webnovel

Bab 5 ( Sebuah Syarat )

Cleo tidak tahu sudah berapa kali ia mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat yang ada di dalam kafe ini. Padahal waktu janji yang telah ditentukan telah lewat, tapi berapa kali pun ia memperhatikan lingkungan sekitar dan mengira-ngira, pria yang sedang ditunggu-tunggunya itu tidak kunjung terlihat.

Walaupun ia tidak tahu bagaimana rupa dan wajah dari pria yang berbicara dengannya di telepon, Cleo tetap berharap orang yang diajaknya bicara itu bukan sekedar orang iseng atau sembarang orang yang berbicara asal untuk mengajaknya bertemu.

Jika itu sampai terjadi, maka saat ini Cleo benar-benar sedang melakukan hal yang bodoh dan sia-sia. Ia tidak tahu bagaimana dirinya bisa begitu mudahnya menyetujui pertemuan itu tanpa melakukan pengecekan terlebih dahulu dengan benar.

Tapi, mengingat pria itu sempat menyebutkan nama dan jabatannya, Cleo yakin pria itu tidak mungkin berbohong. Karena itu, saat ini Cleo sangat berharap pria yang mengaku sebagai sekretaris Tuan Harry itu segera menghubunginya langsung dengan secepatnya begitu dia telah sampai di sini.

Sayang, semakin lama Cleo memperhatikan layar handphonenya dan menanti dengan setia, semakin ia merasa kemungkinan untuk pria itu meneleponnya, sangatlah minim atau malah bahkan mungkin mustahil.

Tidak ada pergerakan apapun atau tanda apapun yang menunjukkan seseorang akan menelepon. Dan hal itu jelas semakin membuat Cleo merasa waktu yang dilewatinya semakin lama semakin berjalan dengan sangat lambat dan senyap.

Dengan gelisah dan tidak sabar, Cleo mulai mengaduk-aduk minumannya itu dengan sembarang. Untuk mengurangi kegelisahannya itu, Cleo mengambil sebuah buku menu yang ada di mejanya dengan malas, lalu kembali melihat-lihat kembali isi menu yang ada di dalamnya.

Dan tepat ketika ia tengah asyik menyibukkan dirinya membaca dan melihat gambar yang ada di buku menu, seseorang mendekat dan menghampirinya.

"Nona, Cleo? Maaf membuat Anda menunggu. Saya Dirgantara, sekretaris Pak Harry," seru sebuah suara yang langsung membuat Cleo menolehkan kepalanya ke arahnya.

Dengan mata awas, Cleo menatap ke depan. Tepat pada sesosok pria yang mengenakan setelan jas dan pakaian kantor formal, yang berdiri tepat di hadapannya.

Pria itu menarik sedikit sudut bibirnya ke atas, lalu dengan satu tangan membetulkan sedikit letak kacamata tipisnya yang sedikit menurun, dan kemudian menyandarkan satu tangannya yang lain di atas sandaran kursi.

Melihat pria yang ditunggu-tunggunya telah datang, Cleo cepat memberikan respon.

"Ah, iya. Tidak apa-apa. Anda hanya terlambat lima menit dan itu wajar karena jalanan saat ini pasti sangat macet," balas Cleo dengan sopan dan seadanya.

Cleo tahu kafe ini dekat dengan kantor Harry. Jadi kecil kemungkinan untuk pria ini bisa datang terlambat kemari. Tapi karena pria itu justru malah datang terlambat, Cleo tetap tidak mungkin mempermasalahkan masalah keterlambatannya itu, yang hanya berselang beberapa menit saja.

Salahnya karena datang lebih awal dari janji. Akibatnya ia diharuskan menunggu lebih lama daripada yang seharusnya.

Setelah mempersilahkan Dirga duduk, Cleo menawarinya pesanan. Sebagai bentuk kesopanan tentunya. Karena ia terlanjur sedang memegang buku tamu ketika pria itu datang.

"Anda ingin memesan sesuatu?" tawar Cleo yang langsung ditolak Dirga dengan sopan.

"Tidak terima-kasih. Saya tidak akan lama. Karena itu saya akan langsung berbicara ke intinya saja."

Merasakan atmosfer di sekitarnya berubah tepat ketika pria itu mengatakan sesuatu tentang 'inti' dari apa yang akan mereka bicarakan, Cleo segera saja menutup buku menu yang sedang dipegangnya dan menatap Dirga dengan serius.

"Sebelum itu, saya akan meminta maaf terlebih dulu karena yang bersangkutan, Tuan Harry, tidak bisa ikut hadir dalam pertemuan ini. Beliau sedang sangat sibuk. Untuk itu, Tuan Harry mengutus saya untuk membicarakan masalah ini dengan Anda."

Tanpa Dirga menjelaskan pun Cleo sudah tahu bahwa Harry adalah pria yang sangat sibuk. Ia telah membaca hampir seluruh berita tentang pria itu di internet. Dan dari sana, Cleo bisa membayangkan betapa sibuk pria yang mereka bicarakan itu, walaupun tentu saja tidak sepenuhnya ia tahu dengan baik.

Lagi pula, Cleo tidak perduli siapa pun orang yang akan datang menemuinya. Selama orang itu bisa diajaknya bernegosiasi, maka siapa pun dia, tidak jadi soal.

"Hal apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya?" tanya Cleo dengan perasaan tidak tenang yang ia sembunyikan di balik wajahnya yang serius.

"Ini mengenai tawaran Anda tempo hari,"

Cleo terdiam sejenak lalu kemudian berkata.

"Soal pernikahan kontrak itu?" tebaknya.

"Ya. Anda benar. Tuan Harry telah mempertimbangkan tawaran Anda itu dan beliau bersedia untuk menyetujui kontrak itu dengan satu syarat,"

Cleo bergeming sejenak. Ia tidak menyangka tawarannya itu akan langsung disetujui.

Walaupun memakan waktu yang cukup lama karena seminggu telah berlalu sejak ia memberikan penawaran itu padanya, Cleo tetap menganggap ini sebagai sesuatu yang sedikit sulit untuk ia percayai.

Pasalnya, setelah ia tahu siapa sebenarnya Harry Miles Theodore, Cleo sekalipun tidak pernah lagi berani untuk bertaruh atau bahkan berkeyakinan bahwa pria itu akan memilih dirinya sebagai wanita kontraknya.

Untuk pria seukuran Harry, tidak akan sulit baginya untuk menemukan tidak hanya satu, bahkan bisa beberapa orang wanita untuk bisa ia jadikan sebagai istri kontraknya.

Dan sekalipun tidak dibayar, Cleo yakin akan tetap banyak wanita yang telah siap mengantri untuk mendapatkan pria itu di hidup mereka.

Lalu kini pria itu memilih dirinya dengan sebuah syarat?

"Apa syaratnya?" tanya Cleo.

Ia memang tidak suka jika harus bertele-tele. Toh, Dirga juga sepertinya sedang sangat sibuk dan tidak punya banyak waktu untuk berbicara lebih lama dengannya. Karena itu demi keuntungan bersama, lebih baik keduanya langsung berbicara pada intinya saja.

Cleo hanya bisa berharap syarat yang akan diajukan itu tidak sesulit yang ia bayangkan.

Sebelum menjawab pertanyaan Cleo, Dirga mengeluarkan selembar kertas lalu menyerahkan kertas itu padanya. Cleo yang mendadak diberikan secarik kertas begitu saja, tentu saja langsung terlihat bingung begitu ia menerimanya dan membacanya.

"Ini adalah alamat rumah sakit dan nomor kamar Nyonya Sofia menginap," seru Dirga yang hanya menjelaskan soal alamat yang tertera di kertasnya itu secara ambigu.

Hal itu tentunya tidak mengurangi apapun kerutan di kening Cleo. Justru sebaliknya, Cleo malah semakin mengerutkan keningnya, tanda tak mengerti.

Apa hubungan antara alamat rumah sakit ini dengan syarat untuk pernikahan kontrak itu?

Lalu, siapa itu Nyonya Sofia?

Begitu banyak pertanyaan yang ingin Cleo lontarkan tapi tak satu pun ia coba untuk suarakan.

Karenanya saat Dirga melihat kebingungan yang terlampir di wajah Cleo, Dirga kembali melanjutkan ucapannya.

"Beliau adalah Nenek Tuan Harry."

Cleo hanya ber-oh ria.

"lalu?"

"Temui dia. Dan mengakulah sebagai pacar Tuan Harry. Jika kau berhasil membuatnya percaya padamu dan mengakuimu, maka secara otomatis perjanjian kontrakmu dengan Tuan Harry akan segera dibuat dan dilaksanakan. Mengenai imbalan apapun yang Anda minta, sebisa mungkin akan Tuan Harry penuhi."

Cleo mulai bisa mencerna maksud dari ucapan Dirga. Untuk membuat sebuah pernikahan ini berjalan, maka tentunya harus ada paling tidak satu orang di dalam keluarga yang menyetujui pernikahan ini, sekalipun itu adalah sebuah pernikahan kontrak.

Dan tentu saja alasan Dirga ingin mencari pasangan untuk menikah adalah karena desakan keluarga, maka tentunya pria itu mengajukan syarat yang seperti ini padanya.

Hanya saja, apakah akan sulit untuk membuat neneknya itu percaya padanya? Mereka hanya pernah bertemu beberapa kali. Dan Cleo tidak tahu terlalu banyak tentang laki-laki itu selain apa yang telah ia baca di berita beberapa waktu yang lalu. Lantas apa ia akan bisa membuat neneknya itu percaya bahwa ia adalah kekasih cucunya?

Lagi pula, kenapa ia harus mendapatkan kepercayaan itu? Apa jangan-jangan pria itu sudah beberapa kali membawa beberapa wanita untuk dikenalkannya pada neneknya, tapi neneknya itu tidak percaya padanya? Lalu kenapa ia harus datang ke sana sendiri? Tidakkah akan lebih mudah jika mereka pergi menemui neneknya, berdua? Bersama-sama?

***

Next chapter