2 Bab 2 ( Aku Bersedia )

Semua berawal ketika satu bulan yang lalu Cleo tidak sengaja mendengar Harry sedang mencari seorang istri yang bisa dikontraknya selama dua tahun. Pada saat itu Harry memang tidak sedang melakukan pengumuman.

Hanya saja Cleo tidak sengaja menguping pembicaraannya dengan Reihan, temannya sekaligus bos tempat Cleo bekerja. Mereka sedang mendiskusikan masalah Harry yang terus dipaksa untuk menikah oleh keluarganya padahal ia sedang tidak ingin melakukannya.

Walaupun tidak jelas apa alasannya, yang pasti saat ini Harry sedang benar-benar membutuhkan solusi untuk mengatasi masalahnya itu.

Dan karena saat itu mereka tengah berbincang-bincang berdua di tengah-tengah bar milik Reihan yang tentunya pada ketika itu Cleo sedang bekerja di sana, maka sangat besar kemungkinannya untuk Cleo bisa secara tidak sengaja mendengar percakapan mereka saat ia tengah membereskan salah satu meja yang ada di dekat mereka.

Awalnya Cleo sama sekali tidak berniat untuk mendengar percakapan mereka atau bagaimana karena pikirannya saat itu sedang sangat kacau. Dan ia juga tidak sedang dalam mood yang baik.

Tapi begitu ia mendengar seseorang mengatakan akan bersedia membayar berapapun uang yang diminta jika ia sanggup menjadi istri kontraknya, maka dengan tanpa berpikir panjang Cleo langsung berhambur ke sisi meja mereka dan menawarkan diri.

"Aku!! Aku bersedia. Jika kau sanggup membayarku dengan mahal, maka aku bersedia melakukan apapun yang kau minta. Menjadi istrimu-pun aku bersedia," seru Cleo dengan cepat dan spontan tanpa ia pikir lagi.

Cleo tahu ia sudah gila. Bagaimana mungkin ia bisa mengajukan diri dengan gampangnya saat ia mendengar kata uang. Ya, untuk saat ini uang adalah segala-galanya baginya. Karena itu tanpa memperdulikan tatapan tidak percaya dan keterkejutan yang dilemparkan kedua pria yang ada di depannya itu, ia langsung berkata kembali.

"Aku minta maaf jika aku menyelak. Tapi aku benar-benar tidak sengaja mendengar kalian sedang berbicara dan kudengar kau sedang membutuhkan seseorang wanita untuk kau nikahkan secara kontrak. Jika kau tidak keberatan, aku rasa aku bisa membantumu."

Cleo sungguh tidak tahu setan gila mana yang saat itu tengah merasukinya. Tapi ia berani bertaruh, itu adalah hal paling gila yang pernah ia lakukan.

Dan tentu saja Reihan, Si Bosnya langsung saja menepuk pelan kepala Cleo sebagai tanda peringatan.

"Ya!! Apa kau bisa bersikap sopan terhadap seorang tamu? Siapa yang mengizinkanmu untuk menguping pembicaraan kami? Sana kembali bekerja dan jangan mengacau!!" seru Reihan dengan nada mengancam.

"Bos, jangan mencegahku untuk menghasilkan banyak uang. Aku jelas mendengar tadi temanmu itu mengatakan, ia sedang membutuhkan seorang tenaga ahli yang akan ia bayar dengan mahal. Karena itu di zaman globalisasi dan metropolit ini, tidakkah aku diizinkan untuk mengajukan CV-ku yang sederhana ini padanya?" Cleo menatap bosnya dengan wajah iba dan merajuk.

Ekspresi yang memang harus ia tunjukkan untuk meminta sejumlah perhatian.

Ia tahu bosnya itu tidak benar-benar sedang memarahinya, karena itu dengan percaya dirinya Cleo langsung saja mengabaikan ancaman bosnya itu dan kembali menatap pria yang ada di sebelahnya dengan penuh harap.

"Jika Anda butuh orang yang bisa diajak kerjasama, saya bisa melakukannya. Jika Anda membutuhkan seseorang yang bisa berakting menjadi wanita Anda atau pernikahan di atas kertas seperti yang Anda katakan itu, maka saya juga bisa melakukannya. Anda yang bilang kalau Anda tidak perduli siapapun wanita itu, asal ia bisa diajak bekerjasama, maka hal lainnya tidak akan jadi soal. Karena itu bersediakah Anda menerima tawaranku?"

Baru kali ini Cleo memperhatikan raut wajah pria yang bernama Harry itu. Selama ini Tuan Harry memang sudah beberapa kali datang ke bar ini untuk sekedar minum atau berbincang dengan entah teman atau sahabatnya, Reihan. Tapi baru kali ini Cleo benar-benar memperhatikan wajah pria itu dari dekat.

Setampan inikah pria yang akan ia ajak menikah?

Cleo memang selama ini tidak terlalu memperhatikan sikap dingin yang selalu ditampilkan Harry di depan oranglain. Tapi saat kali itu ia melihat sikap acuh-tak acuh pria itu dan sikap menilainya yang terus ia tunjukkan dengan melihat Cleo dari atas hingga ke bawah dengan penuh pertimbangan, agaknya itu cukup membuat Cleo merasa tidak nyaman.

Karena ia hanya pelayan bar-kah maka laki-laki itu menatapnya dengan sikap mencela?

"Siapa namamu?" tanya Harry dengan suaranya yang berat sambil menatap Cleo.

Cleo tertegun.

"Cleo. Cleo Alayster," jawabnya.

Cleo bisa merasakan degup jantungnya yang berdetak dengan cepat karena telah menunggu dengan tidak sabaran jawaban dari pria itu. Walaupun ia tahu dirinya tidak dalam situasi yang menguntungkan untuk mengajukan diri, tapi setidaknya ia tetap harus mencoba segala kemungkinan yang ada, sekalipun itu nihil.

Reihan yang melihat segala situasi menjadi agak riskan, segera mencoba mencairkan suasana.

"Aku benar-benar minta maaf, Bro. Aku sungguh tidak menyangka bahwa karyawanku akan begitu lancang dalam berbicara. Tolong kau abaikan ucapannya itu barusan," seru Reihan berusaha untuk menjadi penengah.

Ia tahu Harry sangat tidak suka ada orang yang menyelak pembicaraannya dan bersikap sesuka hati di depannya. Tapi ia juga tidak menyangka bahwa Harry akan penasaran dengan nama pegawainya ini. Karena itu daripada pembicaraan ini terus berlanjut, lebih baik ia segera menghentikannya.

"Bos Rei, kau tidak bisa menyudutkanku seperti itu. Aku hanya menawarkan jasaku padanya. Apa itu salah? Temanmu itu jelas mengatakan dia tidak perduli siapapun orang itu. Selama ia bisa dipergunakan maka itu tidak jadi soal. Kenapa sekarang situasinya seolah menjadikanku yang bersalah di sini. Karena aku hanya seorang pelayan di sini? Karena itu kalian ingin merendahkanku?" Cleo mulai meninggikan nada suaranya karena mulai merasa kesal.

Ia sudah jengah dengan segala kesenjangan sosial yang terjadi di sekitarnya. Mereka jelas tahu kesenjangan itu tidak bisa ia pilih sesuka hati. Karena jika ia bisa memilih maka tentunya ia tidak akan memilih untuk berada di jalurnya yang sekarang.

Sementara Harry. Ia diam bukan berarti ia sedang bersikap tidak perduli atau mengabaikan sekitarnya. Tapi ia sedang mempertimbangkan segala hal yang di ucapkan Cleo padanya.

Seperti yang sudah ia katakan sebelumnya pada Reihan, Harry memang tidak perduli dengan bagaimana bentuk dan rupa dari gadis yang akan dinikahkannya selama ia bisa menceraikan wanita itu setelah kurun waktu dua tahun.

Justru jika wanita yang akan ia nikahkan berada di kalangan atas seperti dirinya, maka menurut Harry itu justru akan semakin merepotkan untuknya. Jika wanita itu berstatus maka Harry akan semakin sulit untuk bernegosiasi dengan wanita itu dan menceraikan wanita itu jika tiba-tiba saja wanita itu berubah pikiran.

Dan jika wanita yang akan dinikahinya adalah wanita yang tidak berada, maka jelas itu bisa menjadi keuntungan baginya. Jika wanita itu perlu uang seperti wanita yang ada di depannya itu, maka mudah saja bagi Harry untuk bernegosiasi karena uang bukan hal yang masalah baginya.

Lalu jika memang hanya uang yang diinginkannya, maka tentu itu akan menjadi hubungan simbiosis mutualisme yang lebih solid ketimbang apapun selama tentu saja, jika wanita itu tidak menginginkan hal yang lebih dari itu.

Tapi jika ia harus berhubungan dengan wanita yang materialistis, agaknya menurut Harry itu sedikit beresiko. Apalagi jika wanita itu adalah tipe wanita yang tidak bisa memegang janji dan rahasia. Itu jelas sikap yang sangat tidak kooperatif yang tidak diharapkan Harry dari seseorang yang akan menjadi partnernya nanti.

Tetapi melihat kegigihan dari wanita yang bernama Cleo itu, agaknya itu sedikit membuat pertimbangan dalam pikiran Harry yang sudah sangat ingin memecahkan masalahnya itu dengan segera.

Untuk itu, ia perlu untuk tahu lebih banyak soal wanita ini sebelum ia membuat keputusan.

"Oke," ujar Harry akhirnya yang membuat Cleo dan Reihan tercengang.

Sama halnya dengan Reihan, Cleo juga tidak menyangka Harry akan begitu cepat menyetujui tawarannya.

"Aku akan memberimu kesempatan," lanjut Harry dengan tanpa menunjukkan ekspresi apapun yang bisa dibaca.

Cleo mengerutkan keningnya. Kesempatan?

"Beri aku beberapa hari untuk memikirkan ini. Seperti yang kau bilang aku butuh CV-mu segera. Semakin cepat semakin baik. Karena itu segera kirimkan aku data CV-mu itu ke emailku. Kau bisa tanyakan pada Reihan alamat emailnya. Lalu..."

"Lalu..?" Dengan reflek Cleo mengikuti ucapan Harry dengan tidak sabaran.

"Aku akan memberikan informasi lebih lanjutannya lagi setelah aku telah membuat keputusan dan bertemu denganmu kemudian. Karena itu siapkanlah segala hal yang aku minta nanti dan segera kembalilah bekerja dulu. Saat ini kau masih berstatus pekerja di Bar Reihan. Aku tidak ingin dia sampai menegurku karena sudah menyita waktu satu karyawannya dengan seenaknya," tutur Harry dengan panjang lebar yang langsung membuat Cleo sumringah dengan lebar.

"OKE!!" seru Cleo dengan bersemangat. Ia kemudian berbalik hendak pergi. Tapi beberapa detik kemudian ia berhenti dan menoleh kembali pada Harry begitu ia memikirkan sesuatu.

"Maaf, benarkah Anda benar-benar akan memberikan berapapun yang saya minta? Bahkan jika saya meminta ratusan juta rupiah?" tanya Cleo dengan penuh kehati-hatian. Ia tentu tidak ingin kata-katanya itu terkesan menyinggung si pemberi harapannya itu. Tapi ia juga perlu untuk memastikan sesuatu. Karena itu sebisa mungkin ia berkata dengan sesopan mungkin agar tidak membuat pria itu tersinggung.

Harry terdiam sejenak lalu mengangguk, "Ya, berapapun itu," serunya.

Mendengar dan melihat keyakinannya yang begitu besar, tentu saja membuat Cleo luar biasa senang. Pasalnya baru saja seharian ini ia pusing tujuh keliling dengan masalah hutang yang terus melilitnya, tiba-tiba saja malaikat menuntun jalannya ke lorong kebebasan.

Jadi bagaimana mungkin ia bisa tidak luarbiasa bahagia. Akhirnya penantiannya yang panjang selama ini bisa membuahkan hasil.

Dengan bersenandung pelan Cleo berlari kecil pergi dan melanjutkan kembali pekerjaannya. Ia sungguh tidak sabar menantikan limpahan uang yang akan mengalir dengan deras ke rekeningnya yang selama ini selalu saja kosong.

Dan begitu Cleo pergi, Reihan langsung mendekatkan diri pada Harry untuk berbisik pelan.

"Hei, apa ucapanmu itu benar? Kau yakin akan meminta gadis itu untuk menjadi istrimu? Apa kau yakin nenekmu akan setuju?" tanya Reihan dengan sangat ragu.

Harry membalas dengan santai, "Itu tergantung wanitanya. Jika ia berhasil itu akan menguntungkan untukku. Tapi jika tidak, aku tinggal mencari yang lain. Setidaknya aku bisa mencobanya."

Ucapannya itu lantas membuat Reihan tidak bisa berkata apapun lagi.

***

avataravatar
Next chapter