webnovel

Nikah Kontrak : Kejutan Sang CEO

Apa yang terjadi kalau seorang CEO ganteng tiba-tiba mendobrak pintu hatimu!? Hidup sandra yang suram dan terlilit hutang tiba-tiba berubah ketika seorang pria tampan mendobrak pintu kamar hotelnya! Tanpa basa-basi Sandra langsung ditarik dibalik selimut oleh Nico yang harus bersembunyi dari suruhan pamannya sendiri yang ingin menghabisi nyawanya! Apa yang akan Sandra lakukan ketika Nico memohon untuk bantuannya? Bagaimana Sandra bisa menyembunyikan seorang CEO di rumahnya yang apa adanya? Apakah Nico akan memenuhi janjinya untuk melunasi semua hutang-hutang wanita itu jika Sandra menjadi istri paling manis sedunia bagi sang CEO tersembunyi?

Jelita_Cantika · Teen
Not enough ratings
420 Chs

Cinta pada pandangan pertama?

Di sebuah hotel bintang lima, Sandra membungkus tubuhnya erat-erat dengan selimut di tempat tidur besar dan empuk. Dengan hanya menjulurkan kepalanya dan tetap di tempat tidur dengan gelisah, ia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari pintu yang tertutup.

BRAK!

Pintu ditendang terbuka dengan kerasnya. Sosok pria berperawakan tinggi berlari kencang masuk ke dalam kamar dan melompat ke tempat tidur Sandra. Pria itu kemudian menarik selimut ke atasnya untuk menutupi tubuhnya, membuat sebagian dari selimut meluncur turun dari leher sang gadis di sebelahnya hingga memperlihatkan tulang selangka yang indah.

"Ah ..." Sandra berteriak terkejut.

Pria itu dengan cepat menutupi bibir merah Sandra dengan telapak tangannya, menyeretnya masuk ke dalam selimut dan menekannya tepat di bawah tubuhnya. Jarak tubuh keduanya begitu dekat hingga pria itu pun menyadari sesuatu. Ia mengerutkan kening dan melihat ke bawah pada tubuh gadis itu. Dia tidak mengenakan pakaian satupun?

Dari arah koridor, suara langkah kaki yang bergemuruh terdengar disertai dengan suara berat yang saling bersahutan. Segerombolan pria berbadan kekar berlarian dengan tergesa-gesa di sepanjang koridor.

"Bos, tidak salah lagi, orang itu lari ke arah sini", salah seorang diantara mereka menunjuk ke suatu arah.

"Lanjutkan pengejaran, kita harus menemukan dia, kalau tidak kita semua akan habis."

"Ya!" Langkah-langkah kaki yang padat secara bersamaan berhenti tepat di luar ruangan tempat Sandra berada.

Orang-orang itu pun mencoba mengintip ke dalam isi kamar dengan pintu yang sedikit terbuka itu. Mereka pun menyaksikan dua orang yang terbalut sepenuhnya dalam selimut, dengan sesekali terdengar dengungan halus seorang wanita.

Di dalam selimut, hanya ada sedikit cahaya. Meskipun ia tidak bisa melihat penampilan gadis itu, tetapi Nico tahu bahwa dia sangat cantik. Wangi samar seorang gadis muda di tubuhnya terus-menerus memenuhi sarafnya, hampir lupa bahwa dia baru saja mendapatkan luka tusukan di lengannya, tetapi jantungnya saat ini berdetak kencang karena alasan yang berbeda.

"Bos, jejak darahnya sudah hilang di sini, apakah orang itu masuk ke dalam kamar?"

Para pria itu masih berdiri di depan kamar tempat Sandra dan Nico berada, sambil menggumam kebingungan.

"Tidak, lebih baik kita jauhi masalah! Orang itu pasti berhasil kabur keluar, terus kejar."

Seorang pria dengan perawakan yang lebih tinggi dan besar dibanding yang lain terlihat berpikir sejenak, kemudian berlari keluar hotel bersama anak buahnya.

Di dalam kamar hotel, suasana menjadi sunyi selepas kepergian orang-orang asing yang membuat keributan di koridor. Nico pun mulai merenggangkan tangannya yang menutupi mulut gadis mungil yang sedari tadi tidak berhenti menggeliat berusaha membebaskan diri. Sandra mengambil kesempatan ini untuk menggigit tangan pria yang telah membungkamnya. Dengan cepat ia menarik semua selimut di tubuhnya dan melompat menjauhi pria mencurigakan itu.

"Kamu, siapa kamu sebenarnya?". Sandra memandang Nico dengan panik. Ia mengepalkan tinjunya dengan erat meski sedikit gemetar, bersiap untuk melayangkannya kepada lelaki itu kapan saja.

Nico mencengkeram luka di lengannya, bangkit dari tempat tidur, tidak mengucapkan sepatah kata pun kepada Sandra, bahkan tidak mengucapkan terima kasih, berbalik, dan pergi begitu saja. Luka di tangannya mengeluarkan darah, dan rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya, membuat sosoknya yang kokoh terlihat sedikit lemah.

Merasa frustasi, Sandra menjulurkan lehernya dan tanpa sadar mengulurkan tangannya dari selimut, menunjuknya ke punggung pria itu dengan penuh amarah.

"Hei, kamu benar-benar keterlaluan! Jika bukan karena aku sekarang, kamu akan ketahuan oleh orang-orang itu..."

Nico tidak melihat ke belakang, sudut bibirnya sedikit terangkat, dan dia mengucapkan dua kata dengan santai.

"Terima kasih."

Mulut Sandra tertutup. Dasar pria aneh! Seenaknya masuk ke dalam kamar orang lain, dan sekarang lihat caranya berterima kasih. Ia bahkan tidak melihat ke arah Sandra sama sekali. Mungkin lelaki kurang ajar ini memang pantas untuk dikejar dan dihajar sampai mati.

Tidak mendengar balasan apapun dari Sandra, Nico pun melanjutkan langkahnya yang sempoyongan ke arah pintu keluar. Darah di tangannya terus menetes ke lantai, mengikutinya kemanapun ia berjalan.

"Hei, tunggu."

Huh, siapa yang tiba-tiba menjadikannya sebagai bidadari penyelamat? Pria ini benar-benar beruntung bisa bertemu dengan Sandra.

"Orang yang mengejarmu mungkin belum pergi. Terlalu berbahaya untuk keluar sekarang. Kebetulan sekali aku belajar keperawatan, kemari dan tunjukkan lukamu"

Nico sedikit mengernyit dan melirik lengannya. Melihat luka yang semakin terbuka lebar dengan darah yang tak berhenti mengalir. Luka ini benar-benar harus segera diatasi atau ia bisa mati kehilangan banyak darah. Tapi jujur saja, reaksi Sandra cukup mengejutkannya Nico. Meskipun terdengar sedikit marah, namun gadis itu masih menawarkan diri untuk merawat lukanya. Padahal dia telah masuk ke dalam kamarnya tanpa izin, dan bahkan melompat ke atas ranjangnya. Tetapi gadis itu tidak membiarkan dirinya yang sedang terluka untuk pergi begitu saja.

"Oke."

Dia berbalik tepat saat Sandra baru saja bangun dari tempat tidur dan bersiap untuk mengenakan pakaian. Detik itu juga, Sandra melompat ke tempat tidur dan kembali meringkuk ke dalam selimut sambil berteriak seperti hewan buruan yang tertembak oleh peluru. Teriakannya begitu kuat dan melengking seakan menusuk gendang telinga siapapun yang mendengarnya.

"Maaf maaf...", Nico yang juga tak kalah terkejutnya dengan cepat berbalik membelakangi Sandra. Ia dapat merasakan jantungnya berdebar dengan kencang.

Beberapa saat kemudian, Sandra berhasil menenangkan dirinya. "Hei dengar! Aku akan bangun dan memakai pakaian sekarang, dan kamu tidak diizinkan untuk melihat ke belakang!", ujarnya setengah membentak, sambil perlahan-lahan mengeluarkan diri dari balutan selimut.

Nico yang berusaha menutupi luka tusukan di lengannya mengerutkan keningnya. Baru kali ini ada seseorang berani membentak dan memberi pemerintah kepada dirinya. Terlebih lagi, orang itu adalah seorang gadis yang terlihat lebih muda darinya. Berani sekali gadis itu memerintahnya dengan nada tinggi? Selama tiga puluh tahun hidup, baru kali ini Nico merasa direndahkan oleh orang lain, terutama oleh seorang gadis kecil.

Saat mengenakan pakaian, Sandra kembali memperhatikan sosok yang tengah berdiri membelakanginya masih diam tak bergerak. Baiklah, setidaknya pria itu masih dapat dipercaya. Ia merasa lebih lega dan menjadi tidak tergesa-gesa mengenakan busananya.

Nico berdiri dengan tenang di dalam ruangan, bayangan wanita yang berganti pakaian di belakangnya membentang di dinding terkena cahaya lampu. Nico diam-diam mengagumi sosoknya yang begitu indah. Gerakan demi gerakan yang terpantul dalam bayangannya di dinding sudah cukup untuk menunjukkan keanggunan dari gadis itu.

Setelah selesai berpakaian, Sandra meminta Nico untuk duduk di samping tempat tidur, sementara ia pergi ke meja depan untuk mengambil kotak obat. Beberapa saat kemudian, ia kembali dan berjongkok di depan pria itu.

"Kamu harus melepas bajumu", ujar Sandra sambil mengangkat kepalanya dan menatap wajah rupawan pria di hadapannya. Tidak ada ekspresi berlebihan di wajahnya, yang membuat siapapun dapat merasakan sikap dinginnya. Dia tidak banyak bicara, dan dia terlihat waspada pada semua orang.

"Membuka pakaian? Ingin melihat apa?", Nico memandang Sandra dengan raut muka yang menggoda. Faktanya, dia tahu apa yang dimaksud Sandra, namun untuk beberapa alasan, dia hanya ingin menggoda gadis ini.

Untuk beberapa saat, Sandra tidak menunjukkan reaksi apapun. Sedikit terkejut dengan pria yang dikiranya memiliki sikap angkuh dan dingin tiba-tiba menggodanya seperti itu.

Mengapa pikiran pria begitu kotor?

"Bagaimana aku bisa mengobati luka ini jika kamu tidak melepas pakaianmu?", wajah Sandra sedikit memerah. "Lagipula, apa bagusnya dirimu? Semua laki-laki terlihat sama saja di mataku"

"Tapi lelaki yang satu ini berbeda". Nico berkata dengan suaranya yang rendah dan dalam, membuka kancing dadanya dengan satu tangan, memperlihatkan otot-ototnya yang kekar.

Tanpa disadari, wajah Sandra bahkan menjadi lebih merah. Ia belum pernah melihat tubuh lawan jenis dari jarak sedekat ini. Harus ia akui, sosok pria ini benar-benar di atas rata-rata, dengan bentuk tubuh yang bahkan lebih baik daripada atlet olahraga terkenal. Astaga, memikirkan hal ini saja membuat wajah Sandra menjadi lebih merah, dan bahkan akar telinganya terasa panas. Dia masih dalam posisi berlutut di depan pria itu dengan bodohnya. Pada saat ini, pikirannya kosong dan dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Coba rasakan"

Seakan dapat melihat melalui pikirannya, Nico memegang tangan gadis itu di telapak tangannya dan meletakkannya ke dadanya yang bidang.

"Bagaimana, berbeda dengan pria lain bukan?"

Nico menyeringai dengan bangga, sementara Sandra diam terpaku seperti orang bodoh.

...................