webnovel

Chapter 9

K.SA CORP, Jakarta Pusat, Indonesia

Sebuah gedung megah yang didesain oleh arsitek asal Perancis, menjulang dengan gagahnya di area padat perkantoran kawasan jantung bisnis, Jakarta. Gedung ini didesain ala gedung-gedung Eropa. Pemilik dari bangunan ini memang sengaja memperkerjakan warga Perancis itu untuk mendisain kantornya, supaya terlihat beda dari gedung-gedung yang ada di daerah ini. Gaya Eropa klasik jelas kentara dengan pilar-pilar tinggi, serta ukiran-ukiran khas Eropa. Warna emas dan pastel mendominasi bagian luar dari gedung tersebut, dengan area halaman yang sangat luas disertai air mancur mewah di tengah-tengah taman dengan patung cupid mengalirkan air pada ujung panah yang di bawanya. Pada bagian depan gedung terdapat ukiran besar bertuliskan 'K.SA CORPORATION'. Bangunan ini merupakan kantor pusat milik keluarga Adhyasta, tempat mereka mengelola semua usaha mereka di berbagai bidang.

Beberapa orang hilir mudik memasuki gedung megah tersebut karena memang parkiran pegawai terdapat di samping kiri gedung sedangkan untuk pemilik dan jajaran direksi di tempatkan di tempat khusus pada bagian kanan gedung. Sebuah mobil mewah lamborgini putih memasuki kawasan depan gedung tersebut lalu berhenti tepat di depan pintu. Seorang pria tampan dengan setelan jas Armani warna hitam yang membalut kemeja hitam keluar dari dalam mobil tersebut dengan gaya adonisnya. Pria itu mempunyai aura yang membuat siapapun yang melihatnya terpesona. Hanya pria itu yang memiliki aura semenakjubkan itu. Tidak ada senyum di wajah tampan pria itu, namun siapapun perempuan yang ada di dunia ini pasti akan mempertaruhkan apapun yang mereka miliki hanya untuk berada satu gedung dengan pria itu. Dan beruntunglah, semua pegawai perempuan yang ada di K.SA CORPORATION ini.

Tanpa di minta seorang petugas valley menghampiri pria tersebut lalu meraih kunci mobil yang disodorkan padanya. Sedangkan si Adonis mulai melangkah memasuki gedung mewah itu dengan gaya elegan bak bangsawan. Langkahnya yang mantap langsung di sambut oleh sapaan dari semua pegawai yang berpapasan dengannya dan seorang pria yang membawa tablet di tangannya. Vian terus berjalan melewati para pegawainya dengan tenang, pria itu tentu tidak usah repot menjawab sapaan dari mereka seperti biasanya. Pria itu langsung menuju lift khusus CEO dengan dinding yang terbuat dari kaca bening. Memberi perintah pada Asisten yang dari awal mengawalnya untuk memberikan rincian tentang jadwalnya hari ini.

"Jo, apa jadwalku hari ini?" tanya Vian menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingnya.

"Jam 08.00 nanti, Anda harus rapat dengan wakil dari perusahaan MultiDimension. Mengecek syuting iklan koleksi baju musim panas, kemudian datang ke acara pembukaan Departemen Store di Mall Kelapa Gading. Anda akan makan siang bersama Menteri Pererekonomian dan Pariwisata. Setelah itu Anda free sampai nanti jam 7 malam, ada pertemuan dengan klien dari Singapura terkait masalah kerjasama mengenai pembangunan restaurant kita di Bali, jelas Asisten Vian yang bernama Jo.

Denting lift berbunyi saat mereka sudah sampai di lantai teratas gedung. Mereka berdua keluar dari lift dan kemudian berjalan menuju ruang kantor Direktur Utama. 2 sekretaris Vian menyambut kedatangan mereka berdua. Membalas seadanya dua pria itu hanya tersenyum tipis melewati meja sekretaris. Vian berhenti sebentar di depan pintu ruang kerjanya.

"Jo, tolong kau cek persiapan rapat! Aku akan menyusulmu setelah mengecek emailku," perintah Vian. "Oh, buatkan aku jadwal dengan Briena sebelum pertemuanku dengan klien dari Singapura nanti malam. Aku ingin bertemu dengannya di apartemen perempuan itu," imbuhnya kemudian.

"Baik, Pak." Jo berlalu pergi dan Vian masuk ke dalam ruangan dengan pintu warna hitam yang menjulang.

*****

Vian duduk di ujung meja panjang yang terdapat di aula rapat gedung K.SA, pria itu berusaha menjaga emosinya paling tidak hingga rapat ini selesai. Tubuhnya dia sandarkan di kursi, kedua tangan dia silangkan di depan dada dan tatapan matanya menatap bosan ke arah wakil dari perusahaan rekanan yang sedang melakukan presentasi di seberang ruangan. Pria itu terus mengocehkan hal-hal yang membuat Vian semakin bosan. Tak sabar dengan keadaan ini, Vian memutuskan untuk menyudahinya.

Kita akhiri saja rapat ini, interupsi Vian tiba-tiba. Suara yang tenang namun sarat akan keangkuhan itu membuat suasana yang tercipta setelahnya hanya keheningan tanpa adanya suara lain, bahkan rasanya tidak ada yang berani mengambil nafas saat menghadapi situasi menegangkan seperti ini.

"Maksud, Bapak? Pria dengan setelan jas warna coklat itu terlihat bingung dengan kalimat Vian barusan.

Apa yang kau ucapkan dan apa yang tertulis di dokumen ini, semuanya sama 100%. Jadi untuk apa mengoceh panjang lebar kalau toh, kita semua sudah tahu inti dari apa yang kau presentasikan. Dan yang paling penting, aku tidak tertarik dengan proposal yang kalian tawarkan. Konsepnya terlalu standar, keuntungan yang kalian tawarkan terlalu berlebihan dan terkesan tidak masuk akal, sasarannya terlalu luas, bahkan dari segi perencanaan pemasarannya kurang detail," oceh Vian panjang lebar.

"Tapi, Pak. Saya―"

"Saya memberi waktu Anda 30 menit. Saya berharap Anda bisa menyelamatkan file tidak berguna ini dengan presentasi yang membuat saya puas." Vian melempar proposal yang dipegangnya ke tengah-tengah meja. Anda justru membuang-buang waktu saya dengan presentasi membosankan seperti barusan. Vian bangkit dari kursinya.

"Pak Vian, tolong beri saya kesempatan untuk presentasi lagi," mohon perwakilan itu mencegat langkah Vian.

Seolah tak mendengar apapun, Vian melewati pria itu begitu saja. Melangkah dengan gayanya yang angkuh tanpa memandang ke arah si perwakilan. Pria itu langsung berjalan ke pintu keluar aula rapat. Jo mengikuti atasannya dari belakang.

"Jo, coret MultiDimension dari deretan perusahaan yang bekerja sama dengan kita. Aku tidak ingin K.SA bekerja sama dengan perusahaan yang tidak serius dengan proyek ini dengan mengirimkan perwakilan mereka yang tidak becus seperti dia. Termasuk proyek besar dengan Jepang dan Korea," perintah Vian pada Jo sebelum benar-benar meninggalkan ruang rapat, kepergian Vian tentunya membuat suasana canggung dari beberapa anggota yang terlibat dalam rapat.

Rasa terhina jelas sangat dirasakan oleh perwakilan dari Multi Dimension karena Vian secara terang-terangan menganggap bahwa dirinya tidak becus. Ditambah lagi rasa takut yang begitu dominan karena tidak bisa memenangkan tender kerjasama dengan perusahaan sekelas K.SA CORP. Entah bagaimana nasib pria itu nantinya saat kembali ke perusahaan tempatnya bekerja.

Dipecat? Itu mungkin saja terjadi.

Makasih kalian semua sudah dukung cerita ini. Maaf jarang menyapa kalian, tapi plis dukung anak-anak saya ya.

Please, give me a power stone .

Jangan lupa juga kasih bintang dan review cerita saya yang lain, supaya anak-anak saya terkenal dan banyak yang baca.

Semoga Mas Vian dan Mbak Briena bisa naik rangking. Dukung mereka dengan memberi komen, like, atau power stone.

Thank you semua, ayam flu(๑♡⌓♡๑)

PYE! PYE!

seinseinaacreators' thoughts
Next chapter