webnovel

Lana Sakit

Si keriting mengedarkan pandangannya. "Mama kamu sudah pulang, ya? Lalu kamu alasan apa nanti? Apa aku perlu masuk ke dalam rumah?" tanya Mara melihat ada mobil mamanya Lana terparkir rapi di depan garasi rumahnya.

"Tidak perlu, aku saja yang bicara sama mamaku, terima kasih untuk tumpangannya." Lana keluar dan segera masuk ke dalam rumahnya.

Saat membuka pintu, Lana tidak melihat ada mamanya di sana, ruangan tamu itu sangat sepi, Lana segera naik ke lantai kamarnya. Lana secepatnya menuju kamar tidurnya karena dia sudah merasa kedinginan.

"Mama!" Sontak Lana agak kaget melihat ada mamanya di sana, dan tidak hanya itu beberapa barang-barang Lana terlihat berantakan. "Kamarku kenapa, Ma?" Lana memunguti beberapa baju yang berserahkan di lantai, serta buku-buku Lana juga tidak pada tempatnya.

"Kamu kenapa tidak memberitahu mama kalau pulang terlambat, dan lihat keadaan kamu! Kenapa baju sekolah kamu bisa basaha begitu? Apa benar kata supir pribadi kita, kamu pergi dengan teman kamu yang mama tidak sukai itu?" Mata wanita cantik yang di panggil mama oleh Lana itu mendelik marah.

"Maaf, Ma. Ponselku mati karena tas dan bajuku basah kuyup terkena hujan, jadi aku tidak bisa menghubungi Mama. Aku tadi tidak ke mana-mana, aku di rumah Mara, karena tadi ban mobil kita bocor, jadi Mara menawarkan mengantar aku pulang." Akhirnya Lana berbohong mengikuti apa yang di ajarkan oleh Noah.

"Lalu? Kenapa kamu baru jam segini sampai di rumah? Dan kenapa sampai baju kamu bisa basah kuyup begitu? Apa rumah Mara kebocoran?" tanyanya dengan suara yang ketus.

Lana langsung terdiam, dan dia bingung harus menjawab apa pada mamanya, tadi dia tidak memikirkan masalah itu.

"Tadi aku sempat di ajak ke cafe oleh Mara untuk membeli kue dan ngobrol sebentar di sana, tapi karena tidak mau menunggu hujan redah, aku memilih berjalan ke parkiran, akhirnya basah kuyup seperti ini." Lana berharap kebohongannya kali ini tidak membuat mamanya curiga.

"Kamu tidak pernah seperti ini, Lana. Kenapa kamu seolah mulai bertindak bebas." Mata wanita cantik itu memicing melihat putrinya.

"Maksud Mama apa? Selama ini aku menuruti apa kata Mama, aku hanya keluar ke rumah Mara dan diajak ke cafe sebentar. mama malah memberantakan kamarku, Mama kira aku menyimpan sesuatu yang aneh-aneh," ucap Lana sebal sambil memunguti barang-barangnya.

Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu melangkah dengan langkah tegasnya keluar dari kamar Lana. leon yang melihat mamanya keluar dari kamar kakaknya merasa heran.

"Lana! Ada apa ini?" Leon berjongkok membantu Lana membereskan barang-barangnya yang berserahkan di lantai.

"Aku tidak tau, Leon. Aku tadi hanya pulang terlambat dari rumah Mara, dan ponselku juga basah jadi tidak bisa di hubungi. Saat aku pulang, barang-barangku sudah seperti ini, seolah-olah aku anak yang suka berbuat buruk. Jadi kamarku harus di periksa."

Leon hanya bisa menggeleng kepalanya mendengar ucapan Lana.

"Hacing!" Lana mengusap hidungnya yang kelihatan agak merah, Lana juga tampak agak pucat karena memang kulit Lana yang putih bersih."

"Sebaiknya kamu mandi air hangat, dan beristirahat, aku akan menyuruh pelayan mengantar makanan ke kamar kamu. Kamu belum makan, Kan?" tanya Leon.

"Tidak perlu, aku tidak lapar," jawab Lana malas, sambil beranjak dari tempatnya menuju meja belajar untuk menata buku-bukunya.

"Jangan begitu, kamu harus makan. Aku akan turun dulu." Leon keluar dari dalam kamar Lana. Lana segera melepas bajunya dan masuk ke dalam kamar mandi. Lana berendam di dalam bathub dengan air hangat.

"Bagaimana, ya, rasanya berpacaran sama seseorang?" Lana kembali teringat dengan tawaran Noah tadi.

Di tempat lain. Noah sedang duduk di tepi danau hanya memakai celana pendek atau lebih mirip boxer, dia memeluk lututnya memandang danau yang jernih di depannya.

"Ini minuman untuk kamu, Noah." Daniel memberikan sebotol whiskey pada Noah dan dia ikut duduk di samping Noah menikmati whiskeynya.

"Lana ternyata gadis yang menyenangkan, dan aku menyukainya, Dan."

"Kamu menyukainya? Lalu dia bagaimana? Tidak mungkin gadis baik-baik menyukai cowok berandalan seperti kamu, mau di bunuh dia sama mamanya." Daniel malah menertawakam Noah.

"Dia tidak menjawab saat aku menanyakan apa dia mau menjadi kekasihku?"

"Apa? Kamu menanyakan hal itu? Apa itu butuh?"

"Tentu saja. Lana gadis yang suka keseriusan. Tidak seperti kamu. Tidak ada kata-kata, yang terpenting bisa bercinta. Lana tidak seperti itu."

Daniel menaruh botol whiskynya. Dia melihat serius pada Noah. "Lalu? Apa dia menerima kamu?"

"Dia menjawab tidak, tapi itu bukan dari hatinya. Kamu tau, Dan. Aku tadi menciumnya, dan itu ciuman pertama Lana."

Daniel mendelikkan matanya. "Kamu tidak tahan melihatnya, Ya?"

"Bukan tidak tahan, tapi ada suatu hal yang membuatku ingin menyelami hatinya."

Daniel menggeleng-gelengkan kepalanya, dan kembali menikmati whiskeynya sampai habis setengah botol.

"Jangan minum terus!" Noah mengambil botol minuman Daniel dan menyeret Daniel masuk ke dalam danau untuk mandi di danau bersama.

"Noah, kamu gila, ya? Bajuku nanti basah semua!"

"Cuci tubuh kamu, kamu, kan habis bercinta tadi." Mereka malah tertawa bersama di dalam danau.

Lana terbaring di atas tempat tidurnya dan sekarang dia terlihat sedang tidak baik. Leon tadi sudah mengantarkan makanan dan obat untuk Lana. Tidak lama pintu kamar Lana di ketuk oleh mamanya. Wanita cantik itu masuk ke dalam kamar dan duduk tepat di samping putrinya yang sedang berbaring dengan membawa ponselnya.

"Kamu baik-baik saja, Lana? Tadi Leon bilang kamu sedang tidak enak badan?" Tangan wanita cantik itu menepmpelkan telapak tangannya pada dahi Lana.

"Aku baik, Ma. Mungkin gara-gara terkena air hujan saja. Ma, aku mau tidur, apa Mama bisa keluar sebentar?" tanya Lana yang sebenarnya kecewa sama mamanya gara-gara tadi barang-barangnya malah di periksa seperti itu. Sebegitu tidak percayanya mamanya dengan dirinya yang tidak pernah berbuat hal aneh-aneh.

"Apa perlu mama panggilkan dokter buat kamu? Kalau kamu sakit besok kamu tidak bisa sekolah, dan mama tidak mau kalau sampai hal itu terjadi."

"Aku besok pasti sudah baikkan. Mama tidak perlu khawatir, sekarang Mama keluar dulu karena aku mau tidur." Lana malah menutup tubuhnya dengan selimut dan membelakangi mamanya.

Wanita cantik itu beranjak dari tempatnya dan menutup pintu kamar Lana. Di bawah, wanita cantik itu menemui suaminya yang sedang makan malam sendiri. "Bagaimana keadaan Lana?" tanya pria dengan wajah tampan yang mirip dengan Lana.

"Katanya sudah baikkan, tadi juga Leon sudah memberikan Lana obat dan membawakan makanan untuk dia." Segelas wine diteguk sampai habus dengan sekali teguk. Wanita cantik itu menuangkan sekali lagi wine ke dalam gelasnya.

"Apa benar Lana tadi pulang sekolah terlambat karena dia ke rumah Mara?" Pria paruh baya itu juga menuangkan segelas wine ke dalam gelasnya.

"Iya, tadi mobil yang dipakai untuk mengantar jemput Lana kempis, dan Mara menawari Lana untuk pulang bersama, tapi dia malah bermain di rumah Mara dan kemudian ke cafe sampai akhirnya kehujanan. Aku kesal karena tidak bisa menghubungi ponselnya, maka dari itu aku memeriksa barang-barangnya, aku takut dia menyimpan hal yang tidak-tidak."

"Kita harus agak ketat dengan Lana, dia harus bisa menjadia apa yang kita inginkan, Lana gadis yang pandai dan penurut, sebenarnya aku ingin Leon yang bisa aku banggakan, tapi dia sering membantah dan berbuat semaunya."

"Lana akan menjadi putri kebanggan kita, Sayang." Tangan wanita cantik itu mengelus pipi suaminya dan mereka berdua saling berciuman di sana.