Prologue

Ditengah suara gemuruh badai peperangan, perebutan sumber daya asing yang melimpah ruah di daerah yang dijatuhi benda yang memiliki energi yang sangat besar beberapa waktu lalu, tempat itu dikenal dengan nama RAINBOW ZONE. Benda tersebut diklaim mampu menggantikan sumber daya saat ini yang sudah semakin menipis, membuat setiap negara berbondong-bondong berlomba memperebutkan benda asing tersebut, para ilmuan menyebutnya dengan nama STAR FALL. Setiap negara mengerahkan semua kekuatan militer mereka, tidak hanya itu setiap negara juga mengharuskan wajib militer bagi semua warga sipil yang laki-laki dan para remaja untuk masuk dalam akademi militer, tidak ada lagi istilah sekolah umum lagi melainkan sekolah militer. Semua itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kekuatan tempur yang besar bagi setiap negara. seorang dengan baju perang dan ransel di punggungnya tertiup angin peperangan berdiri diantara kawan-kawannya yang telah gugur dengan kaki dan tangan yang gemetaran terlebih raut wajahnya yang sangat jelas menggambarkan ketakutannya, namun dengan semua rasa takutnya dia tetap berdiri menggandeng senjata api di kedua tangannya. Matanyapun seperti ikan mati ditelan ombak peperangan.

"A-ku tidak ingin mati disini". Seru laki-laki itu.

Diapun mengangkat senjata apinya lurus kedepan hendak melancarkan serangan yang mau dilihat berulang kalipun sangatlah sia-sia. Suara tembakan pun terdengar mendarat di tubuhnya tanpa henti, satu peluru untuk setiap bagian tubuhnya baik kaki,tangan,perutnya tidak luput tertembus peluru. Diapun berlutut kaku didepan peluru yang menghujaninya, tepat sebelum salah satu peluru akan mengenai kepalanya, seseorang dibelakangnya terbangun perlahan dan berjalan kedepannya, namun anehnya peluru yang mendekatinya pun seperti mendekat dengan perlahan seperti waktu sedang terhenti disekitarnya sampai pria di belakangnya tadi tepat berada di depannya. Pria dengan mata yang memancarkan warna jingga itupun menghempaskan semua peluru tersebut seperti angin bergerak dari tubuhnya menghentikan peluru tersebut. Pria itu menoleh kehadapannya dan cahaya jingga dimata pria itupun mulai meredup, sambil tersenyum bengis pria itupun mengatakan sesuatu kepadanya.

"Hidup ini bukan lagi tentang benar atau salah, melainkan tentang bagaimana kita bertahan hidup di tengah kegilaan ini. Mati dengan tertembak di kepalamu menurutku terlalu indah, jadi akupun terpikirkan bagaimana kalau kamu nikmati saja rasa sakit di setiap tubuhmu sampai kamu mati dengan rasa sakit itu".

Orang itu memiliki style pakaian yang mirip dengannya hanya saja dengan bajunya yang sudah compang camping, rambut yang panjang hampir menutupi matanya dan senyum kegembiraan yang terlukis diwajahnya tanpa ada rasa gentar sedikitpun. Orang itupun maju sendiri menerjang lawannya berlari dari satu pelindung ke pelindung yang lain sambil sesekali menembakkan serangan. Orang itu begitu mahir dalam menembak matanya sangat jeli melihat posisi lawan sehingga tak sampai terlalu lama waktu berlalu 10 orang tewas di tangannya seperti sedang bermain-main dengan sekumpulan lalat. Karena bosan bermain sembunyi orang itupun langsung berdiri tepat di hadapan musuhnya dengan tatapan membunuh dan tangan yang memegang Gerber LHR Combat Knife. Musuh-musuh yang melihatnya terdiam karena aura membunuhnya yang begitu besar, tak selang berapa lama orang itupun langsung berlari menuju setiap orang yang ada dihadapannya dan langsung menusuk,menggorok leher mereka tanpa ampun. Teriakan dan cipratan darah satu persatu keluar dari mereka karena sosok pria tersebut, baik lawan maupun kawan yang melihatnya begitu ketakutan hingga tanpa disadari suara tembakan dan ledakanpun menghilang dari medan perang itu. Pria itupun mengakhiri semuanya dengan tertawa selayaknya iblis yang telah memenangi peperangan ini.