webnovel

Surganya Anak Nongkrong

    Meskipun bukan malam minggu, anak muda memang sering keluar rumah. Mereka membutuhkan tempat untuk mengekspresikan dirinya di luar rumah walaupun hanya untuk sekedar nongkrong, bermain gitar atau minum kopi di warung. Terutama para remaja laki-laki. Seperti yang dilakukan Damai sekarang, dia bersama Aska, Rama, dan Yudha sedang berada di salah satu warung kopi yang berada di daerah Sudimoro, daerah yang sering disebut pusat perkopian di Malang untuk para remaja. 

    Bagaimana tidak, dari ujung ke ujung dan pada kanan, kiri jalanan tersebut penuh dengan cafe, ataupun warung kopi. Ada juga yang menyebut daerah itu adalah surganya anak nongkrong Malang Raya. Jika kalian kesana, pasti tahu alasan mengapa tempat tersebut mendapat julukan seperti itu. Seluruh pelataran parkir cafe dipenuhi dengan sepeda motor, dan mobil para pengunjung warung kopi dan cafe, semakin malam semakin berjibun. Meskipun tidak pada hari sabtu. 

    "Kamu gak ngerjain tugas Mai? Raya bilang lagi banyak yang harus dikerjain, makanya dia gak bisa ikut." Aska baru saja menyeruput kopi susu dari gelas, kemudian menatap Damai yang hari ini lebih banyak diam. Dan baru kali ini mereka nongkrong bareng, sejak Damai menjadi murid pindahan. 

    Damai menggeleng. "Gampang lah. Ntar aja," jawabnya santai. Matanya mengedar ke sekitar. Mengamati banyak sekali anak muda seusianya di kursi dan meja-meja lain. Ternyata rame juga kalau dia mau keluar daerah perumahannya jam segini, pikir Damai. 

    "Weh… kalau gitu kamu emang temen kita. Hahaha," sahut Rama. Membanggakan dirinya yang memang dasarnya malas belajar dan tidak peduli dengan tugas sekolah. Hanya main bersama teman-temannya ini yang ada di pikirannya. 

    Damai menampakkan seulas senyum di bibirnya. Sebenarnya Damai sendiri bukan tipe murid yang malas belajar, cuma hari ini memang dia lagi gak mood aja sejak tadi siang. Ada satu hal lagi alasan Damai memilih menerima ajakan Aska dan kawan-kawannya hari ini. "Kalian kenal gak sama Shandy? Kakak kelas yang tadi dibicarakan Raya di kantin." Mencari informasi tentang cowok rese yang tidak seganteng dirinya. 

    Aska memutar bola matanya. Mengingat nama dan sosok yang baru saja disebutkan oleh Damai tersebut. "Oh… Shandy yang itu? Tau lah, dia kan murid teladan," jawab Aska akhirnya. 

    "Murid teladan gimana?" tanya Damai semakin penasaran. 

    "Iya dia dulu Ketua OSIS. Waktu kita masuk dan MOS dia yang memimpin semua kegiatan, dan juga acara. Juara kelas terus kayaknya. Ah ya… kapan hari juga ada pemberitahuan di mading kalau si Shandy itu menang lomba debat bahasa inggris tingkat nasional mewakili sekolah," jelas Aska lagi. 

    "Ngapain nanyain dia Mai? Dia beda level sama kita yang males-males ini." Yudha menyahuti. Membuat kedua temannya terbahak. Kecuali Damai. Pantesan ketemu di perpus, pikir Damai. 

    "Iya, ngapain sih nanyain dia?" tanya Rama. 

Damai menggeleng lagi. "Nanya aja." Kemudian menyesap kopi susunya. Mengikuti gerakan Aska tadi. 

"Tapi kayaknya dia juga sering nongkrong disini deh. Meskipun dia siswa teladan, gak kayak Senja yang ada di rumah mulu gak pernah keluar kandang." Aska mengingat sesuatu, dia pernah bertemu dengan Shandy dan kakak kelas lainnya waktu nongkrong di salah satu cafe yang ada di sekitar sana. Karena memang tempat itu adalah tempat terkenal di kalangan mereka, jadi tidak ada yang aneh juga kalau Aska akhirnya bertemu dengan Shandy disana. 

"Tau dari mana lo kalau Senja gak pernah keluar?" tanya Damai. Bukan fokus pada kalimat Aska bertemu Shandy, selebgram hits itu justru terpaku pada kalimat Aska yang mengatakan Senja gak pernah keluar rumah. 

 "Yaelah Mai, kan Raya pacarku jadi aku tahu dong dia cerita apa aja tentang sahabatnya itu," jawab Aska santai. 

  Damai mengangguk-angguk sebelum akhirnya dia berhenti untuk bertanya perihal Shandy. Sungguh ini tidak bagus jika dia kembali dikatakan kepo oleh Aska dan kedua temannya. 

"Kamu Damai kan?" 

Suara seorang wanita dari belakang Damai, menarik perhatian Aska, Rama, dan Yudha. Cewek berkulit putih, berambut hitam panjang dengan setelan casual memakai hoodie dan celana jeans panjang lengkap dengan sneakers berwarna putih dilihat oleh Damai saat dia menoleh ke belakang. "Hai. Iya aku Damai," balasnya ramah. Dia memang sudah biasa mendapat sapaan dari orang tak dikenal seperti itu. Terutama para wanita. 

"Wah ternyata benar aku bisa lihat kamu di sini," katanya dengan mata berbinar ceria. Damai hanya mengulas senyum seramah mungkin meskipun dia tidak mengenalnya. "Aku followers kamu dari dulu. Sejak ada kabar kamu pindah ke Malang aku berharap benar ketemu sama kamu. Akhirnya kesampaian juga." Cewek itu berjingkrak pelan dan mengepalkan kedua tangan di depan wajahnya. Belum lagi wajahnya yang merona sangking senangnya. Aneh, padahal Damai belum ngapa-ngain dia udah gitu aja, batin Aska. 

 "Iya. Salam kenal ya," balas Damai. Santai, dan seperti biasanya saat dia dikerumuni oleh para wanita dari segala usia. 

 "Sa, ngapain disini?" Suara seorang cowok yang baru saja datang kembali menarik perhatian Damai dan juga ketiga temannya. Pemandangan yang tak terduga nampak di depannya. Seseorang yang baru saja dibicarakan dengan ketiga teman tadi nampak di depan matanya. Shandy datang dari belakang cewek yang mengenali Damai, dan saat ini mereka kembali saling adu pandang seperti saat berada di perpustakaan siang tadi. 

"Ini aku lagi lihat Damai, cowok yang kapan hari aku ceritain," sahut cewek di depan Damai itu. 

Raut wajah Shandy nampak terkejut melihat Damai, Aska, dan kedua teman mereka di depannya. Aska menunduk sopan menyapa  Shandy karena sudah jelas mereka kenal. Mereka satu sekolah. Namun Shandy tak berniat untuk menggubris mereka.

"Oh… yaudah ayo masuk!" ajak Shandy pada teman ceweknya itu. 

"Oh… udah punya cewek." Damai bergumam, pada dirinya sendiri yang masih duduk. Tidak mengikuti Aska yang berdiri menyapa Shandy. 

Kakak kelas mereka itu mendengar apa yang baru saja digumamkan oleh Damai, dan sudah sangat jelas kalimat tersebut ditujukan pada Shandy. 

"Hei, kamu ada masalah sama aku?" Shandy mendekat pada Damai dan berbicara penuh penekanan di depan cowok yang menjadi idola temannya itu. 

"Ah… enggak. Gue gak ada masalah," jawab Damai. Kali ini dia mendongak, karena melihat wajah Shandy yang mulai masam dia berdiri. "Kita gak ada urusan," sambungnya. 

"Tapi kamu ngomong sesuatu kan itu tadi?" Nada bicara Shandy memang sedikit tidak bersahabat. Seperti seseorang yang memang menghadang mencari kesalahan Damai agar bisa menegurnya. Lebih-lebih mengajaknya bertarung mungkin. 

Namun Damai justru menanggapinya dengan santai, tanpa emosi dan yang lain. Karena selain dia sering menghadapi para wanita dan fansnya. Tak jarang juga dia menghadapi seseorang seperti Shandy yang biasa disebut haters. Damai tersenyum. "Gue cuma bilang cewek lo cantik," katanya.