membuatnya. Tapi hal itu mudah bagimu, kan?" Nam Joon memuji Hana.
"Jangan merasa rendah diri karena nilai-nilai di rapor. Nilai-nilai itu hanya bersifat sementara. Nilai dirimu itu melebihi nilai di rapor. Aku tak pernah malu punya pacar sepertimu."
"Oppa ..." Hana jadi semakin jatuh cinta dengan Nam Joon.
"Tapi kau harus tetap rajin belajar. Kau pasti bisa menaikkan nilai-nilaimu kalau kau tekun."
"Pasti, oppa. Semester depan akan aku buktikan kalau pacar Nam Joon itu nilainya juga bisa bagus." Hana akhirnya berhenti menangis.
Nam Joon memeluk Hana.
Flashback end.
"Sudah jadi, Ki." Hana memasang topi samurai dari kertas koran ke kepala Kiki. Kiki mulai memandang dirinya di cermin lemari pakaian dan tersenyum. Kiki lalu mulai berpose seolah-olah sedang melakukan pemotretan. Dengan kedua tangan di pinggang. Kadang dengan jari telunjuk di pipi.
Ki ... Kiki kecil-kecil mulai narsis.
Tapi Kiki itu emang imut seperti kelinci.
Eomma aja gemes lihat Kiki.
Hana memotret Kiki. Menghias foto Kiki dengan berbagai ornamen di aplikasi edit foto.