webnovel

Nightmare Cinderella

Sebagai anak pungut dari keluarga Rexton, Ellina Aracelia Azzuri tak hanya menggantikan Adik angkatnya dalam pernikahan, tapi juga di dorong hingga dasar jurang. Di hianati keluarganya sendiri hingga mati di bawah hewan peliharaan Suaminya sendiri. Dengan semua kenyataan pahit itu, suaminya sama sekali tak menatapnya hingga mati. Hingga saat matanya terbuka kembali, ia berada di waktu tujuh tahun sebelum semua kejadian itu terjadi. Dia di lahirkan kembali, untuk menebus semua kesalahan dalam hidupnya. Berharap lepas dari takdir suram dan hidup bahagia tanpa beban. "Aku harus lari sejauh mungkin darinya, karena aku tak ingin kematian yang sama." -Ellina Aracelia Azzuri- "Kau hanya akan hidup dalam genggamanku. Tak peduli apapun, meski aku harus menguncimu seperti boneka dalam kaca, merawatmu hingga tua, atau harus membalikkan seluruh dunia. Aku tak akan membiarkanmu meninggalkan aku!" -Kenzie Alexis Reegan- ©Copyright 2019 All story by = Ellina Exsli / Queenbe_exsly DON'T COPY MY STORY!!!

Ellina_Exsli · Urban
Not enough ratings
96 Chs

Aku akan datang.

Part belum di revisi.

Typo bertebaran.

***

Aple Restsident, atau rumah utama keluarga E. V, tampak sangat kosong pagi ini. Rumah bergaya eropa dengan sentuhan desain yunani kuno itu tampak mewah dengan halaman luas yang menyajikan berbagai pemandangan. Sejauh mata memandang, kau akan di sajikan dengan lahan luas yang telah di kelompokan menjadi bagian-bagian tertentu. Di antaranya taman bunga tulip yang tengah berbunga dengan berbagai warna. Lalu lapangan golf atau tempat santai dengan gazebo besar yang menghadap langsung ke taman hidup dengan hiasan air mancur dan berbagai ikan mahal hidup di bawahnya.

Saat mobil sport Ernest memasuki kawasan Aple Restsident, beberapa pelayan langsung datang tergopoh-gopoh. Mereka menunggu Ernest turun dan dengan tunduk mengantar Ernest menuju pintu utama rumah.

"Aku bisa sendiri! Kalian bisa kerjakan yang lain,"

Saat perintah itu turun, para pelayan yang melayani Ernest bernapas lega. Mereka pergi dan membiarkan Ernest memasuki rumah sendiri. Langsung menuju ruangan tengah, Ernest bisa melihat dua punggung orang tuanya yang telah menunggunya.

"Aku pulang,"

Qianzy dan Wilton menoleh. Mata mereka menatap punggung Ernest, berharap ada orang lain di sana.

"Bu, aku pulang." ulang Ernest. Namun kedua orangtuanya hanya menghela napas dalam.

"Dimana dia?" tanya Qianzy langsung. Ia berdiri menghampiri Ernest lalu berjalan ke pintu utama. "Apa kau tak menyuruhnya masuk?"

Ernest tak mengerti. Ia membalikkan badannya menatap punggung ibunya. "Siapa yang Ibu maksud?"

"Kau datang sendiri?"

Kini Ernest beralih menatap punggung ayahnya. "Lalu, harus dengan siapa?"

Wilton mendesah. "Sungguh tak bisa diharapkan,"

Ernest hanya bisa mematung saat ayahnya berdiri dan melewatinya. Helaan napas kecewa ia rasakan saat tubuh mereka dekat dalam waktu beberapa saat. Ia sungguh tak mengerti, kenapa ayahnya tiba-tiba kecewa dan terlihat marah padanya.

"Kau bisa pergi ke kota Y sekarang. Kami tak akan mengantarmu!"

Kini perintah dingin itu kian membuat Ernest tak mengerti. "Ayah," panggilnya untuk menahan kepergian Ayahnya. Namun pria paruh baya itu tetap melangkah ke lantai atas tanpa memperhatikan panggilannya. "Shit! Ada apa sebenarnya dengan mereka!"

Saat kekesalan Ernest memuncak, Ibunya datang dan menatapnya kesal. "Kau benar-benar datang sendiri?"

"Ibu, ada apa? Kenapa Ayah terlihat marah?" alih-alih menjawab pertanyaan ibunya, Ernest lebih memilih melemparkan pertanyaan yang sama.

Qianzy memijit pelipisnya pelan. "Dasar tak berperasaan."

"Ibu ...."

"Tak ada masalah. Tak ada urusan yang bisa kau tangani. Kau bisa pergi ke kota Y sekarang,"

Saat punggung ibunya berlalu, Ernest hanya bisa mematung dengan sejuta pertanyaan yang tak dapat jawaban. Ia mengerang kesal lalu dengan langkah cepat meninggalkan rumah utamanya. Menuju bandara di mana Zacheo telah menunggu untuk kepergian dinas ke kota Y.

Ada apa dengan mereka saat ini! Benar-benar membuatku kesal!

***

Lander menatap layar monitor di depannya tanpa berkedip. Tangannya mencatat beberapa informasi yang ia dapatkan dari salah satu peretas terbaik Reegan Word Grup.

" 'Legend443', dia ada di kota ini. Dan dari data yang bisa aku dapatkan, ini berasal dari jaringan E. V. Company,"

Belen Athena Avarista, seorang gadis 23 tahun yang bekerja di bagian Divisi IT Reegan World Grup sebagai peretas dan programer terbaik di perusahaan tersebut memutar kursinya dan menatap Lander yang membeku.

"Kau sebut apa tadi? E. V. Company?"

Belen mengangguk. "Tak ada informasi lanjut, sedangkan untuk White Fox, aku tak dapat menemukan data apapun,"

Lander tertawa kecil. "Tak mungkin. Kau peretas terbaik di kota ini tapi tak dapat menggali informasi dari White Fox?"

Belen mendesah. "Aku bukan yang terbaik. Kau pasti ingat ada orang pertama yang berdiri di posisi atas di kota ini. Dia peretas terbaik, dan hanya informasi itu yang aku dapatkan."

"Jadi, White Fox adalah orang itu?"

Belen menggeleng. "Aku baru melihat id ini hari ini. Dan selama ini, kurasa bukan dia. Tapi cukup mengesankan saat dia bisa menyembunyikan data dirinya sebaik mungkin,"

Lander mengangguk. "Bagaimana ini bisa berhubungan dengan E. V. Company?"

Belen menaikkan pundaknya sebagai rasa tak tahu. "Aku tak tahu soal itu, tapi bukankah keluarga Reegan dan E. V.  baik-baik saja selama ini?"

"Karena itu lah aku menjadi bingung," jawab Lander. "Sudahlah, aku harus melaporkan ini dulu,"

Belen mengangguk. Ia kembali berkutat pada layar monitornya dan kembali berselancar untuk menggali informasi. Ia tak percaya, bahwa tak dapat menemukan apapun dari hal yang ia cari.

Sedangkan dalam ruangan, Kenzie tengah bekerja dengan tumpukan dokumen yang menggunung. Perusahaannya yang sempat anjlok cukup menguras tenaga dan energinya untuk kembali bangkit. Saat pintu ruangannya terketuk, Lander masuk dan menyerahkan sebuah dokumen itu tepat di atas dokumen lainnya.

"Tuan, kau harus melihatnya dulu,"

Kenzie menghentikan aktivitasnya. Ia menarik dokumen yang Lander bawa dan membacanya.

"E. V. Company?"

Lander mengangguk. "Benar, salah satu Id mereka berasal dari jaringan perusahaan E. V."

"Apakah kita punya masalah akhir-akhir ini dengan mereka?"

Lander menggeleng. "Setahu kami, Perusahan E. V. tengah mengembangkan sebuah perangkat lunak mobile. Mereka akan ikut dalam kompetisi terbesar di kota ini yang di dukung oleh perusahaan L. V."

Kenzie terdiam. "Apakah kita juga ikut serta di dalamnya?"

Lander mengangguk. "Hanya saja, kita belum merapatkan ini,"

Kenzie diam berpikir. "Aku tak mengerti kenapa E. V.  menyerang kita. Aku harus menanyakan ini,"

"Tuan--"

"Kau urus sisanya. Dapatkan data peretas terbaik di kota ini. Aku akan menemui Ernest sekarang,"

Lander hanya bisa  mematung saat Kenzie memakai jasnya lalu berlalu meninggalkannya. Ia kembali berkutat pada ruangannya dan layar monitor yang tak pernah mati. Mencari data yang Kenzie inginkan hingga semua terlihat jelas di permukaan.

E. V. Company.

Ruangan divisi IT tampak sepi. Semua terdiam dengan pikiran dan fokus yang tak terpecahkan. Hingga deritan kursi Lykaios membuat semua mata menoleh.

"Aku menemukan masalah,"

Ethan yang paling dekat dengan Lykaios menatap sedikit. "Apakah serius?"

"Ini tidak semudah yang aku pikirkan.  Perangkat lunak kita tak dapat si pasang di beberapa merk dan type ponsel."

Ellina yang mendengar keterangan Lykaios bangun dari duduknya. "Tapi aku telah membeli beberapa merk ponsel dan itu semua kau bilang bekerja dengan baik,"

Alvian dan Nero yang mendengarkan mengangguk setuju.

"Kau benar," ujar Lykaios menatap Ellina. "Perangkat lunak kita memang dapat terpasang di semua type ponsel yang kau beli hari ini. Tapi tidak untuk tiga buah ponsel merk ponsel lama."

"Apa kendalanya?" tanya Nero penasaran.

"Kapasitas ukuran perangkat lunak kita terlalu besar. Dan untuk dua ponsel lainnya itu tak berjalan lancar. Mereka dapat menginstalnya namun karena ukuran yang berat membuat kinerja ponsel melambat dan akhirnya perangkat lunak kita akan tertutup secara otomatis saat mereka mencoba berselancar,"

"Itu masalah serius," ujar Ellina.

Alvian mengangguk. "Itu akan menjadi kekurangan perangkat lunak kita jika tak kita tangani secepatnya."

"Kurasa, kita membutuhkan ponsel yang bermasalah untuk menguji langsung saat sistem kita lebih berkembang,"

Ethan mengangkat tangannya setuju pada kata-kata Lykaios. "Aku setuju. Sementara kami memperkecil ukuran perangkat lunak dan mengatasi masalah, kau bisa mencari ponselnya. Lalu saat semua teratasi kita hanya perlu memperkuat sistem keamanan kita,"

"Aku ikut," ujar Ellina dengan mengikat rambutnya asal.

Lykaios menatap. "Kau tak masalah jika pergi denganku?"

Ellina menggeleng. "Aku bebas," ia tersenyum tipis. "Atau kau takut?"

Lykaios menaik turunkan pundaknya. "Aku juga bebas. Kita berangkat sekarang,"

Ellina mengangguk setuju sebelum Alvian menahannya.

"Ellina, kurasa pakaianmu tak cocok untuk pergi keluar bersama Lykaios."

Ellina mengerutkan keningnya.  "Kenapa?"

"Pertama, pakaianmu lusuh karena telah bertengkar dengan Adikmu. Kedua, lututmu yang terluka akan mudah terkena angin dan bakteri. Itu akan buruk untuk lukamu. Ketiga, kau berjalan bersama dengan Tuan Muda keluarga Lykaios. Aku tak tahu cara pandangmu tapi kau harus tahu cara pandang keluarga Lykaios." terang Alvian menjelaskan.

"Orang kaya sungguh rumit," ujar Ethan yang mendengar itu semua dengan sangat lirih.

Ellina mematung. Ia menyadari bahwa pakaian memang kotor dan semua hal yang Alvian katakan adalah benar. "Aku akan menukar pakaianku terlebih dahulu."

Lykaios tersenyum. "Aku akan menunggumu di bawah. Kau tak masalah jika pergi dengan mobilku?"

Ellina mengangguk. "Tak masalah. Aku akan bergegas."

Saat Lykaios dan Ellina meninggalkan ruangan, Nero menatap Alvian.

"Apakah keluarga Lykaios sangat rumit?"

Alvian mengangguk. "Empat keluarga besar di kota ini tak ada yang tak rumit. Salah-salah itu akan menjadi masalah bagi Ellina jika memang terlihat tak pantas. Aku mengatakan ini karena dia adalah anak dari keluarga Rexton. Meski ia mengaku telah di keluarkan, tapi saat ini keluarga Rexton tengah menjadi sorotan."

"Karena Lexsi?"

Alvian mengangguk. "Mengingat tentang dia, bukankah Ellina menyimpan video pertengkaran pagi ini?"

Nero mengangguk. "Kenapa?"

"Aku begitu penasaran, kenapa dia menyimpannya?"

Ethan yang mendengar itu tertawa. "Siapa yang menyimpannya? Dia baru saja mempublikasikan video tersebut. Tepat sebelum kepergiannya dengan Lykaios."

"Benarkah?" tanya Nero dan Alvian bersamaan. Mereka terlalu antusias hingga langsung mengecek kabar terkini di semua situs.

Ethan ikut duduk. Ia telah memperhatikan Ellina diam-dian. Dan ia semakin tahu bahwa Ellina bukanlah gadis biasa yang mudah diartikan. Dia berbeda. Terlihat imut menggemaskan namun memiliki bisa yang tak terduga. Benar-benar mengerikan, batinnya pelan sambil tetap tersenyum. Namun bagaimanapun ia percaya bahwa gadis itu memiliki alasan di balik itu semua.

"Wah, ini akan jadi berita hebat." ungkap Alvian dengan tersenyum. "Kurasa sebentar lagi rapat keluarga Reegan akan di adakan."

"Bukankah karir Lexsi akan hancur?" tanya Nero tiba-tiba.

"Untuk artis sepertinya,  kasus seperti ini akan mencoreng citra dan nama baikknya. Tapi itu tak cukup untuk menghancurkan karirnya," terang Ethan jelas.

"Siapa yang peduli dari itu semua. Hal yang harus jadi bahan ke depan itu sudah pasti bahwa pertunangan antara Lexsi dan Kenzie akan di percepat," Alvian tertawa pelan. "Itu artinya seluruh tuan muda keluarga Reegan bisa memiliki pasangan karena yang terdepan telah memiliki pasangan. Ah, itu menyenangkan."

"Aturan keluarga yang rumit," ujar Nero prihatin pada kata-kata terakhir Alvian.

"Apakah Ellina akan baik-baik saja?" tanya Ethan tiba-tiba. "Maksudku, karena video itu telah tersebar maka akan ada banyak orang yang mengenalinya. Itu artinya akan ada banyak kabar tentang dirinya lalu dengan pertunangan Lexsi, bukankah setidaknya ia juga harus di sana?"

"Tapi dia telah diasingkan," kali ini Nero ikut khawatir.

"Karena ia telah menjadi orang luar, maka aku akan membawanya bersamaku." kali ini Alvian tersenyum penuh kemenangan.

"Kenapa?" tanya Nero dan Ethan bersamaan.

"Kurasa aku butuh kekasih untuk menghadiri pesta sepupuku."

Saat mendengar alasan itu Nero dan Ethan pura-pura tak mendengar sama sekali. Mereka kembali bekerja dalam diam. Sedangkan Alvian pun mulai sibuk pada layar monitor di hadapannya.

Dalam perusahaan yang sama, sebuah mobil hitam Lycan Hypersport baru saja terparkir. Kenzie membuka pintu mobil dan tertahan saat melihat sosok Lykaios berjalan melewati mobilnya dan berhenti di sebuah mobil ferrari hitam. Kenzie kembali menahan tangannya untuk tetap menutup pintu mobil untuk mengamati Lykaios yang sesekali mengecek layar ponselnya.

Lalu sebuah suara langkah dari hak tinggi yang mengalihkan pandangan Kenzie. Matanya terpaku pada sosok gadis yang tersenyum lembut dengan gaya santai yang membuatnya cantik. Secara refleks, tangannya bergerak membuka pintu mobilnya. Ia melangkah keluar dan memastikan pandangannya. Dan benar saja, saat suara gadis itu terdengar, seluruh tubuhnya tersentak tak terduga.

"Ellina," ujarnya lirih. Langkahnya memburu dengan cepat.

"Lykaios," teriak Ellina tak cukup keras. Ia tersenyum dan melambaikan tangannya saat Lykaios menoleh. "Apakah aku terlalu lama?"

Lykaios menggeleng. "Kita pergi?"

Ellina mengangguk. Ia berjalan di belakang Lykaios yang telah membukakan pintu mobil untuknya.

"Terimakasih," ujar Ellina saat hendak memasuki pintu mobil. Namun tangannya tertahan ke belakang saat genggaman erat menahan tangannya. Hal itu membuatnya dan Lykaios menoleh.

"Ellina,"

Saat suara berat itu terdengar, seluruh tubuh Ellina bergetar hebat. Ia menatap mata tajam yang menatap matanya dalam dengan ekspresi yang sama. Tak berubah dan tetap dingin seakan tak tersentuh. Lalu bagai terseret gulungan ombak yang besar, suasana di sekitarnya seakan berubah. Atau desah napas di antara keduanya memang telah berubah.

"Itu benar  dirimu?"

***