webnovel

Oh Baby (Romance)

#First_story_of_D'allesandro_klan "Kita harus bermimpi, namun tidak untuk hidup dalam mimpi" Sophia Alberta (18th) bekerja banting tulang untuk mencukupi kehidupannya semenjak ayah dan ibunya meninggal. Bukan hanya itu, Sophia juga kerap merasakan takut jika berdekatan dengan Gunner Anthony. Seorang mafia yang terobsesi dengannya. Hidup Sophia semakin susah saat seorang pemilik hotel tempat ia bekerja memperkosanya hingga hamil. Hingga suatu hari pria itu datang pada Sophia dan menawarkan pernikahan padanya. Bayi yang dikandung Sophia menjadi alasannya. Akankah pernikahan itu berjalan dengan bahagia seperti yang Sophia impikan ?? Menjadi istri dari seorang Edmund D'allesandro sang penguasa dunia bisnis ?? Sementara disisi lain ada pria yang sudah menjamin segalanya untuk Sophia, termasuk hatinya. Gunner Anthony, mafia pelindung Sophia.

Alianna_Zeena · Urban
Not enough ratings
59 Chs

Bab 42

Vote sebelum membaca😘

.

.

Semua orang yang ada di ruangan itu terpaku pada layar yang memperlihatkan rekaman Lexi yang memasukan sebuah cairan pada susu yang ada di dalam kulkas, hal itu terjadi lima menit sebelum kepulangan Sophia ke apartemen. Semua yang ada di sana memperlihatkan wajah marah pada Lexi, terutama Marxel, wajah pria itu itu memerah seakan penuh dengan kobaran api. Santiago segera mematikan layar setelah dua kali diputar.

"Saatnya kau mengakui, Lexi," ucap Santiago menatap Lexi yang duduk di atas brankar dengan selang infuse yang ada di tangannya. Edmund yang ada di sana menatap tajam Lexi dengan tangan menggenggam erat istrinya.

Mendapatkan tatapan-tatapan menakutkan itu membuat Lexi bergetar ketakutan. "Aku menaruh vitamin di dalam susu itu, bukannya racun," sangkalnya menatap tajam Sophia. "Pasti dia memasukan racun saat aku tidak melihatnya." Tangan Lexi menunjuk Sophia yang tengah dirangkul Edmund.

"Sayang sekali, dalam rekaman itu tidak memperlihatkan kalau Sophia memasukan sesuatu," ucap Santiago membuat Lexi semakin kesal. "Kau meracuni dirimu sendiri, Lexi."

"Aku bilang aku memasukan vitamin ke dalam sana."

"Dasar bodoh," ucap Edmund penuh penekanan. Dia menatap Santiago memberikan isyarat untuk mengeluarkan kertas itu.

Santiago mengangguk. "Ini hasil lab bahwa di dalam susu itu memang terdapat racun, dan racunnya sama dengan yang ada di dalam botol ini." Santiago mengangkat tangannya. "Aku menemukannya di kamarmu."

"Kau menggeledah kamarku?"

"Ya, sejenis itu," ucap Santiago disertai kekehan.

"Akui itu, Lexi. Kau meracuni dirimu sendiri?" Rose manatap tajam Lexi.

"Aku tidak melakukannya, Rose, menantumu yang menjebakku."

Edmund terkekeh. "Kita lihat bagaiman tanggapan polisi tentang hal ini," ucap Edmund mengeluarkan ponselnya.

"Tidak, tidak, Papa aku tidak ingin masuk penjara. Baik! Aku mengakuinya, ya, aku meracuni diriku sendiri," ucapnya dengan kesal. "Jangan laporkan aku."

"Hukum tepatlah hukum, keadilan harus ditegakkan," ucap Santiago dibalas anggukan oleh Edmund.

"Papa!" teriak Lexi meminta bantuan.

"Sergío," ucap Marxel dengan penuh penekanan.

"Edmund, hentikan, kita selesaikan masalah ini baik-baik," ucapnya menatap puteranya dengan memohon pengertiannya. Edmund menggeleng tidak percaya. "Dad! Dia menampar menantumu ini."

"Itu hanya kesalahpahaman," ucapnya enggan menatap tatapan Edmund.

"Sergío." Rose juga menatap suaminya tidak percaya.

"Bagaimana keputusanmu, Sophie? Apa kau memaafkannya?" Sophia yang mendapatkan tatapan serius dari Sergío itu kebingungan.

"Jangan bertanya padanya, istriku masih kecil," ucapnya menggenggam tangan Sophia memintanya untuk mengabaikan pertanyaan Sergío.

"Jawab aku, Sophie, apa kau memaafkannya?"

Terpaksa, Sophia menganggukan kepalanya. Sergío sudah bagaikan ayah kandung baginya, jika ini masih bisa dibicarakan secara baik-baik, maka aka Sophia lakukan. "Aku memaafkannya," ucap Sophia dengan gementar.

"Dad!"

"Keluarlah, Ed, bawa istrimu dari sini."

Lexi tersenyum senang Marxel berhasil mempengaruhi Sergío. Edmund yang begitu kecewa pada Sergío membawa Sophia keluar dari ruangan itu dengan penuh marah, Rose segera menyusul keduanya. "Ed, tunggu!"

"Daddy sakit, Mom, dia sakit," ucapnya tanpa menghentikan langkah.

"Berhentilah, Ed, kasihan Sophia mengimbangi langkahmu yang lebar."

Mendengar itu Edmund berhenti dan menatap Sophia yang ada di sampingnya. "Maafkan aku," ucapnya penuh penyesalan.

Sophia mengangguk sambil tersenyum kecil.

"Daddy-mu…"

"Dia menuruti Marxel."

"Dia patuh pada ayahnya," ucap Rose mengusap tangan Edmund. "Mengertilah, Marxel yang ada di samping Sergío saat pria itu terluka."

Edmund hanya mengangguk sebelum mencium pipi Rose lalu kembali melangkah meninggalkan rumah sakit bersama Sophia.

Sementar itu, di ruang VVIP yang ditempati Lexi hanya tinggal Sergío dan Marxel. "Maafkan pria tua yang selalu menyusahkanmu ini, Sergío."

"Tidak apa, kuharap kau menangani Lexi dengan benar kali ini. Kau tahu, aku takkan selamanya mengecewakan anakku," ucap Sergío dibalas anggukan oleh Marxel. "Aku melakukan ini karena kau berarti bagiku, Dad, kuharap kau bisa mengurus anakmu mulai detik ini," ucapnya pergi dari ruangan itu.

"Kau tahu betapa aku menyayangi Lexi, maafkan aku," ucapnya menepuk bahu Sergío sebelum anaknya itu keluar dari ruangan itu. Setelah pintu tertutu dan hanya tinggal Lexi dan Marxel, pria itu membalikan badan dan menatap wanita itu dengan penuh amarah. Tanpa diduga, Marxel memberikan dua kali tamparan pada Lexi.

"Papa," ucapnya dengan bibir bergetar.

"Dasar wanita bodoh, aku kehilangan kepercayaan dari Sergío! Tidak bisakah kau melakukan sesuatu dengan benar, hah?!"

Lexi beringsut mundur dengan ketakutan. "Maafkan aku, Papa."

"Kau tidak ada bedanya dengan ibumu yang jalang itu. Pelacur bodoh yang mengkhianatiku hingga mengandungmu," gumam Marxel membuat air mata Lexi keluar semakin deras. "Aku akan membunuh Sophia untukmu, Papa," ucapnya berharap amarah Marxel reda.

"Tugasmu hanya menggoda Edmund dan mendapatkan hatinya!"

"Tapi aku kasulitan jika ada Sophia yang menghalangi, kenapa kau tidak membantuku menyingkirkannya?"

Lexi merutuki kalimat yang baru saja dia ucapkan, Marxel kembali mendekat lalu menjambak rambutnya. "Kau harus melakukannya sendiri, dengan sempurna," ucapnya penuh penekanan lalu melempar kepala Lexi kasar.

"Anak bodoh."

***

Ig : @Alzena2108