webnovel

Night King : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Pertemuannya dengan bocah delapan tahun membuat Lin Tian sadar, bahwa kekuatan tidak sepenuhnya bisa melindungi banyak orang. Sebaliknya, dengan kekuatan dan kekuasaan membuat orang-orang semakin menderita, terutama mereka yang lemah. Ketika Lin Tian hendak mengajak bocah tersebut untuk pergi, saat itu juga gerombolan Pendekar mengepung dirinya. Bocah tersebut tewas saat salah satu Pendekar menjadikannya dirinya sebagai tawanan. Lin Tian yang sudah dipenuhi luka itu akhirnya mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk membunuh semua pendekar tersebut. Lin Tian pun menghembuskan napas terakhirnya. Namun, ketika dia membuka matanya bukan Nirwana yang didapatnya, tetapi dunia yang jauh berbeda dengan masa lalunya. Takdir telah membawanya ke masa depan, lebih tepatnya di tahun 2022. Ribuan tahun hari kehidupan sebelumnya. Namun, pada kehidupan keduanya pun dunia tidak jauh berbeda dengan kehidupan pertamanya. Ketidakadilan masih meraja rela, bahkan lebih kejam dari yang pernah dilihatnya. Lin Tian tidak memiliki pengalaman apa-apa pada kehidupan keduanya. Akan tetapi, dia bertekad untuk mengembalikan kedamaian dunia. Mampukah Lin Tian mengembalikan senyuman orang-orang yang ada di sekitarnya? Akankah kehidupan barunya membuat Lin Tian menyesali kematiannya? Takdir apa yang akan Lin Tian jalani nanti? Siapkah Lin Tian mengetahui kalau orang-orang yang pernah ada di kehidupan pertamanya, hadir di dunia baru ini?

arayan_xander · Action
Not enough ratings
205 Chs

28. Jian Kun vs Li Mubai

Night king : Kebangkitan Sang Kucing Hitam

Chapter 28 : Jian Kun vs Li Mubai

"Tidak diriku sangka, bukan hanya namamu saja yang besar, tetapi nyalimu besar juga ternyata," sindir pria berkepala plontos itu, yang diketahui memiliki nama Jian Kun..

Jian Kun terkenal sebagai bandar Narkoba yang ada di distrik C12. Gedung atau tempat yang saat ini topeng hitam datangi adalah daerah kekuasaan Jian Kun.

Sosok bertopeng kucing itu, yang tidak lain adalah Li Mubai. Pria dengan usia kira-kira di atas tiga puluhan tahun, lahir di distrik X99. Nama aslinya tidak terlalu dikenal orang banyak. Namun, sebutan 'Kucing Hitam' sudah sangat melekat pada diri Li Mubai.

Dirinya kerap kali mendatangi markas-markas besar para gembong Narkoba, tujuannya adalah memberantas para pengedar barang terlarang itu, agar tidak ada generasi muda yang kehilangan masa depannya karena barang haram tersebut.

Li Mubai menyeringai, walaupun wajahnya tertutup topeng, tetapi Jian Kun dapat merasakan bahwa Lin Mubai tengah tertawa mengejek dari balik topengnya tersebut.

Tanpa berlama-lama lagi, Jian Kun pun mengeluarkan sebuah celurit yang menempel di punggungnya. Dia mengibaskan celurit tersebut, tidak berselang lama dirinya berlari untuk membuat perhitungan kepada Li Mubai karena sudah membunuh kedua anak buahnya.

Li Mubai pun tampak tenang, dia belum bergerak dari posisinya. Sementara itu, Jian Kun berlari sangat kencang, dirinya mengikis jarak antara dia dengan Li Mubai.

Ketika jarak keduanya hanya berjarak beberapa meter saja, barulah Li Mulai merenggangkan otot-otot tersebut. Dia seolah tidak peduli dengan Jian Kun yang membawa celurit tersebut.

Jian Kun pun semakin merasa kesal karena sikap Li Mubai yang seolah meremehkan kemampuannya. Memang benar, Li Mubai bahkan menguap dan merasa mengantuk.

Sorot netra keduanya sempat bertemu beberapa saat, ketika jarak keduanya hanya tinggal beberapa langkah lagi, Jian Kun pun mengibaskan celuritnya yang memiliki panjang hampir satu meter itu.

Dia menggunakan celuritnya itu untuk melukai Lin Mubai. Namun, diluar dugaan Jian Kun, Li Mubai berhasil menangkap ujung celuritnya dengan sebelah tangan. Seketika mata Jian Kun pun melotot saat cerulitnya itu berhasil Li Mubai genggam.

Li Mubai pun menarik celurit tersebut yang akhirnya malah melukai Jian Kun. Senjata makan tuan, setidaknya itu adalah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan situasi sekarang.

Celurit itu berhasil merobek baju Jian Kun, dan membuat goresan yang cukup panjang di bagian perut Jian Kun. Pria berkepala plontos itu pun mengumpat dalam hatinya. Bukannya Li Mubai yang teluka malah dirinya yang terkena senjata sendiri.

"Kau sudah melihatnya sendiri bukan? Mainanmu ini bahkan tidak mampu menggores kulitku, sebaliknya kau sendiri yang harus terluka karena mainanmu sendiri. Sungguh, situasi yang memalukan," kata Li Mubai dengan nada yang mengejek.

Jian Kun pun naik pitam, harga dirinya terasa tercabik-cabik oleh perkataan Li Mubai. Dia melihat bagian perutnya yang terdapat luka goresan itu. Tangannya menyeka darah yang terus keluar dari bagian tersebut.

"Saat ini kau boleh tertawa puas, tapi setelah ini akan aku pastikan dirimu tidak akan bisa melihat matahari esok pagi!" seru Jian Kun dengan bibir yang bergetar.

Bibirnya bergetar bukan karena takut, tetapi karena dirinya begitu marah, sangat marah bahkan rasanya dia ingin langsung mencabut kepala Li Mubai dari tempatnya itu, dan setelahnya mencabik-cabik tubuhnya, lalu memakannya.

"Kau tidak akan bisa melakukan itu padaku," timpal Li Mubai, seolah dapat membaca pikiran Jian Kun. "Sebaliknya, dirikulah yang akan mencabik-cabik tubuhmu itu dan memberikannya sebagai santapan para singa yang lapar," erang Li Mubai seraya merapatkan gigi-giginya.

Jian Kun pun semakin meredam, kepungan asap seolah keluar dari kedua lubang hidungnya, serta mengebul di atas kepalanya. Li Mubai dapat merasakan gejolak api kemarahan yang tidak Jian Kun tutupi sama sekali.

Keduanya pun saling berpandangan, kedua netra saling bertemu dalam garis lurus. Li Mubai membuang celurit tersebut. Baginya bertarung melawan Jian Kun dengan tangan kosong pun, dia akan bisa mengalahkan pria berkepala plontos tersebut.

Berbeda dengan Li Mubai yang memilih untuk bertarung dengan tangan kosong, Jian Kun tampak mengeluarkan sebuah pisau berukuran sedang dari ikat pinggangnya.

"Boleh juga mainan barumu itu, tidak buruk," ejek Li Mubai dengan gaya santainya, seraya berkacak pinggang.

Walaupun kalimat tersebut semakin melukai harga dirinya. Akan tetapi, Jian Kun memilih untuk tidak mempedulikannya. Saat ini dia yang terus mengisi kepalanya adalah bagaimana cara untuk mengalahkan si mulut besar itu?

Tanpa berlama-lama lagi, Jian Kun memilih menyerang terlebih dahulu. Li Mubai mengangkat tangannya, mengisyaratkan bahwa dirinya sudah menunggu kedatangan dari Jian Kun.

Jian Kun semakin mengikis jarak antar keduanya. Dia sesekali mengayunkan pisaunya dengan tujuan agar Li Mubai takut. Namun, yang dipikirkannya sangatlah saja, Lin Mubah bahkan tidak bergeming dari posisinya, dia tampak menguap beberapa kali. Hal tersebut pulalah yang membuat kepala Jian Kun semakin panas.

Setelah celuritnya berhasil direbut Li Mubai, Jian Kun kini berharap bahwa pisaunya ini akan mampu menembus jantung Li Mubai.

Jarak keduanya hanya berkisar beberapa langkah saja. Jian Kun mulai mengibaskan pisaunya dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Li Mubai cukup sulit untuk mengimbanginya.

Ini lah yang Jian Kun harapkan. Li Mubai terus menghindar dari tusukan-tusukan pisau tersebut. Jian Kun tidak mau berhenti sampai di situ saja, dia semakin marah karena dari semua serangannya belum ada yang bisa merobek kulit Li Mubai.

Setelah beberapa menit mendapatkan serangan secara bertubi-tubi, kini giliran Li Mubai membalasnya. Serangan andalan Li Mubai adalah tinju. Namun, sebelum dia memukul, Li Mubai terlebih dulu menangkap tangan Jian Kun yang tengah menggenggam pisau tersebut.

Mata Jian Kun seketika melotot, pisaunya itu terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai. Tidak berlama-lama bagi Li Mubai untuk membuat Jian Kun bernapas dengan bebas.

Li Mubai menghantamkan pukulan secara bertubi-tubi di perut Jian Kun. Darah segar memucah keluar dari mulut Jian Kun. Tidak berhenti sampai di situ saja. Li Mubai kini melayangkan pukulan dari bawah dagu yang langsung melukai wajah Jian Kun.

Gigi-giginya sampai terlempar keluar dari mulutnya. Li Mubai memberikan serangan yang begitu mematikan, yang akan selalu diingat oleh Jian Kun sampai kapan pun. Itu pun jika Jian Kun masih bisa bernapas.

Setelah pukulan terkahir itu, Li Mubai tidak memberikan Jian Kun untuk menarik napasnya. Kembali, satu pukulan keras Li Mubai layangkan di bagian wajah. Tubuh Jian Kun terlempar sejauh beberapa meter. Dia pun mendarat di atas sebuh meja dan kaki-kaki meja itu pun patah akibat terhantam tubuh Jian Kun.

Li Mubai tidak berhenti begitu saja, dia berjalan dengan langkah berat seraya memberikan tatapan yang begitu mematikan, sehingga yang melihat tatapan tersebut menjadi ketakutan layaknya dihadapkan dengan Malaikat Maut.

Li Mubai merapatkan gigi-giginya, sekali lagi dia menarik kera baju Jian Kun dengan sebelah tangannya, yang berhasil membuat tubuh Jian Kun terangkat ke atas.

Jian Kun pun tersenyum pahit, mulutnya yang sudah dipenuhi darah itu hanya menampilkan beberapa giginya saja karena pukulan Li Mubai telah membuat sebagian giginya copot.